TH | 17

509K 60.5K 13.9K
                                    

"Mau secantik apapun perempuan itu, mau se-sholeha apapun perempuan itu, mereka akan kalah sama dia yang namanya tertulis berdampingan dengan nama saya di lauhul mahfudz

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau secantik apapun perempuan itu, mau se-sholeha apapun perempuan itu, mereka akan kalah sama dia yang namanya tertulis berdampingan dengan nama saya di lauhul mahfudz. Mereka tidak akan pernah menang bersama bersaing bersama dia."

--Abizar Mukhtar Al-Hariz--


*****




"Kak, gimana? Udah dikasih batagornya?" Tanya Dira dengan semangatnya pada Raya yang baru saja melangkah keluar dari gerbang ndalem.

Ternyata dari tadi Dira tidak langsung pergi ke asramanya, melainkan menunggu Kakaknya.

Raya mencoba memasang senyum seperti biasanya untuk menutupi kesedihan kekecewaannya. "Udah kok." Jawabnya.

Dira memicingkan matanya curiga. Senyum Kakaknya ini berbeda dari biasanya. "Lo kenapa?"

"Emang Kakak kenapa?" Tanya Raya balik sambil terkekeh lirih.

"Muka lo nggak bisa bohong. Lo keliatan kaya orang sedih gitu. Kenapa?"

"Kakak nggak papa, Nadira." Elak Raya yang kembali mencoba biasa saja.

"Jujur sama gue." Dira berbicara dengan nada yang serius.

"Jujur apa sih? Emang Kakak nutupin apa dari kamu?"

"Gue tau lo gimana. Walaupun kita jarang ada momen berdua, jarang ketemu, dan jarang ngobrol, gue tau elo, gue paham elo. Kalo lo masih anggap gue adik, lo mau cerita ke gue. Kalo nggak, lo nggak perlu ngomong lagi sama gue." Dira menatap Raya datar dan berbalik hendak meninggalkan Kakaknya tersebut sebelum tangannya ditahan.

"Oke, Kakak bakal cerita."

Dira mengigit bibir bawahnya menahan senyum, dan hatinya bersorak gembira. Akhirnya akting sok marahnya itu berhasil membuat Kakaknya mau bercerita kepadanya. Karena jujur, Dira tidak benar-benar ingin mengatakan kalimat terakhirnya tadi.

Dira kembali memasang wajah datar dan Kembali menghadap Raya, melipat tangannya di depan dada.

"Jadi?"

"Tadi Kakak keceplosan bilang kalo Kakak suka sama Gus Abi." Ucap Raya dengan lirih nyaris berbisik, tapi Dira tetap dapat mendengarnya.

Dira membuka mata dan mulutnya lebar-lebar terkejut. "Serius?" Tanyanya tidak yakin.

"Serius."

"Ya ampun! Terus-terus? Gus Abi gimana? Dia suka sama lo juga, kan? Ya ampun bentar lagi Kakak gue mau nikah." Cerocos Dira dengan antusiasnya.

The Hidden [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang