Dilema

794 99 37
                                    

Hai hai...
Masih adakah pembaca book ini
Sorry ya lama banget nggak up
Untuk selanjutnya aku bakalan up terus soalnya aku udah nemu pencerahan soal kedilemaan ini ehe...
Absen dulu uhuy...
Makin banyak oembaca makin cepat up ehe...

Warning!!! Yang lagi puasa skip ye...ada dikit ehemm



Suasana kamar bernuansa pink pastel itu agaknya sangat suram, sejak sang pemilik kamar masuk mengurung diri di dalam sana suasana suram menguap dari dalam kamar itu hingga keluar.

Jeno mengetuk pelan kamar adiknya, sejak ia kembali dari acara sang kakak tadi dia melihat Winter masuk ke kamarnya hingga saat ini Winter belum keluar dari kamarnya. Agaknya Jeno khawatir pada adiknya karena wajah sendu Winter saat memasuki kamarnya menyiratkan suasana hati gadis itu.

"Adek, gue masuk ya?"

Tak ada sahutan, namun tak mengurungkan niat Jeno memasuki kamar adiknya. Ia mendekati ranjang yang diatasnya terlihat selimut yang menggunung menyembunyikan tubuh mungil adiknya.

"Winter" panggil Jeno, ia mencoba menarik selimut dari atas tubuh adiknya.

"Adek, kenapa? Lo kenapa hmm?"

Saat selimut itu tersikap, ia menatap kakaknya dengan wajah manyun lalu bangun dan memeluk kakaknya.

"Kenapa?" tanya Jeno sambil mengelus kepala adiknya

Winter mulai terisak membuat Jeno kaget, ia melepaskan dekapannya lalu menatap wajah adiknya yang sudah dipenuhi airmata.

"Kenapa hei? Winter? Siapa yang buat lo begini?"

Winter menggelengkan kepalanya, ia kembali memeluk Jeno erat masih menangis sesegukan.

"Lo habis dari rumah Haechan kan?"

Winter tak menjawab, Jeno hanya berdecak, ia mengelus punggung adiknya, "Diapain lo sama si buluk?"

"Kak Jen jangan sebut kak Haechan gitu"

"Kenapa hmm? Lo nggak suka gue manggil pacar lo buluk?" ujar Jeno

Ia lalu kembali bersuara, "Beneran pacaran sama Haechan?" tanya Jeno lagi

Winter menggelengkan kepalanya, "Nggak pacaran, kita nggak pacaran kok"

"Trus kenapa nangisin Haechan? Marah-marah kalau gue panggil Haechan buluk hmm?"

"Ihhh nggak pacaran pokoknya"

Jeno menghela napas, ia melepaskan dekapannya pada adiknya, "Dengerin gue"

Winter menatap Jeno lamat.

"Lo bukan anak kecil lagi Winter. Perlakuan Haechan ke lo bukan semata-mata hanya sebagai perlakuan kakak ke adeknya. Lo bukan adek Haechan. Haechan bukan Bang Jaehyun, bukan Bang Mark atau gue, lo nggak boleh tergantung sama dia tanpa ada kejelasan mengenai hubungan kalian. Lo harus menetapkan perasaan lo kemana dek. Haechan atau Jaemin" ujar Jeno

Pasalnya Jeno tau kalau diam-diam Jaemin tak pernah melupakan adiknya dan masih gencarnya menyaingi Haechan dalam mengambil hati adiknya.

Winter terdiam mendengar ucapan kakaknya, ia kembali merengek, "Nggak tau, gue suka sama dua-duanya" rengek Winter

Jeno memutar bola matanya malas, adiknya benar-benar belum dewasa.

"Ya mana boleh gitu Winter, pilih satu nggak boleh dua-duanya"

"Iihhhh nggak tau, kak Jeno apaan sih masuk-masuk malah bikin Winter pusing. Keluar-keluar" usir Winter pada kakaknya sambil memukul Jeno dengan bantal.

Story of WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang