34. Titik terang

3K 319 14
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote dan coment!

Dan yang belum follow akun wp aku di follow dulu ya!

Happy Reading!

•••

Titik cahaya membias menyinari bumi untuk mengawali kehidupan. Yusuf, pemuda itu berjalan sendiri melewati koridor kampusnya yang masih tampak sepi. Kedua tangannya ia tenggelamkan di dalam saku celananya dan earphone terpasang di kedua telinganya, menambah kesan cool yang terpancar bagi siapapun yang melihatnya.

"Yusuf!"

Seruan dari belakang membuat Yusuf menghentikan langkahnya. Ia membalikkan badannya ke arah sumber suara. Pertanyaan demi pertanyaan terlontar di dalam benaknya saat tahu siapa yang memanggilnya.

Indri gadis itulah yang memanggil dirinya. Dengan wajah yang pucat serta kantung mata yang membengkak Indri berjalan menghampiri Yusuf yang masih terpaku di tempat.

Indri menatap sayu Yusuf. "Kenapa kamu jahat? Hiks!" Isakan tangis Indri pun pecah.

"N-ning?"

"Ya! Aku mengigat semuanya, Yusuf! Aku mengingatnya, hiks!"

"I-indri tenang dulu," ucap Yusuf suaranya mulai melemah.

"Sepulang sekolah kamu mengajakku bermain di luar pesantren. Kita bermain di taman. D-dan aku ingin membeli sesuatu, t-tapi saat aku menyebrang jalan a-aku. Hiks!" Indri memegang dadanya yang terasa sangat sesak, kenapa seperti ini? Kenapa sangat menyakitkan sekali?

"Jangan menangis ku mohon..." lirih Yusuf yang rupanya menahan mati-matian agar tangisnya tak pecah.

"Aku mohon ceritakan setelah kejadian itu? Apa kepergian ku ke Jakarta ada kaitannya dengan kejadian itu?" tanya Indri dengan suara yang tercekat.

Yusuf mengangguk lemah.

"Apa, Yusuf?!" tanya Indri.

"Jangan di sini, ayo kita ke taman." Ajak Yusuf.

Yusuf dan Indri pun sudah sampai di taman. Dengan nafas gusar Yusuf memulai percakapan.

"Kamu sudah mengigat semuanya?" tanya Yusuf. Indri pun mengangguk.

"Sebenarnya kejadian lima tahun yang lalu setelah kamu kecelakaan, kamu mengalami koma selama dua Minggu di rumah sakit dan selama kamu koma aku sangat terpukul. Sebab karena aku, kamu menjadi seperti itu. Aku menangis setiap malam, aku selalu menjeguk kamu kerumah sakit. Tapi, suatu hari sebelum  ummi kamu meninggal beliau menghampiriku saat aku sedang menjenguk kamu," ucap Yusuf pandangannya lurus kedepan seolah-olah ia sedang kembali mengigat masalalunya.

"Ummi ku mengatakan apa?" tanya Indri.

"Beliau mengatakan, jika aku tidak boleh mendekati kamu lagi. Sudah cukup aku membuat kamu menderita. Ya. karena aku, kamu mengalami kecelakaan, andai aku tidak mengajak kamu ke taman itu, kamu pasti tidak akan kecelakaan dan tidak mengalami amnesia, dan mungkin ummi kamu tidak akan meninggal karena serangan jantung saat tahu kamu mengalami amnesia. Dan mungkin beliau masih ada bersama kamu sampai sekarang jika hal itu tidak terjadi. Dan itu yang membuatku trauma jika mengigatnya. Maaf..." lirih Yusuf tangisnya pun pecah saat mengigat kejadian lima tahun yang lalu.

Air mata Indri telah membasahi pipinya, sungguh hatinya sangat sesak.

"Jadi sebab itu aku di kirim ke Jakarta sama Abi aku?" tanya Indri. Yusuf mengangguk.

"Dan karena itu sikap kamu berubah sama aku?" tanyanya lagi.

"Iya."

Indri tersenyum kecut. Jadi ini sebabnya Tuhan? Kenapa? Kenapa semuanya terjadi seperti ini?

"Kalau gitu aku pergi dulu. Assalamualaikum." Pamit Yusuf.

"Yusuf tunggu!" cegah Indri.

"Apa?"

"Bisakah kita seperti dulu lagi? Ku mohon..." lirih Indri.

"Kita masih bisa berteman, tapi tidak sedekat seperti dulu. Kamu tau kan batas teman antara laki-laki dengan perempuan tanpa aku jelaskan?"

Setelah mengatakan itu Yusuf pun pergi tanpa mendengar sepatah katapun dari Indri.

Indri menatap nanar punggung Yusuf yang kian menghilang dari pandangannya, air matanya kembali menetes.

"Bukan, bukan itu yang ku maksud. Yang ku maksud, bisakah kita bersatu dengan cara yang halal, Gus Yusuf?" lirihnya.

•••

Part ini mungkin akan jadi part terpendek yang Nidaa buat wkwk.

Jangan lupa vote dan coment!

Dan yang belum follow akun wp aku di follow ya!

NidaaSyahidah.

Cinta sang Gus ✓[Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang