Bab masih lengkap‼️SUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI GRAMEDIA SELURUH INDONESIA‼️
________________________________
Publish : 15 Desember 2021
Republish : 17 Maret 2022
End : 25 April 2022
________________________________
Tersembunyi. Itulah status salah...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*****
Di sinilah sekarang laki-laki yang bertamu tadi, duduk di ruang tamu bersama keluarga ndalem, kecuali si kembar yang memilih untuk memberi tempat pada mereka.
Mendengar pengakuan laki-laki itu, Dira tentu terkejut bukan main. Maksudnya apa coba?
Setelah Kiyai Usman serta Umma Hafsah keluar dari dalam, mereka menyuruh laki-laki itu untuk duduk dan menyuruh santri yang sedang piket untuk memanggilkan Raya di asrama.
Dira tak henti-hentinya menatap laki-laki bernama Gibran Athala itu dengan tatapan tajamnya. Abi yang duduk di sampingnya menggenggam tangan Dira yang terkepal.
"Kontrol diri." Abi berbisik pelan.
Tapi agaknya Dira tidak mendengarkan karena fokusnya sudah pada si tamu. Hingga suara Raya yang mengucap salam langsung membuat Dira mengalihkan tatapannya pada sang Kakak.
Baru saja Dira ingin berdiri dan menghampiri Raya, tangannya sudah lebih dulu ditahan oleh suaminya. Perempuan itu menatap Abi penuh tanya, dan Abi hanya menggelengkan kepalanya saja.
"Assalamualaikum." Raya mengucapkan salam.
"Wa'alaikumussalam."
Mata Raya dan mata laki-laki tadi tak sengaja bertemu tatap dan Raya langsung menunduk begitu Gibran melempar senyum tipis kearahnya.
"Masuk, Nduk." ujar Kiyai Usman.
Raya mengangguk lalu duduk di samping Gibran dengan sedikit memberi jarak. Ia hanya bisa menunduk tanpa memiliki keberanian untuk menatap orang yang ada di sana, terutama pada adiknya, Dira.
"Kak, jelasin dong ini maksudnya gimana?" ujar Dira yang sudah benar-benar tidak bisa membendung rasa penasarannya sama sekali.
"Dira." tegur Abi.
"Aku tuh penasaran, Mas. Dia siapa sih, kok bisa-bisanya ngaku-ngaku jadi suaminya Kak Raya?"
"Kamu diem dulu, dengerin penjelasan mereka dulu."
"Bener, Nduk. Biar Nduk Raya dan Gibran jelaskan dulu." Umma Hafsah menambahi.
Dan akhirnya mau tidak mau Dira diam mengunci mulutnya menunggu salah satu diantara mereka menjelaskan.
"Maaf karena kedatangan saya pagi-pagi ini sudah membuat situasi menjadi tidak enak seperti ini." Gibran mulai bersuara.
"Pak Kiyai, Bu Nyai, maksud tujuan saya datang ke sini karena ingin menjemput Raya pulang bersama saya. Sesuai dengan apa yang sudah kami diskusikan kemarin bersama Raya juga orang tuanya." ucap laki-laki itu menyampaikan tujuannya datang ke sini.
"Bentar-bentar," Dira menghela nafasnya gusar.
"Bisa tolong situ jelasin dulu kenapa situ bisa ngaku-ngaku sebagai suaminya Kak Raya? Kak Raya juga jangan cuma diem aja dong. Jelasin ke gue, sebenernya ini apaan sih? Kenapa gue jadi kaya orang bodoh yang cuma bisa plangaplongo doang di sini?"