15. Stalking.0

925 70 149
                                    

Untuk sesaat, keduanya tenggelam dalam euforia setelah mencapai klimaks secara bersamaan.

Ares mengecup pinggul dan perut Mariska. Diangkatnya kepalanya dan mendapati gadis pujaannya sudah terlelap dalam tidur. Dia bangun dan meluruskan kaki Mariska dengan sayang, lalu menyelimuti tubuh setengah telanjangnya sebelum menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Beberapa menit kemudian, Mariska tersentak bangun saat mendengar suara air mengalir yang berasal dari kamar mandi. Dia terduduk dan mengingat kembali apa yang terjadi beberapa saat yang lalu.

'Dasar gila! Dia bahkan belum pernah mencium bibirku,' batinnya.

Dipungutnya celana beserta dalamannya dan dipakainya dengan terburu-buru sebelum Ares keluar dari kamar mandi, karena pasti akan canggung sekali menghadapi Ares dalam situasi ini. Dibukanya pintu kamar Ares pelan-pelan.

"Si Mbok nggak bisa masuk hari ini, suaminya sakit," kata Mishka pada Monik yang sedang sibuk dengan ponselnya dan duduk di kursi pantry.

"Haduh, gua mau ada urusan di luar, Anna juga udah pergi kerja. Om Ares belom bangun?" jawab Monik tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.

"Belom, udah mau jam 7, nih. Jangan-jangan sakit, lagi. Kamu cek dong, Nik," ucap Mishka khawatir. Biasanya Ares memang selalu terbangun sekitar jam tiga pagi dan tak bisa tidur kembali. Seluruh penghuni rumah sudah hapal akan hal ini.

"Okeee," jawab Monik sambil berdiri dan berjalan ke arah kamar Ares dengan pandangan yang masih terfokus pada layar ponselnya.

Monik mematikan ponselnya dan memandang ke depan, di mana Mariska baru saja akan menutup pintu kamar Ares. Mariska menyaksikan ekspresi takjub pada wajah Monik dan benar-benar ingin bumi menelannya.

Mariska berdehem dan berusaha terlihat seolah tak ada sesuatu yang mencurigakan baru saja terjadi. "Ares di kamar mandi. Aku mandi dulu, habis itu aku masakin."

Monik menganggukkan kepala tanpa membalas perkataannya. Mariska berjalan menaiki tangga dan mendengarkan omongan Monik di belakangnya. "Kayaknya bentar lagi kita bakal punya ponakan," yang disambut dengan sorakan oleh Mishka.

Mariska pura-pura tak mendengarnya dan cepat-cepat masuk kamar. Apa yang dialaminya pagi itu masih terbayang di kepalanya. Kalau boleh memilih, lebih baik itu cuma mimpi. Tapi nyatanya itu bukan, dan dia sangat gugup memikirkan bagaimana akan menghadapi Ares nanti.

***

Kebiasaan Mariska adalah menyisir rambutnya sebelum mandi lalu menggulung dan menguncinya dengan jepit rambut, sehingga saat dilepaskan beberapa jam setelahnya, rambut hitam kecoklatannya akan memiliki gelombang besar yang rapi dan terlihat natural.

Dia mengurus semua keperluan Pippo sebelum mandi, kemudian mengenakan kaus off shoulder berwarna kuning pucat dan rok berbahan denim yang panjangnya tak sampai selutut, dipadukan dengan sepatu kanvas berwarna kuning. Setelah puas dan memastikan penampilannya cukup pantas, dia membawa tas selempangnya dan turun kembali ke dapur.

Mariska kembali ke dapur dan menemukan Monik sudah mengenakan pakaian kasual, kali ini sibuk dengan laptopnya. "Cakep banget, Neng. Mau ke mana?" tanyanya.

"Kerja. Aku masak yang cepet aja ya, buat sehari. Pada suka sayur sop sama ayam goreng ngga?" tanya Mariska.

"Wah, semua doyan itu. Yok aku bantuin, lu pasti capek, kan?" respon Monik sambil berjalan menuju kulkas.

Monik mengeluarkan bahan-bahan dari kulkas, meletakkannya di atas meja pantry lalu menambahkan sosis yang dia ambil dari freezer, sementara Mariska sibuk memarinasi potongan ayam.

"Capek gimana? Aku berangkat ketja aja belum," sahut Mariska.

"Kan habis bikin baby," goda Monik.

"Ih, Nggak!" jawab Mariska yang wajahnya memerah. Monik tertawa, masih sambil memotong sayuran.

Om KosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang