Bab masih lengkap‼️SUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI GRAMEDIA SELURUH INDONESIA‼️
________________________________
Publish : 15 Desember 2021
Republish : 17 Maret 2022
End : 25 April 2022
________________________________
Tersembunyi. Itulah status salah...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*****
"Nadira mau anak berapa?"
"Hah?" Dira yang terkejut mendengar pertanyaan Abi pun langsung mendorong dada suaminya itu.
"Maksudnya?" Ia bertanya dengan tatapan ngerinya.
"Kamu kaya gini itu ngundang syahwatnya Mas tau nggak?"
"M-Maksudnya?"
Abi menghela nafas panjang dan menarik istrinya tersebut kembali ke dalam dekapannya, "Mas udah puasa 2 tahun loh. Kamu harus tanggung jawab udah ngundang syahwatnya Mas."
Darah Dira berdesir hebat, dan jantungnya berpacu sangat cepat, "Tanggung jawab ap-apa sih?" Tanyanya gugup.
"Tolong jadi perempuan yang peka, Ning. Kasih Mas hak nya suami." Ujar Abi dengan suara rendahnya.
"Tapi--"
"Ini handuknya sekali tarik langsung kelar loh kamu." Abi memotong ucapan Dira sambil menarik ujung handuk yang terselip di sela-sela.
"Iih! Jangan!" Seru Dira sambil memegangi handuknya sendiri.
"Ini kalo ujung handuknya Mas lepas, gimana?" Abi semakin gencar menggoda istrinya itu.
"Jangan! Nanti keliatan semua!"
"Apanya yang keliatan?"
Glek
Dira menelan salivanya susah payah. Ia semakin merapatkan tubuhnya pada Abi agar handuknya yang ujungnya sudah lepas dari sela-sela, tidak lepas begitu saja dari tubuhnya.
"Jangan sih Mas." Rengek Dira.
Abi terkikik geli, "Mas 2 tahun ini selalu penuhi kewajiban Mas buat nafkahin kamu loh, tinggal nafkah batin yang belum. Masa kamu nggak penuhi kewajiban kamu sebagai istri?"
"Perhitungan banget!"
"Loh? Ya bukan perhitungan, tapi emang begitu. Kamu mau dapet dosa kalo nggak penuhi kewajiban kamu?"
"Y-ya enggak lah!"
"Terus?"
"Terus apa?"
"Terus mana tanggung jawab kamu udah ngundang syahwatnya Mas? Mas juga belum kasih nafkah batin ke kamu."
"Aaaaa aku nggak mau." Tolak Dira sambil merengek.
"Dosa nolak suami."
Dira berdecak sebal, "Ancamannya dosa mulu ih!"
"Nggak ngancem, tapi memang seperti itu, Ning Nadira. Berdosa dan tidak diberi ampunan sama Allah."
Dira diam. Ia sebenarnya sedikit takut. Takut dirinya mendapat dosa karena menolak, takut juga jika dirinya benar-benar memberikan hak pada Abi, ia belum siap.