🔥 belum sempat revisi dan cerita ini termasuk cerita pertama saya. Mohon dimaklumi kalau ada banyak kesalahan dalam penulisan.
Air mata terus mengalir deras kala mengingat bagaimana dirinya difitnah dan dipermalukan. Ia telah mengecewakan papanya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Liam mengamati Jillian. Mereka saat ini sedang di meja makan untuk sarapan.
"Liam, mau selai apa?" Tanya Jillian melayani suaminya.
"Seperti biasanya." Jawab Liam dengan mata terus menatap sosok cantik di hadapannya.
Jillian mengoleskan selai kacang pada roti yang telah selesai di panggang. Setelah menaruh roti tersebut di piring Liam, Jillian mengarah ke vending machine coffe, tangannya dengan cekatan membuatkan kopi untuk Liam.
"Americano." Jillian meletakkan kopi buatannya di dekat Liam.
Liam menatap secangkir americano tersebut, kopi dengan kadar kafein rendah yang menjadi favoritenya setiap pagi. Jillian mengenal betul apa kesukaan dan kebiasaannya, padahal pernikahan mereka belum ada satu tahun.
"Kenapa?" Tanyanya setelah mendudukkan diri di depan Liam. "Apa seleramu sekarang sudah berubah?" Jillian bertanya karena melihat Liam terus menatap kopi buatannya.
"Tidak." Liam menatap Jillian yang berada di depannya. "Kau memahamiku dengan baik." Ujar Liam pada Jillian.
Inilah yang membuat Liam nyaman dengan Jillian, walau belum ada rasa cinta di antara keduanya, tapi Liam menghargai Jillian selama ini. Setelah menikah, Jillian tidak pernah menyulitkannya. Jillian selalu melayaninya dengan tulus, melakukan tugasnya sebagai istri dengan baik, selain melayaninya di ranjang tentu saja...karena hubungan keduanya belum seintim itu.
"Aku sudah hafal dengan kebiasaanmu, Liam." Jawab Jillian di sertai dengan senyum manisnya.
"Ya, aku berterima kasih karena itu." Liam membalas senyuman Jillian.
"Sudah menjadi tugasku, Liam. Tidak perlu berterima kasih." Jawabnya sembari menyendokkan oatmeal ke dalam mulut.
Liam tidak pernah bosan menatap wajah cantik di hadapannya. Jika sebelumnya Liam mengagumi kemurnian hati Jillian, sekarang kekagumannya semakin bertambah. Walau dulu dirinya di ejek teman-temannya karena mempunyai istri yang tidak menarik, Liam tidak pernah menyakiti Jillian baik secara fisik atau batin. Tidak pernah sedikitpun Liam berkomentar masalah penampilan wanita itu yang kurang menarik atau kurang merawat diri.
"Kau akan pergi, Jill?" Tanyanya karena Jillian sudah tampil rapi pagi ini.
Jillian menghentikan makannya dan menatap Liam. "Liam, aku lupa meminta ijin padamu...sudah satu bulan ini aku tergabung di Glam Society. Sekarang kami akan berkunjung ke panti asuhan, acara rutin yang di selenggarakan Glam Society." Walau Liam bukan tipe suami yang otoriter, Jillian tetap merasa bersalah karena tidak meminta ijin pada Liam tentang hal tersebut.