TH | 36

483K 55.5K 9.1K
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




*****




Abi membuka dengan pelan pintu kamar milik Dira dirawat. Wajahnya nampak sangat lesu, tercetak jelas raut lelah dan sedih di sana. Siapapun bisa melihatnya.

Mendengar suara pintu yang dibuka, Dira yang sudah sadar setengah jam yang lalu oun mengalihkan tatapannya pada Abi. Matanya berkaca-kaca saat itu juga.

Tapi Abi tersenyum. Laki-laki itu tersenyum kearah istrinya. Mencoba menampilkan wajah tenangnya seperti biasa. Ia menghampiri Dira, mencium kening perempuan itu dengan lembut dan mengusap pipinya.

"Maafin aku." kata Dira lirih penuh sesal karena merasa gagal menjaga calon anak mereka.

Abi menggeleng dengan senyum tenangnya.

"Aku nggak bisa jaga calon anak kita." Dira berucap dengan suara bergetar, "kalo aja aku tau aku lagi hamil, aku pasti bakal jaga. Kalo aja aku nggak ceroboh, kita nggak bakal kehilangan calon anak kita. Kalo--"

"Sssstt." Abi meletakkan telunjuknya pada depan mulut Dira mengisyaratkan perempuan itu untuk berhenti berbicara.

"Nggak papa. Qodarullah wa maa sya'a fa'ala, ini adalah takdir Allah, apa yang Dia kehendaki Dia perbuat. Dira nggak boleh menyalahkan diri sendiri, nggak boleh juga menyalahkan takdir. Semua udah rencana Allah." jelas Abi dengan penuh perhatian.

"Kita sebagai manusia nggak lepas dari yang namanya cobaan, ujian. Dan ini ujian yang Allah kasih ke kita sekarang. Kita diberi ujian bukan semata-mata Allah nggak sayang sama kita, tapi karena Allah sayang Allah kasih kita ujian. Dengan datangnya cobaan atau ujian ini kita jadi bisa lebih dekat sama Dzat yang menciptakan kita karena kita pasti akan berdoa, mengadu kepada Allah. Dan Allah nggak pernah kasih ujian ke hambanya di luar batas kemampuan kita."

"Jadi, kamu pasti bisa lalui ujian yang Allah kasih. Kamu juga harus banyak-banyak sabar, harus ikhlas, nggak boleh menyalahkan diri sendiri lagi, karena ini udah ketetapan Allah. Ya?"

Meski rasa sedih dan rasa bersalah itu masih ada dalam hatinya, Dira mengangguk pelan. Perkataan Abi tadi mampu membuat rasa itu sedikit menghilang dari hatinya.

"Mas Abi nggak marah sama aku?"

Abi tersenyum lembut dan menggeleng, "kaya yang mas omongin tadi, ini takdir Allah, skenario terbaik Allah. Dan Mas nggak marah sama Dira, sama sekali nggak. Karena memang mungkin belum waktunya kita diberi kepercayaan untuk dititipi malaikat kecil, Allah masih mau kasih kita waktu untuk saling mengenal lebih dalam lagi."

Lagi-lagi Abi tersenyum lembut sambil mengusap pipi Dira yang basah akibat air mata yang dengan lancangnya melewati permukaan lembut itu.

Tak lama, Kiyai Usman, Umma Hafsah masuk ke dalam ruang rawat Dira bersama dengan Malik dan Danita setelah mereka selesai makan di kantin.






The Hidden [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang