Bab masih lengkap‼️SUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI GRAMEDIA SELURUH INDONESIA‼️
________________________________
Publish : 15 Desember 2021
Republish : 17 Maret 2022
End : 25 April 2022
________________________________
Tersembunyi. Itulah status salah...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*****
"Tinggalin Gus Abi."
Kata-kata itu terus terngiang di otak dan benak seorang Nadira. Ia tidak menyangka Kakaknya bisa mengatakan seperti itu. Apa semudah itu Raya menyuruhnya untuk meninggalkan suaminya sendiri?
Raya bukan lagi Kakak yang Dira kenal. Raya sudah berubah. Tidak ada wajah ramahnya lagi, tidak ada senyum lebar untuknya lagi, tidak ada kata-kata yang menenangkan untuknya lagi. Yang ada sekarang hanyalah wajah yang menatapnya penuh benci, perkataan yang tajam dan menusuk.
Sedih? Jelas Dira sedih. Ia tidak menyangka Kakaknya dapat berubah seperti ini. Lalu apa yang harus dirinya lakukan sekarang?
Meninggalkan Abi demi mendapatkan maaf dari Raya? Dira tidak bisa melakukan hal itu. Dirinya sayang pada Abi, ia tidak mungkin meninggalkan laki-laki itu. Tapi dirinya juga sayang pada Raya, Dira ingin mendapatkan maaf dari Kakaknya itu.
Tapi apa harus dengan cara ini? Meninggalkan Abi?
Jika dirinya meninggalkan Abi demi Raya, bukan hanya dirinya dan Abi yang sakit, tapi Mamah-Papahnya dan keluarga Abi juga pasti akan merasakan sakit.
Kepala Dira langsung berdenyut pening sekarang. Pikirannya kacau dan hatinya sangat risau.
Gadis itu melangkahkan kakinya yang terasa berat menuju dapur ndalem. Ia perlu minum demi meredakan sedikit rasa gelisahnya.
Dira menuangkan teh tubruk ke dalam cangkirnya dan menyeduhnya dengan air panas tanpa gula. Setelahnya ia duduk di kursi untuk menyesap teh buatannya.
Pikirannya yang sedang kacau membuat dirinya tidak menyadari kehadiran Abi yang kini sudah berada di belakangnya.
"Assalamu'alaikum." Ucap Abi dengan senyum manis seperti biasa.
Dira menoleh sekilas dan tersenyum singkat, "Wa'alaikumsalam." Jawabnya.
Abi mengulurkan tangannya yang langsung dicium oleh di Dira seperti biasa. Tapi saat Abi ingin mencium wajah Dira, gadis itu malah menghindar membuat kerutan bingung hadir di kening laki-laki itu.
"Kenapa?" Tanya Abi.
Dira hanya menggeleng menanggapi dan tidak berani menatap wajah suaminya itu. Tangannya yang memegang cangkir teh nampak bergetar dan tiba-tiba terasa tak bertenaga hingga membuat cangkir itu merosot dari tangannya dan berakhir pecah berbenturan dengan lantai dapur.
Air teh yang masih panas serta serpihan cangkir itu memang tidak mengenai kaki Dira, tapi melukai kaki Abi.
"Astaghfirullah." Seru Abi terkejut.
"M-maaf." Ucap Dira dengan bibir yang bergetar serta keringat dingin yang membanjiri pelipisnya.
Gadis itu segera berjongkok untuk membersihkan kekacauannya. Tapi tangan Abi sudah lebih dulu menahan tangannya sebelum sempat menyentuh beling.