42. Tersangka 1.

3K 303 18
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote dan coment!

Dan yang belum follow akun wp aku di follow dulu ya!

Happy Reading!

•••

Perihal kematian tidak ada yang tahu. Kecelakaan yang di alami oleh Bilqis dan Akhtar telah merenggut nyawa keduanya. Mereka sempat di bawa ke rumah sakit, namun takdir berkata lain. Garis kematian telah di tetapkan untuk mereka.

Isak tangis menggema di depan makam Bilqis dan Akhtar. Zulaikha duduk bersimpuh di depan pusara, berkali-kali ia menghapus air matanya dan mencoba untuk tersenyum sembari menatap batu nisan yang bertuliskan nama kedua orangtuanya. Sementara Yusuf menaburkan bunga, sembari menghapus air mata yang kurang ajarnya lolos dari pelupuk matanya.

"Tepat delapan bulan yang lalu, Mama sama Papa kirim Likha ke sini. Mama, Papa hebat, udah membuat keputusan yang benar. Mama, Papa berhasil membuat Likha berubah menjadi lebih baik," ucap Zulaikha sembari tersenyum pilu ke makam kedua orangtuanya.

"Sekarang aku yatim piatu. Nggak ada yang bisa cerewetin aku lagi. Nggak ada lagi, Ma!"

Lagi, tangisan Zulaikha pun pecah.

"Dunia aku udah hancur, Ma, Pa." Lirih Zulaikha.

Yusuf menggenggam tangan Zulaikha.  Lalu menghapus jejak air mata di pipi Zulaikha.

"Kamu nggak sendiri. Ada aku, Bunda, Ayah, Humaira. Dan orang-orang yang menyayangi kamu, Likha. Kamu nggak sendiri," ucap Yusuf menatap dalam manik mata Zulaikha.

Zahra yang melihat Zulaikha bersedih ikut menangis. Ia menggenggam kuat pergelangan tangan Hasan. Mereka sungguh tak menyangka jika sahabat mereka akan pergi secepat ini.

"Mas, kenapa mereka pergi secepat ini?" tanya Zahra dengan suara tercekat. Hasan pun hanya mematung masih tak percaya dengan kejadian ini.

•••

Orang-orang sudah pergi meninggalkan pemakaman. Lalu seorang gadis dengan hijab birunya datang, dan duduk bersimpuh di depan pusara makam Bilqis dan Akhtar. Gadis itu meletakkan bunga mawar hitam di makam Bilqis dan Akhtar.

"Maaf..." Lirihnya pelan.

"Ning Indri?"

Seruan dari belakang membuat Indri tersentak. Lantas gadis itu membalikkan badannya, dan mendapati Nada yang sedang berjalan kearahnya.

"Ning ngapain disini?" tanya Nada.

"Bukan apa-apa. Kamu sendiri ngapain di sini?" tanya balik Indri.

"Rumah Bibi aku dekat sini, lalu aku lihat Ning di sini. Ini pemakaman siapa?" tanya Nada.

"Aku harus segera kembali ke asrama. Assalamualaikum." Pamit Indri tanpa mendengar jawaban dari Nada.

Nada mengerutkan keningnya heran. "Kok Ning Indri aneh?" gumamnya.

Nada menatap kedua makam yang masih basah. Bertuliskan Nama Akhtar dan Bilqis.

"Apa keputusan aku untuk meninggalkan pesantren itu, keputusan yang tepat?" tanyanya pada diri sendiri. Lalu ia pun segera pergi meninggalkan pemakaman itu.

•••

Hujan dengan lebat mengguyur kota Bandung. Zulaikha memandangi para santri dari balkon kamarnya, banyak para santri putri maupun putra meneduh guna menghindari dari lebatnya hujan.

Sudah seminggu sejak kematian kedua orangtuanya, Zulaikha tak pernah keluar dari ndalem. Gadis itu terus mengurung dirinya.

Karena bosan, Zulaikha pun meraih album fotonya bersama kedua orangtuanya. Lalu buku bersampul hitam jatuh.

Buku Ning Indri.

"Astagfirullah, aku sampai lupa mengembalikan ini sama Ning Indri."

Entah karena dorongan darimana, Zulaikha pun membuka lembaran demi lembaran buku itu. Tak ada yang aneh, buku itu hanya menceritakan kisah hari-hari Indri bersama.... Yusuf.

"Oh jadi dulu kak Yusuf itu bucin banget sama Ning Indri." Gumamnya.

Lalu matanya sedikit membulat ketika membaca sebuah tulisan yang mengarah ke dirinya.

"J-jadi Ning Indri?"

Dengan tangan yang sedikit gemetar, Zulaikha pun mengambil surat yang  ia temukan di depan ndalem pada saat itu tepat kematian kedua orangtuanya.

Zulaikha membuka lipatan kertas itu, badannya gemetar hebat saat tahu apa isi surat itu.

"010122? Ada darah. Kematian Mama, Papa terjadi pada tanggal satu bulan Januari, 2022. J-jadi maksud dari angka 010122 adalah tanggal?!" Zulaikha meremas surat itu, sungguh ini adalah pembunuhan yang sudah direncanakan.

"Siapa sebenarnya yang melakukan semua ini? Apa motifnya, hiks! K-kenapa mereka mengincar orang-orang yang aku sayang. Setelah Silvana, sekarang orangtuaku, besok siapa lagi?" lirih-nya dengan suara yang tercekat.

•••

Di sebuah cafe terdapat seorang gadis dengan khimar berwarna tosca sedang memainkan ponselnya, menghiraukan pemuda yang sedang duduk di hadapannya.

"Ck! Lo yakin mau balik ke Jakarta?" tanya pemuda itu.

"Hmm, aku nggak tau Axel. Sebenarnya aku pengen ngabdi di sana, tapi aku inget Kakak sama orangtua, kangen sama Jakarta." Jawab Nada.

Axel menyesap coklat panasnya. "Kakak sama orangtua lo baik-baik aja kali," ucapnya.

"Kamu jagain mereka kan?" tanya Nada.

"Ya pastilah."

"Btw, lo jelek amat sih. Ngurus diri kek, pantas aja lo jadi bahan buliyan di pesantren." Cibir Axel.

"Kalo aku ngurus diri, yang ada kamu naksir sama aku!" ucap Nada.

Axel memutar bola matanya malas. "Kepedean lo jadi cewek!" tukas Axel.

"Ada satu hal yang mendorong aku buat kembali ke pesantren itu, Xel," ucap Nada.

"Apa?"

"Ada salah satu ustadzah yang gerak-geriknya mencurigakan nama Indri seorang Ning. Dia kayak mantau gerak-gerik aku sama Likha. Aku takut dia ngelakuin sesuatu," ucap Nada mulai serius.

"So, lo yakin mau kembali?" tanya Axel.

"Aku nggak tau."

•••

Hayoo jadi siapa nih dalang di balik teror ini?

Ayo tebak! Biar aku semangat buat update!

NidaaSyahidah.

Cinta sang Gus ✓[Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang