TH | 25

571K 63.7K 9.8K
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



*****




Di sepertiga malam, seperti biasa warga pondok pesantren At-Taqwa sudah terbangun. Ada yang mandi dulu lalu ke masjid untuk sholat tahajud dilanjut dengan sholat subuh, ada juga yang langsung ke masjid tanpa mandi dulu.

Begitu pula dengan keluarga ndalem. Abi, Kiyai Usman serta Bilal sudah lebih dulu masjid, dan Dira, Umma Hafsah serta Bilqis datang setelah mereka.

"Mba Dira gimana? Udah sehat, Mba?" Tanya Alma yang menyadari kehadiran Dira di masjid.

Dira hanya tersenyum tipis seraya mengangguk sebagai jawaban.

Alma menghela nafas lega, "Alhamdulillah. Asal Mba Dira tau, ya. Waktu aku pulang dari madrasah kemaren, aku kaget nggak liat Mba Dira di kamar asrama, aku kira Mba dimana. Ternyata di ndalem." Katanya.

Dira langsung menatap Alma dengan tatapan sedikit terkejut, "Lo tau gue ada di ndalem?"

Alma mengangguk, "Kata Mba Raya. Lagian harusnya aku nggak perlu kaget sih. Soalnya santri di sini kalo ada yang sakit kan emang disuruh tinggal di ndalem selama beberapa hari sampe sembuh."

Dira memejamkan matanya dan menghembuskan nafas lega. Ia kira Alma sudah tau tentang statusnya dengan Abi. Ternyata tidak. Bukan apa-apa, Dira hanya belum siap saja jika statusnya terbongkar.

"Berarti nanti Mba Dira balik ke asrama, kan? Kan udah sembuh."

Dira tak menyahut karena ia tidak tau harus menjawab apa. Ia belum membicarakan masalah ini lagi dengan Abi. Ia tidak kapan status mereka akan dibongkar. Dira hanya bilang jika ia tidak ingin statusnya dibongkar dalam waktu dekat. Ia belum siap.

Setelah sholat subuh selesai, semua orang melanjutkan aktifitas mereka masing-masing. Ada yang pergi ke madrasah bagi santri yang masih sekolah, ada yang kuliah, ada juga yang mengikuti kajian bagi santri yang tidak ada kegiatan lain.

"Dira, saya punya sesuatu buat kamu." Kata Abi pada Dira yang tengah mengancingkan lengan kemeja tuniknya.

"Apa?" Tanya gadis itu dengan alis terangkat.

Abi berjalan menuju lemari dan mengambil sebuah kotak di sana lalu memberikannya pada Dira.

"Buka." Titahnya.

Dengan rasa kepo yang membuncah, Dira segera membuka kotak kayu warna putih itu, dan mulutnya ternganga hingga tangannya tergerak menutup mulutnya sendiri.

Di dalam kotak itu ada sebuah kalung berliontin bulan sabit yang Abi beli waktu itu, tuspin berbentuk mawar yang waktu itu jatuh saat Abi berpapasan dengan Raya, serta kotak kecil bludru berwarna merah.

"Bangus banget kalungnya." Ujar Dira takjub sambil menyentuh kalung berliontin bulan sabit itu.

Abi mengambil kotak kecil merah bludru itu dan membukanya. Dira semakin dibuat ternganga melihat isi dari kotak kecil tersebut. Sepasang cincin perak.

The Hidden [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang