8. Di jodohkan?

4.5K 441 5
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote dan coment!

Happy Reading!

•••

"Shobahul khoer, bunda, ayah, ade!" sapa Yusuf yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Shobahunnur bang!" sahut mereka serempak.

Yusuf duduk di kursi makan, memperhatikan bundanya yang tengah menyiapkan sarapan untuk keluarganya, begitulah rutinitas bunda di setiap paginya.

"Makan bang!" titah Zahra yang sudah menyiapkan nasi goreng di hadapannya.

"Makasih bunda cantik!"

"Sama-sama abang ganteng!"

"Oh iya gimana dengan Likha bang? Kamu suka kan sama Likha?" tanya Zahra.

"Emmm," Yusuf tampak memainkan telunjuk tangannya yang ia ketukan di kepalanya, layaknya seperti orang yang tengah berfikir.

"Ih abang cepet jawab! Sok-sok berfikir, kemarin aja main sama Likha seneng banget!" cibir Zahra.

"Emang Yusuf pernah main sama Likha, bund?" tanya Hasan, yang memang tidak tahu apa-apa.

"Iya! Sama Humaira juga mas. Malah nih ya si abang girang banget! Kan bunda jadi gemes pengen segera satuin Likha sama abang!" ucap Zahra dengan tersenyum sumringah.

"Kok jadi bunda yang ngebet banget sih?" ucap Yusuf.

"Seterah bunda dong!"

"Udah cepet jawab, kamu suka kan sama Likha?" tanya Zahra.

"Iya bund, abang suka. Likha gadis berbeda yang pernah abang temuin. Dia bar-bar, lucu, gemesin lagi!" ucap Yusuf sembari terkekeh pelan.

Tentu saja Zahra yang mendengarnya sangat senang, karena putranya menyukai gadis yang akan ia jodohkan kepadanya.

"Ya udah bund, abang berangkat. Takut ketinggalan kelas," ucap Yusuf. Ia pun mencium punggung tangan kanan kedua orangtuanya, dan tak lupa ia mencium pipi chubby adik kesayangannya.

"Nanti kalau udah pulang langsung kerumah ya bang!" ucap Zahra, yang terdengar seperti perintah.

Yusuf mengangguk.

"Iya bund. Abang pamit, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Yusuf keluar dari ndalem, sesekali ia membalas sapaan dari para santri dan santriwati yang sedang piket, di halaman ndalem.

Matanya menangkap sosok gadis yang saat ini tengah memegang sapu lidi di tangannya, bibir gadis itu terus saja komat-kamit, membuat Yusuf jadi terkekeh geli.

"Ampun dah! Miris banget sih nasib gue. Yang dulunya nih tangan nggak pernah gue ajak susah jadi gue ajak sengsara! Pliss jangan lecet yang tangan!" ucap gadis itu.

Langkah kaki Yusuf mendekati gadis itu, entah kenapa rasanya ia ingin menyapanya.

"Jangan ngedumel terus Likha! Kerjain aja. Calon ibu dari anak-anak aku nggak boleh ngeluh terus," ucap Yusuf, untung saja tempat ini hanya ada Zulaikha seorang jadi tidak ada yang mendegar ucapannya barusan.

Cinta sang Gus ✓[Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang