14. Tasty.0

1.3K 80 222
                                    

_____
Ares Dwipangga
| G usah, temenin aku aja, kalau g kbratan
02.16 am
_____
Calon Istri ❤
| Sleep call?
02.17 am
_____
Ares Dwipangga
| Kita serumah, Mariska. Sini.
02.18 am


Jantung Mariska berdegup tak karuan. Dibacanya berulang-ulang pesan singkat dari Ares tersebut, siapa tahu dia cuma salah baca.

Belum juga reda sport jantungnya. Satu pesan lagi masuk ke ponselnya.

_____
Ares Dwipangga
| I won't try anything funny. Aku cuma butuh temen.
02.20 am
_____
Ares Dwipangga
| Well, unless you want to 😘
02.20 am

Mariska memejamkan matanya sebentar, mempertimbangkan apakah dia akan mendatangi Ares atau tidak.

Nggak ada salahnya, pikirnya, dan dia nggak takut sama Ares. Ares memang bertubuh besar dan brewokan, tapi dia manis sekali.

Kira-kira apa hal terburuk yang bakal dialaminya kalau dia tidur di kamar Ares? Pikirnya.

Sex?
Wajahnya memerah seketika.
Kalau pun ini terjadi, rasanya dia nggak akan pernah menyesalinya, baginya Ares sangat menarik. Toh dirinya bukan tipe orang yang menganggap sex harus dilakukan setelah menikah.

Ketahuan penghuni lain dan dikira macam-macam?
Sudah jelas pengumuman Ares tentang kemana hubungan mereka akan dibawa.

Apa pun yang terjadi, faktanya dia tertarik pada Ares dan memilih untuk menemui Ares di kamarnya. Ditutupnya pintu kamar supaya Pippo tetap berada di dalam, dan dituruninya tangga ke lantai satu rumah tersebut.

Diketuknya pelan pintu kamar Ares. Jantungnya benar-benar berdegup kencang dan dia nervous sekali.

Pintu terbuka, menampakkan Ares dengan senyum simpul, yang kemudian mengisyaratkan padanya untuk naik ke tempat tidur setelah Mariska masuk dan menutup pintu.

Mariska melipat tangan di dadanya dan mencebik. "Idih, ngga ada canggung-canggungnya. Jangan bilang sering masukin cewek ke sini, ya?" tuduhnya.

"Ouch, hurt! Tuduhan macem apa itu? Nggak pernah, Mariska. Baru kamu yang masuk ke sini. Well, sama si Mbok yang bersihin kamarku," omel Ares.

"Um ... sorry," gumamnya sambil menikmati pemandangan di depannya. 'Kenapa Ares harus nggak pakai atasan, sih?' batinnya. Mana badan bagus banget ...

"Sayang, matanya ke mana itu?" tanya Ares geli.

Yang ditanya wajahnya memerah seketika. "Ares pake baju, dong," protesnya.

"Aku gak bisa tidur kalau pake atasan. Kalau kamu suruh lepas celana, gakpapa," guraunya sambil naik ke tempat tidur. Mariska hanya bisa mendelik.

"Aku yang gak bisa tidur kalau kamu gak pakai baju, Dwipangga!" desisnya.

"Get used to this, Hun," jawabnya lalu tertawa. "You can touch and more, I'm all yours," godanya, lalu mengedipkan sebelah mata. (Biasakan. Kamu bisa pegang dan raba, aku punyamu.)

Mariska sekarang semerah tomat, yang bagi Ares sangat menggemaskan. Ares menepuk-nepuk tempat di sampingnya. Mariska duduk di tempat tidur, bersandar pada headboard. Aroma musky di seantero kamar tersebut menenangkan baginya.

Sebelum Mariska selesai mengagumi betapa rapih dan bersih kamar cowok yang disinggahinya ini, Ares meletakkan kepalanya di pangkuan gadis yang wajahnya sontak memerah lagi tersebut.

Ares terkaget dengan aroma peach yang sudah lama dirindukannya dan takkan pernah dilupakannya itu. Bahkan aroma tubuh mereka pun, sama.

"Wanginya ...," gumam Ares.

"Sering ya, begini ke cewek?" tanya Mariska yang tanpa menyadari bahwa nada bicaranya sedikit ketus.

Ares menengadah untuk menatap wajah ayunya. "Nggak, baru kali ini," ucapnya sungguh-sungguh.

Om KosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang