Dreaming

757 79 12
                                    

"Kak"

"Kak Haechan"

"Winter takut hikkss"

"Kak"

"Winter?

"Hei, Winter?"












"Winter ? Bangun nak"

Winter membuka matanya menatap sekeliling, ia menatap mama nya yang menatapnya khawatir.

"Kenapa sayang? Winter mimpi buruk?" tanya mama nya sambil mengusap pelipis anaknya yang berkeringat

"Kak Haechan mana ma? T-tadi Winter sama Kak Haechan, te-terus di mobil hikks hikks"

"Ssstt sttt adek cuma mimpi, Haechan udah pulang tadi, adek tidur lelap sekali jadi papa yang gendong adek ke kamar dari mobil Haechan. Adek mimpi apa hmm?"

Winter menunduk lalu kembali menangis, ia mengangkat matanya yang dipenuhi airmata.

"Kak Haechan ma, Wi-winter hikks sama kak Haechan hikks di mobil hikks terus kak Haechan nggak bangun bangun hikks banyak darah ma" ujar Winter sambil menangis-nangis.

Sang ibu yang melihat anaknya itu ketakutan memeluk Winter sambil mengelus punggung anaknya, "Winter cuma mimpi sayang, kak Haechan nggak apa-apa, mau mama telponin mommy Yuri?"

Winter mengangguk sambil sesegukan.

"Yaudah, Winter tenang dulu ya, mama ambilin air sebentar sama hp mama, udah jangan nangis lagi sayang"

Winter mengangguk patuh sambil menatap punggung ibunya yang keluar dari kamarnya, Winter mengusap wajahnya menarik nafas dalam lalu menghembuskannya, airmata nya tak bisa berhenti keluar, mimpinya terlalu nyata dan membuatnya ketakutan. Apa ia benar-benar menyukai Haechan? Begitukah?

Lalu Jaemin? Bagaimana dengan Jaemin?

Winter memijit pelipisnya, ia tak tau mengapa dengan sangat mudah menerima ajakan Haechan untuk berkencan, ia juga tak menyangka akan menerima seluruh perlakuan Haechan seharian ini. Dan kini ia dan Haechan bukan lagi sepasang partner kerja ataupun teman biasa tapi Haechan adalah kekasihnya.

Lain Winter lain juga Haechan, ia sejak tadi tersenyum sendiri sambil mengigit bantal sofa.

"Lee Haechan!!!!"

Haechan menutup telinga nya mendengar teriakan ibunya.

"Apasih mi?"

"Kamu apain lagi adekmu?"

"Hah? Adek? Adek siapa dah, Haechan kan anak tunggal"

Sang ibu yang geram pada anaknya itu mendekati Haechan lalu menjitak kepala anaknya.

"Akhhh mami kenapa sih"

"Winter, kamu apain lagi anak orang hah?"

Haechan menggaruk kepalanya yang tak gatal, apa ibunya tau tentang apa yang dia lakukan pada Winter di apartementnya? Mati sudah dirinya kalau ibunya tau. Bisa dicincang jadi abon dia.

"Apain apa sih mi? Haechan cuma hmmm ya itu kan naluri laki-laki ya gitu" ujar Haechan

"Naluri? Kamu gangguin anak orang sampe nangis, naluri? Wah Lee Haechan sini kamu" ujar sang ibu lalu menarik telinga anaknya

Haechan agak bingung dengan ucapan ibunya lalu mengaduh karena telinga nya di tarik

"Aduh mi, aduh bentar bentar, eh mami salah paham, Haechan nggak ngapa-ngapain Winter mi"

"Terus itu kenapa tante Yoona telpon katanya Winter nangis bangun tidur cariin kamu, pasti kamu gangguin kan"

Haechan mendelik, "Idih, mana ada, yang ada Winter kangen kali mi"

Story of WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang