37. Keterlaluan

23 8 0
                                    

Acca backk!!

Tituttt...
Udah siap baca Sashya lagi?
Tim happy or sad ending nih?

Tolong vote and coment nya ya
Thank you.

~Happy Reading~

Galang mengucek matanya, lanjut mengerjap menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan buram. Ia turun perlahan dari ranjangnya. Baru saja satu langkah, ia merasakan pusing, laki-laki tersebut memegang ujung meja sebagai pegangannya.

"Arghhhh." ringisnya ketika pusing berat karena mabuk masih menyerangnya. "Shit."

Ia buru-buru mengambil air minum di mejanya, kemudian membasuh wajahnya. Kesadarannya pun terkumpul, laki-laki tersebut berjalan kearah dapur, memasak telur dadar untuk sarapannya. Setelah selesai memasak, sisalah ia menyantap makanan tersebut dengan ludes. Kemudian laki-laki tersebut berjalan kembali kearah kamarnya, duduk dan melamun.

"Kok rasanya kemarin Sasa yang bawa gue kesini, tapi masak ia si? Kan dia masih marah."

Sementara itu ditempat gadis yang dibicarakan Galang tadi, ia tengah menonton tv kesukaannya, di sana terlihat spons kuning tengah bergulat dengan squidward, Sashya tersenyum bahkan tertawa saat melihat lelucon yang dibuat spons tersebut. Sembari memakan popcorn. Syukurlah kemarin malam ia sadar dan tidak menginap di apartmen Galang, bisa gawat kalau Tina, ibunya tau.

Kemudian ia tersadar, segera ia meraih ponselnya yang berada disebelahnya. Mengecek sesuatu di whatsapp nya. Ia terdiam, mengapa sang kakak belum juga mengechat atau meneleponnya. Sashya buru-buru mencari ibunya, hendak bertanya apakah ibunya sudah mendapat telepon dari kakaknya itu.

"Mah," ia berlari kecil kearah dapur. "Mah, mama udah dapet telepon dari Devan, belum?"

"Devan?" Tina lantas menggeleng. "Belum, sayang. Devan belum ada nelepon mama tuh."

"Tadi Sashya sempat telepon Devan, tapi nomernya ga aktif," jawab gadis itu, dengan wajah khawatir. "Perasaan Sashya ga enak mah. Seharusnya kan Devan sudah pulang sekarang, tapi kok dia ga ngabarin sama sekali."

Drtt... drt....

Tiba-tiba telepon Tina berbunyi, wanita paruh baya itu buru-buru mengecek ponselnya. Keningnya berkerut. "Nomernya ga dikenal, Sya."

"Coba angkat aja, siapa tau kerjaan."

Tina mengangguk, menggeser jarinya kearah tombol hijau. Lantas mendekatkan ponsel tersebut ketelinganya. "Halo."

"Selamat siang apakah benar Anda orangtua dari Devano Abraham?"

Tina menatap Sashya yang sudah bertanya-tanya ada apa. "Benar, saya ibunya. Ada apa ya pak?"

"Anak Anda mengalami kecelakaan tabrak lari, sekarang tengah berada di rumah sakit Osaka Permata Mulia."

"Anak saya, anak saya masuk rumah sakit?! Baik, saya sebentar lagi kesana." Tina lantas menutup teleponnya.

"Kenapa mah? Itu siapa yang nelepon? Kok bawa-bawa rumah sakit?" Pertanyaan beruntun ditanyakan oleh Sashya.

"Dimobil mamah jelasin, sekarang kita harus kerumah sakit Osaka Permata Mulia." Tina menarik tangan Sashya menuju garasi, kemudian menaiki mobil, dan meninggalkan pekarangan rumahnya.

Sashya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang