Matahari sudah hampir tenggelam, menyisakan semburat cahaya jingga di ufuk barat.
"Baik, selain Pak Ivan, Bu Minah, dan Pak RT sebagai saksi, silahkan meninggalkan tempat ini," kata Nobel. "Hapenya dikantongin aja, kami mungkin butuh sesuatu dan telepon."
Ares mengangguk. Baik dia, Mariska, dan Rara, berpamitan dan berlalu dari sana. Saat ini, kerumunan orang sudah jauh berkurang.
"Ada hubungan apa sama Pak RT, sampai punya panggilan sayang ke kamu begitu?" tanya Ares sambil menyetir mobil.
"Nggak ada," jawab Mariska tak acuh.
Rara tertawa. "Ngga usah jeles Mas Ooom. Semua tetangga yang kenal Mbak Mariska panggilnya emang Mbak Cantik, lha wong memang cantiknya nggak kira-kira," katanya.
Sementara yang dipuji tidak memberikan respon, hanya semburat merah yang mewarnai pipinya yang agak chubby.
Ares tersenyum. "Bener juga. Sorry, Sayang ...." Mariska memutar bola matanya.
"Perlu mampir beli makan malam ngga?" tanya Ares.
"Gak usah, kamu kan habis belanja banyak tadi pagi, udah makan siang di luar juga. Buat makan malam biar aku yang masak. Pengen apa?" balas Mariska.
"Mariska bisa masak?" tanya Ares heran sambil memarkir mobilnya di carport, kebetulan sekali gerbang terbuka sehingga dia tak perlu turun untuk membukanya.
"Mbak Mariska masak apa aja jadinya pasti uenaaak, Mas Om. Dia ini calon istri idaman buanget pokoke," sela Rara dengan suara cempreng bin medhoknya.
Ares tertawa. "Aku pengen quiche," katanya setelah tawanya reda.
"Aku bisa bikin quiche," jawab Mariska.
"Oke, aku bantuin. Biar Monik sama Anna aja yang bantuin Rara settle di kamar baru," usul Ares.
Mariska sama sekali nggak khawatir, karena sekarang baginya Anna dan Monik adalah keluarganya.
"Aku langsung masak aja, kamu tengokin Pippo dulu," kata Mariska sebelum mereka turun dari mobil.
"Cieeee, kompak banget papi-maminya Pippoooo!" seru Rara menggoda mereka berdua.
Sesampainya di rumah, Monik dan Anna menyambut hangat Rara sementara Ruby dan Mishka sedang tidak ada di rumah.
Sementara ketiga orang sibuk berbenah di kamar baru Rara, Ares yang sudah mampir ke kamar Mariska untuk menengok si Pus dan memastikan dia tidak kekurangan apa pun, menggendong buntelan bulu tersebut dan membawanya turun ke lantai satu lalu melepasnya begitu saja.
Ares menyampaikan rencana untuk memasang pintu kasa di setiap pintu keluar, dan memesan cat condo untuk diletakkan di lantai satu supaya Pippo bisa lebih leluasa berkeliling di dalam rumah, yang tentu saja disambut antusias oleh Mariska. Mereka mengobrol sambil memasak bersama dan menunggu saat para quiche sedang dipanggang di dalam oven.
Tiga orang lainnya bergabung di meja makan sesaat sebelum Mariska mengangkat quiche-quiche yang sudah matang dari dalam oven.
"Yang ini chicken mushroom, satunya smoked beef," ujar Mariska sebelum memotong-motong dua buah quiche tersebut.
Semua makan dengan lahap sambil mengobrol dan bercanda layaknya keluarga normal, meskipun pada kenyataannya keluarga ini cukup aneh, sementara tanpa sepengetahuan mereka, si kucing diam-diam sedang asyik menangkap dan menyiksa seekor cicak.
Setelah makan mereka kembali ke kamar masing-masing dan seperti biasa, Mariska mandi air hangat sebelum sibuk dengan tugas kuliahnya, lalu baru tidur setelahnya.
***
"Selamat siang, ini makan siang untuk ibu, dan mas ganteng," ucap seorang perawat muda dengan 'Yura' tertulis di nametag-nya. "Ini mas, ada kertas sama pensil barangkali mau gambar atau nulis," imbuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Kos
Romance🔞🔞🔞 Cerita ini mengandung banyak konten dewasa, dark jokes, sarcasm, gore, you name it. Read on your own risk. Kalau masih merasa suci atau volos, jangan dibaca! ___________ "Mungkin ini cara Tuhan untuk mengajariku, bahwa Dia memang ada." Ares t...