Chaeyoung menatap kamar yang sudah disiapkan untuk Jimin dan Sungchan. Ia berdiri dipintu kamar itu, suaminya menghampiri dan melihat wajah termenung Chaeyoung diusapnya punggung wanita itu.
"Kau baik-baik saja?"
"Aku teringat Mark sepertinya Tuhan begitu sayang sampai mengambilnya disaat dia masih muda, aku merindukannya" Chaeyoung tersedu dan Jaehyun menariknya dalam dekapan.
"Mark sudah tenang disana Chaeng kita harus kuat, ada dua anak yang bergantung pada kita sekarang dan mereka juga telah mengalami kehilangan yang sama seperti kita"
"Tapi Mark ku, dia sangat lucu..aku...aku sedih Jae, takut nanti semakin melupakan wajahnya"
"Mark akan selalu ada dihati kita Chaeng"
"Aku suka dengan Jimin dan Sungchan... semoga kehadiran mereka bisa menghibur hati dan kita juga bisa mendidik mereka dengan baik"
"Mereka anak yang sopan dan terlihat dewasa tak akan sulit mendidik mereka"
Keduanya masih berpelukan didepan kamar saat pelayan mengatakan kalau Jimin dan Sungchan sudah datang.
"Baiklah kita harus menyambut mereka dengan gembira Chaeng" Jaehyun mengusap pipi dan air mata istrinya.
Kedua anak adopsi itu menatap kagum rumah besar keluarga Jung yang mewah, luas dan banyak pelayan. Tangga yang melingkar artistik, dekorasi yang indah membuat mereka merasa seperti sedang berkunjung ke istana.
Pasangan Jung menyambut mereka dengan baik lalu mengajaknya melihat kamar yang sudah dipersiapkan untuk keduanya.
Kamar Sungchan dan Jimin bersebelahan, remaja itu takjub dengan luas dan indahnya kamar mereka bahkan jika disatukan dua kamar itu jauh lebih luas dari rumah yang selama ini mereka tinggali.
Belanjaan yang tadi dibeli pun sudah tertata rapih didalam lemari membuat mereka tercengang. Segitu hebatnya kah kekayaan mereka? semuanya seperti sulap.
"Apa kalian suka dengan kamarnya?"
"Suka nyonya..." jawab Sungchan.
"Bisakah memanggilku mama" Sungchan mengangguk malu.
"Maafkan dia, kamarnya bagus mam aku suka" ujar Jimin dan Nyonya Jung terlihat senang.
"Bagaimana jalan-jalannya kalian pergi kemana?"
"Ah kami ke Hongdae, sangat menyenangkan dan ramai" jawab Jimin tapi kemudian ia teringat pemuda kurang ajar yang melemparkan uang dan ia menjadi geram.
"Syukurlah kalau kalian suka"
"Istirahatlahlah kalian pasti lelah" perintah Tuan Jung setelah mereka selesai makan malam.
"Jika ada yang dibutuhkan jangan sungkan panggil saja pelayan untuk membantu"
"Besok kalian akan pergi membuat pasport dan kita akan ketemu di bandara untuk terbang ke Jeju buat berakhir pekan, lalu setelahnya kalian ikut kami ke Jepang dan Singapura. Papa ada urusan di sana, kalian berdua bisa jalan-jalan menemani mamamu" perkataan papa membuat keduanya saling berpandangan.
Ke bandara saja mereka belum pernah apalagi liburan ke tempat itu, semua itu hanya ada dalam angan mereka selama ini.
"Sebelum kalian masuk sekolah nanti ada guru privat yang akan mengajar kalian jadi siapkan dirimu" ujar mama.
"Satu hal lagi mulai hari ini dan seterusnya kalian adalah anak kami, dan tidak ada yang tahu mengenai adopsi kecuali orang yang berkumpul tadi dan dua pelayan kepercayaan kami. Gosip dan skandal sangat berpengaruh pada bisnis jadi jaga perilaku kalian simpan dirimu untuk dirimu sendiri. Apa kalian paham?"
Mereka mengangguk.
"Papa ingin kami menutup mulut tentang identitas asli kami?"
"Apa itu sulit?" Jimin menggelengkan kepalanya.
"Sepanjang papa dan mama memperlakukan kami selayaknya anak sendiri maka kami pun akan membalasnya begitu, karena bagaimanapun kami sangat berterimakasih pada anda berdua"
"Oke kami tahu kamu sangat cerdas Jimin dan kamu pasti tahu apa yang harus dilakukan"
Keduanya kembali mengangguk, yah ini semacam hubungan saling menguntungkan simbiosis mutualisme tak ada yang salah dengan hal ini, tapi jika kasih sayang yang diharapkan ini perlu waktu mereka berempat masih harus mengenal satu sama lain terlebih dahulu.
Jimin menghempaskan tubuhnya di kasur empuk yang sangat nyaman ia sudah membersihkan dirinya dan berganti pakaian tidur.
Ia melihat kantong baju yang baru dibelinya tadi di Hongdae, ia menjadi kesal kembali. Rasanya belum puas memaki pemuda tidak sopan itu tapi sialnya ia malah dikatai sedang nge-rapp.
Sungchan mengetuk pintu dan masuk menghampiri, adiknya itu juga terlihat memakai piyama baru. Meski wajahnya tak menunjukkan Jimin tahu adiknya gugup dan cemas.
"Kau mau tidur disini?... kemarilah"
"Kamar seluas itu sedikit menakutkan" Jimin tertawa mendengarnya .
"Tidurlah..." dan Sungchan merebahkan dirinya di samping Jimin.
"Sungchan..."
"Ya..."
"Biasakan dirimu mulai dari sekarang semua tindakan kita akan sangat disorot tak hanya oleh keluarga Jung tapi juga kolega dan media kamu harus paham keluarga adopsi kita ini bukan keluarga biasa"
"Ummm" hanya itu yang terdengar dari mulut Sungchan, Jimin menoleh dilihatnya si adik sudah sangat ngantuk, diselimutinya tubuh bongsor adiknya itu.
"Kita tidak tahu apa yang akan kita lalui kedepan tapi kita pernah melalui semua kepahitan yang terburuk tak ada salahnya sedikit bersenang-senang sekarang"
"Aku tidak tahu apakah kita yang beruntung ataukah kedua anak itu yang beruntung, aku senang mereka ternyata sangat sopan dan terpelajar, padahal jika membaca laporan penyelidikan mengenai kehidupan mereka... sangat-sangat mengenaskan dan miskin, aku tak tahu bagaimana mereka berdua bisa bertahan dalam keadaan yang serba kekurangan itu, tapi kuakui mereka anak yang cerdas"
"Sungchan sangat tampan dan imut walaupun badannya sudah setinggi itu dan Jimin dia itu contoh kecantikan yang alami, bukan hanya itu dia juga jenius nilai sekolahnya sangat bagus...mereka lucu karena terus-terusan memanggilku nyonya...hahaha" pasangan itu tertawa mengingatnya.
"Mereka masih belum terbiasa, nanti juga berubah...kurasa mendiang ayahnya sudah mendidik mereka dengan baik dibalik semua keterbatasan mereka"
"Iya aku senang hari ini bisa membuat kedua anak itu merasakan hal baru"
"Aku yakin kamu pasti akan mimpi indah Chaeng" Jaehyun menatap wajah istrinya sambil menarik selimut lalu menciumnya.
"Chaeng, kita mungkin bisa membuat adik untuk Sungchan" Jaehyun menggodanya.
"Jangan bercanda, sama sekali tidak lucu Tuan Jung Jaehyun" Jae tertawa kecil.
"Tidurlah besok kita harus ke bandara"
🌾
Suka aja ngapload ini biarpun ga ada yang baca
Kasih semangat donk ayo vote 😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Becoming VIP [✔]
Teen FictionDua remaja adopsi terseret dalam kehidupan kaum VIP, dipamerkan, dibanggakan bahkan dijodohkan dan tetap harus menyembunyikan identitas aslinya. "Jangan pernah percaya pertemanan dari orang kaya karena 100% mereka palsu" "Perjodohan sesama orang kay...