39. Harus kuat!

33 8 0
                                    

Acca backk!!

Tituttt...
Udah siap baca Sashya lagi?
Tim happy or sad ending nih?

Tolong vote and coment nya ya
Thank you.

~Happy Reading~

"Galang, ternyata kekasihmu ini sangat cantik dan polos ya." ujar Alvaro, seraya tersenyum manis kepada Sashya.

"Jangan Anda apa-apakan dia, bajingan!"

"Berani sekali kamu berkata kasar kepada saya, apakah gadis ini yang mengajarimu?!"

Galang menatap lekat Alvaro. "Anda yang mengajarkan saya berkata seperti ini, apakah Anda tidak puas membuat ibu saya trauma?! Apa sebenarnya yang Anda inginkan."

Alvaro berjalan mendekati Galang, menepuk bahu laki-laki tersebut. "Jika saya kamu mau menuruti saya untuk ikut dengan saya, dua tahun lalu. Semuanya tidak seribet ini. Sekarang saya ulangi lagi, ikut saya dan saya pastikan kehidupanmu jauh lebih baik."

Galang mendongak, menatap penuh amarah kepada Alvaro. "Kehidupan lebih baik bagaimana maksud Anda? Menjadikan saya robot, seperti yang Anda lakukan kepada Kara?! Seperti itu? Itu bukan kehidupan yang baik, itu kehidupan yang sangat-sangat buruk. Saya kasian sekali dengan kehidupanmu sekarang Kara, mungkin bunda juga akan ikut prihatin jika melihatmu yang sekarang."

Askara mendesis. "Berani sekali kamu berkata seperti itu, Galang!"

"Berkata apa? Mengapa tidak boleh? Fakta kan, kak?! Fakta kan?!

"Sudah cukup!" Semprak Alvaro, kemudian menatap lagi sekali kearah Galang. "Kamu yakin dengan ucapan kamu, Galang?"

"Sangat yak--"

"Kamu yang memaksa saya melakukan ini, tembak pacar anak saya!"

Galang dan Sashya langsung terkejut, seorang anak buah Alvaro yang berada dihadapan Sashya tengah menodongkan pistolnya. Terlihat jika laki-laki itu handal dalam menggunakan pistol, karena jarak Sashya dan dirinya cukup jauh. Dalam satu tarikan, peluru didalam pistol tersebut terlepas, melesat cepat.

"Sasa!" Teriak Galang, dengan kekuatan penuh dia akhirnya bisa melepaskan tangannya dari anak buah ayahnya. Kemudian ia berlari cepat kearah Sashya, lalu memeluk Sashya satu detik sebelum pistol tersebut mengenai dada Sashya. Membuat mereka berdua sama-sama terjatuh, dan darah segar mengenai baju, celana, juga wajah mereka.

"GALANG! PAH, MEREKA NEMBAK GALANG, BUKAN SASHYA!" teriak Aksa kemudian menghajar habis-habisan anak buah ayahnya itu. Ia memang membenci adiknya, tetapi ia tidak ingin adiknya itu kenapa-napa.

Aksa jalan mendekati Sashya dan Galang, sebelum sampai memegang lengan adiknya. Tatapan tajam sudah diberikan oleh Sashya. "Jangan mendekat, Aksa! Gue benci banget sama lo!"

Sashya menatap Galang dengan wajah bergetar, jantungnya berpacu sangat cepat. Ia menatap berkaca-kaca kearah Galang, lantas menggeleng. "Gala?"

"Sayang kamu ga papa?"

"Gala, kamu ga akan kenapa-napa kan? Kamu akan baik-baik aja kan? Ga boleh terjadi sesuatu dengan kamu." Air mata Sashya keluar, dengan kesadaran yang hampir hilang. Galang mengusap air mata Sashya.

"Jangan nangis, Tuan putri. Aku ga papa, sayang. Lagian Prajuritmu ini ga suka kamu nangis."

Titut... titut....

Mobil polisi pun sampai, terlihat ibu Sashya, Tina bersama para polisi. Tina langsung berlari menghampiri Sashya, melepaskan ikatan yang mengikat tangan dan kaki Sashya. Setelah terlepas, Sashya cepat-cepat menduduki dirinya dilantai, membawa kepala Galang kepahanya.

Alvaro, dan Askara sudah dibawa polisi untuk diurus oleh polisi.

"Astaga, nak Galang. Bentar, Sya. Mama telepon ambulanc."

***

"Sayang, bertahan. Jangan tutup mata kamu, ini perintah!" Kini mereka sudah berada didalam ambulanc, Sashya menyatukan erat jarinya dengan jari Galang

"Gala, kamu denger?! Bertahan. Jangan mati sebelum kita menikah, denger Gal! Jangan mati dulu sayang, bertahan. PAK, CEPETAN DIKIT DONG!!"

Fokusnya kini hanya satu, Galanya. Galangnya harus selamat, apapun caranya. Jika sampai Galangnya kenapa-napa ia tidak akan mengampuni kedua orang jahat itu.

***

Sashya memeluk Tina dan Rachel. Rachel, bunda Galang baru saja tiba. Dokter baru saja memberitahu bahwa mereka harus secepatnya mengeluarkan peluru didalam tubuh Galang, jadi sebentar lagi Galang akan dioprasi.

Dokter memberikan mereka untuk menengok Galang, tetapi jangan beramai-ramai. Karena paham, Rachel pun memberikan Sashya agar lebih dulu menengok Galang. Sashya berterima kasih kepada Rachel, setelah mengganti pakaiannya, gadis itu pun memasuki ruangan sementara yang didalamnya ada Galang.

Air matanya tidak bisa ia bendung lagi saat melihat wajah Galang, Sashya memeluk dengan perlahan Galang. Isakan demi isakan terdengar.

"Galang, kamu harus bangun. Kamu ga boleh kenapa-napa, aku ga akan maafin diri aku sendiri kalau sampai kamu kenapa-napa."

"Aku harap kamu dengarin Sasa kamu ini, kamu sayang aku kan? Berarti kamu harus selamat. Kamu ga akan kenapa-napa, kita harus buat mereka menyesal karena bermain dengan kita. Oke, Prajurit? Kamu harus bertahan, bertahan ya, sayang."

Sashya beralih menggenggam tangan Galang, berharap bisa menguatkan Galang. "Aku akan selalu menunggumu, Tuan putrimu ini akan selalu menunggu dan menjagamu sampai kamu sadar dan sembuh. Jadi kamu harus sembuh ya."

Gadis itu mendekatkan wajahnya ketelinga Galang. "Banyak yang menunggumu, cepat sembuh sayang. Aku sangat-sangat mencintaimu." Ucapan itu diakhiri dengan kecupan singkat didahi Galang, kemudian Sashya berlari keluar dari ruangan tersebut.

***

Jam menunjukan pukul tiga sore, Sashya masih tetap berdiam diluar pintu operasi. Gadis itu menyuruh sang ibu kembali keruangan Devan untuk menjaga Devan, jadi kini ia hanya ditemani oleh Rachel, bunda Galang.

"Sashya, are you oke? Kalau kamu lelah, kamu boleh istirahat dulu. Biar tante yang nungguin Galang."

Sashya tersenyum pedih, kemudian memegang tangan Rachel erat. "Sashya ga papa kok tante, justru tante yang harusnya istirahat. Tante ga boleh kelelahan, Sashya juga ga bakalan tenang sebelum dengar kondisi Galang."

"Kamu memang anak baik, sayang. Maaf ya, karena mantan suami tante, kamu jadi ikut-ikutan dalam masalah ini."

"Ga papa tante, lupain aja."

Cklek...

Suara decitan pintu terdengar, pertanda bahwa operasi telah selesai, dokter keluar dari ruangan operasi. Raut wajah dokter tersebut tidak bisa dibaca, Sashya dan Rachel segera mendekati dokter tersebut.

"Bagaimana dokter? Anak saya baik-baik saja kan? Operasinya berhasil kan?"

Dokter tersebut menghela nafas pelan,

'

'

'

'

Kalau boleh nih, ss part yang menurut kalian seru, trus kirim diIg atau di Tt atau apapun. Trimakasih.

Ig Acca @accamandaa dan @mandaacca.wp ya.

Jangan lupa followw.

Vote yang banyak ya, biar Acca seneng updatenyaaa makasiii.

Sashya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang