V17| Persiapan

735 98 1
                                    




Berapa kali pun pintu kamar Sungchan diketuk pemiliknya tak juga merespon. Jimin berhenti saat pelayan lewat dan memberitahukan kalo adiknya sudah pergi bersama papa.

"Kenapa Sungchan tak memberitahuku" sungutnya sambil ikut ke dapur bersama pelayan itu.

Ia meminta segelas jus jeruk dan duduk di hadapan meja dapur sambil meneguknya.

"Kau disini rupanya" suara mama membuat semua orang didapur menoleh.

"Selamat pagi nyonya" sapa para pelayan begitu pun Jimin.

"Sungchan kemana sih mam?"

"Papamu bilang mau main tenis, mama tak tau kalo dia ngajak Sungchan"

"Trus kenapa aku gak diajak?" Jimin merengut kesal. 

Mama malah mendekat dan mengelus rambut Jimin.

"Kamu jam berapa ke pestanya keluarga Lee?"Jimin mengedikan bahu "Kau ini, mana boleh bersikap begitu?" tegur mama lalu menyuruh pelayan menyiapkan peralatan.



"Jimin kemari dan duduk dengan tegak, mama mau mengajarimu table manner, jangan sampai kamu membuat kesalahan nanti, apapun konsep pestanya kamu harus siap" ujar Mama melihat Jimin yang bersikap ogah-ogahan tapi tak urung mengikuti perintah mamanya.

Jujur Jimin sama sekali tak bersemangat, tapi mengingat Nyonya Lee sudah membelikan gaun, ia jadi seperti terpaksa meski tak begitu berminat.

Mama dan kepala pelayan mengajarkan dengan telaten tatakrama dalam jamuan makan resmi dan emang pada dasarnya Jimin anak yang cerdas tak sulit untuk mengingat apa yang dipelajari hari itu. Mama maupun kepala pelayan itu terlihat lega melihat Jimin dapat menyerap pelajaran yang mereka berikan dengan cepat.




Suara Sungchan yang bersendung dan langkah kaki berjalan membuat Jimin berseru.

"Sungchan kemarilah!!"

Adiknya menengok ke ruangan walk in closet. Ia melihat kakaknya sedang bersama mama mencoba sepatu di ruangan itu dan seorang pelayan juga membantu Jimin melepas dan memakai sepatu. Gadis itu sedang mencari sepatu yang sesuai dengan gaunnya untuk ke pesta sore nanti.

"Sedang apa kak?" hanya kepalanya saja yang nongol.


"Bagaimana pelajaran tenis mu?" mama menoleh dan malah balik nanya.

"Huh aku gak mau lagi ikut...apaan aku  cuma disuruh mungutin bola saja oleh papa" pemuda itu merengut kecewa, mama dan Jimin malah tertawa melihat raut wajahnya.

 "Ini tuh serius! mendingan aku main basket lah" Sungchan terlihat kesal.

Tiba-tiba kepala papa muncul di belakang Sungchan.

"Yah! kaki dan tangan panjangmu tak berguna!... bolanya lolos melulu, sepertinya Sungchan harus masuk ke kursus tenis untuk pemula"

"Nggak!... Sungchan lebih baik ikut kursus beladiri daripada tenis" wajahnya jelas menolak.

"Kenapa tidak mau?...tenis itu penting, suatu hari nanti kamu akan melakukan negosiasi bisnis bernilai besar hanya melalui permainan tenis, golf, berkuda atau olahraga elite lainnya" papa mengacak rambut Sungchan gemes.


"Jae, bukankah itu terlalu dini untuk mereka?"

"Tak ada yang terlalu dini, kalian dipersiapkan untuk mahir segala hal dan itu akan berguna bagi kalian kelak"

Becoming VIP [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang