"I'm yours, Mariska ...," gumam Ares sambil menstarter mobilnya, dalam benaknya dia tahu bahwa Mariska masih trauma dengan sebuah hubungan akibat pernah memergoki mantannya tidur dengan wanita lain.
Di sisa perjalanan, mereka sama-sama terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Sesampainya di rumah, mereka mencuci tangan dan Mariska menyiapkan makanan untuk mereka berdua. Saat ini masih sore dan belum tiba jam makan malam, sehingga mereka hanya makan berdua saja.
Rasanya sudah lama sekali ada seseorang yang menyiapkan makanan di meja makan untuk Ares. Hatinya sesak mengingat keluarganya yang telah lama berpulang, sekaligus bahagia karena ada yang memperhatikannya seperti ini. Hal sepele yang bagi kebanyakan orang biasa saja.
Ares berpamitan untuk bekerja sesaat setelah mereka selesai makan dan membereskan alat makan yang kotor. Mariska menutup gerbang pagar untuk Ares yang kali ini pergi dengan mengendarai Vespa, yang bagi Mariska terlihat macho sekaligus menggemaskan.
Mariska yang tubuhnya terasa letih memilih untuk masuk ke kamarnya untuk mandi lalu beristirahat sebelum kembali berkutat dengan tugas kuliahnya nanti malam. Setelah mandi dan mengenakan piyama, Mariska naik ke tempat tidur, disusul oleh Pippo yang tertidur beberapa detik kemudian. Mengelus bulu lembut Pippo dan merasakan dengkuran halusnya yang menenangkan, membawa Mariska hanyut ke alam mimpi.
***
Mariska terbangun karena ketukan di pintu kamarnya dan otomatis mengecek waktu di ponselnya yang menunjukkan pukul 8.45 pm. Dia langsung mencolokkan ponselnya pada charger, mumpung ingat.
Dibukanya pintu kamar dan menemukan Anna yang tersenyum. "Hey, little one. We ordered some pizza for the welcome party. Are you busy?" tanyanya.
Mariska tersenyum dan menggelengkan kepalanya, diikutinya Anna berjalan ke ruang tengah di mana sudah ada Monik, Mishka, dan Rara, juga bermacam-macam botol dan kaleng soft drink, juga tiga kotak pizza berukuran besar beserta makanan pendamping di atas meja. Entah mengapa dengan Anna, Mariska merasa, mungkin seperti ini rasanya bila kakak lelakinya masih hidup.
.
❤Mariska's POV❤Kami duduk bersama, mengobrol tentang banyak hal supaya lebih akrab satu sama lain. Anna yang menurutku adalah peace-keeper di antara kami semua meminta maaf atas ketidak-hadiran Ruby, yang ditimpali oleh Mishka bahwa sejak pengumuman Ares kemarin, Ruby sama sekali tak menampakkan batang hidungnya di rumah, dia bahkan tak pulang sejak semalam.
Ares rupanya belum pulang sejak berpamitan untuk pergi kerja tadi sore. Entah kenapa aku merasa cemas dan posesif sekali, dia bahkan bukan milikku tapi aku khawatir dia menemui perempuan lain di luar sana. Aku bahkan tak punya hak untuk itu.
Kupandangi Anna, Mishka, Monik, dan Rara yang saat ini sedang makan pizza dan teman-temannya dalam diam, sembari berpura-pura makan dengan lahap demi menyenangkan hati mereka, sementara pikiranku dipenuhi kecurigaan terhadap Ares.
"So ... tadi pagi ngapain aja di kamar sama Ares?" tanya Mishka tanpa tedeng aling-aling, membuatku tersedak.
Monik menepuk-nepuk punggungku, sementara Anna menyodorkan kaleng soda padaku dengan ekspresi geli, dan Rara melotot kaget.
Kuminum soda rasa jeruk dari kaleng yang disodorkan Anna dan berusaha menstabilkan napasku sebelum menjawab.
"I've heard that he was a representation of his name on bed, like a Greek God—" Godaan Anna terpotong oleh gelak tawanya sendiri karena melihat wajahku yang sekarang mungkin mirip kepiting rebus. (kudengar dia sehebat dewa Yunani di atas ranjang, seperti namanya.)
Rara menatapku kasihan, tapi dengan penasaran tetap bertanya, "Mbak habis nganu sama Mas Om?"
Oh bumi, please telan aku!
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Kos
Romance🔞🔞🔞 Cerita ini mengandung banyak konten dewasa, dark jokes, sarcasm, gore, you name it. Read on your own risk. Kalau masih merasa suci atau volos, jangan dibaca! ___________ "Mungkin ini cara Tuhan untuk mengajariku, bahwa Dia memang ada." Ares t...