TH | 10

585K 59.6K 8.4K
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





*****




Laki-laki itu memutar bola matanya malas. "Mending sekarang kamu keluar, sebelum--"

"Ekhem!"

Ucapan Umar terpotong oleh suara deheman seseorang yang tiba-tiba masuk ke dalam dapur. Kedua anak manusia berbeda kelamin itu langsung menoleh ke arah orang tersebut.

"Assalamu'alaikum." Ucap orang itu.

"Wa'alaikumussalam."

"Wa'alaikumussalam, Gus." Umar langsung menunduk dan menghampiri orang itu yang ternyata adalah Abi. Menyalami tangan milik Abi, belum sempat punggung tangan Abi ia cium, Abi sudah menariknya lebih dulu dan mencium tangannya sendiri, begitupun dengan Umar yang mencium tangannya sendiri.

"Ngapain kalian berduaan di dapur?" Tanya Abi dengan nada dinginnya dan dengan tatapan yang menatap kedua orang itu datar.

"Nggak ngapa-ngapain, saya cuma mau minum doang. Dia juga cuma goreng ketela." Jawab Dira santai.

"Kalian tau, peraturan di agama kita bagaimana tentang laki-laki dan perempuan bukan mahram dalam satu ruangan." Ujar Abi menatap Umar yang menunduk sopan, serta menatap Dira yang memasang wajah tanpa merasa bersalahnya.

"Maaf, Gus. Saya tidak ada maksud untuk berduaan dengan perempuan yang bukan mahram saya. Saya tadi memang sedang menggoreng ketela karena Ibu saya sedang ke kamar mandi sebentar, jadi saya yang melanjutkan menggorengnya. Dan perempuan itu yang tiba-tiba masuk karena ingin mengambil minum." Umar menjelaskan.

"Apapun alasannya." Abi beralih menatap Dira yang masih saja santai. "Dan kamu, urusan kamu di dapur sudah selesai, kan? Kenapa tidak langsung pergi?"

"Masa langsung pergi gitu aja? Nanti dikira sombong dong kalo nggak nyapa?" Tanya Dira balik.

"Menyapa secukupnya, Nadira. Mengobrol boleh, tapi saat keadaan ramai, tidak hanya ada kalian berdua. Dan pastinya kalian tau, jika laki-laki dan perempuan hanya berdua saja, maka yang ketiganya adalah setan."

"Gus Abi dong setannya?" Cetus Dira.

Umar yang mendengar itu langsung melotot kearah gadis itu. Berani sekali gadis itu Dira berbicara seperti itu pada seorang Gus?! Walaupun orang yang diajak berbicara bukanlah seorang Gus, apa pantas berbicara seperti itu?

Sedangkan Abi wajahnya sudah memerah padam. Dan batinnya terus mengucap istighfar.

"Jaga ucapan kamu. Nggak sopa tau, nggak? Apa pantas kamu berbicara seperti itu pada Gus Abi?" Desis Umar tajam pada Dira.

Dira hanya mencebikan bibirnya dan menggerutu kesal.

Abi menghela nafas panjang, mencoba menahan emosinya sendiri. "Dira, urusan kamu di dapur sudah selesai, kan? Sekarang keluar, temui saya di ndalem." Ucap Abi tegas.

The Hidden [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang