Mariska melingkarkan tangannya di pinggang Ares, memeluknya dari belakang. "Will you give me time to adapt? I mean ... this pleasant feeling of being loved by someone like you is ... strange." tanyanya. (Kasih aku waktu untuk beradaptasi.)
"For you? Always," jawab Ares, sebelum berbalik untuk menyentuhkan telunjuknya ke dagu Mariska untuk membuatnya mendongakkan kepala, dan menunduk untuk mencium bibir manis milik gadis pujaannya.
Mariska yang semula kaget saat bibir mereka bersentuhan, sedetik kemudian menutup matanya, menerima dan membalas ciuman Ares. Dirasakannya bibir Ares tersenyum.
Ares melepaskan ciuman lembut itu dan memundurkan kepalanya untuk menatap wajah ayu Mariska yang bersemu merah, dan melihat matanya masih terpejam. Dia memajukan kepalanya untuk mengecup singkat bibir merah jambu yang masih setengah terbuka itu dan melihat mata Mariska perlahan membuka. Rona merah di wajahnya semakin pekat dan dia mengalihkan pandangan dari mata Ares.
Ares terkekeh akan kegugupan Mariska yang jelas terlihat, lalu memeluknya dan mengecup keningnya. "Aku nggak pernah dibikin nunggu sama cewek. Kamu yang pertama, dan bagiku sebulan itu lama banget. Aku rela keluarin duit 10 Milyar kalau itu bisa bikin kamu mau nikah sama aku besok, sungguh."
"Hatiku nggak bisa dibeli pake duit," jawab Mariska mantab.
Ares menghela napas panjang. "Aku rela nunggu, buat kamu. Tapi aku mohon, selama kamu belum kasih jawaban ke aku, jangan kasih kesempatan ke laki-laki lain."
"Aku janji," ucap Mariska.
Mereka berpelukan cukup lama, tanpa menyadari bahwa tak jauh dari sana, sepasang mata menatap benci ke arah mereka.
🌼🌼🌼
Mariska yang sudah siap berangkat kerja menuruni tangga sambil menggendong Pippo yang sedang manja dan menolak turun dari gendongannya. Kalau diturunkan, dia akan melompat kembali ke arah dada Mariska.
Ares yang hanya mengenakan sweatpants, keluar dari kamarnya menuju dapur dan mereka hampir saja saja bertabrakan. Tanpa mengatakan apa pun, Mariska memberikan Pippo kepada Ares. Ares memandangnya dengan ekspresi bingung.
"Lagi manja, maunya digendong. Aku berangkat kerja dulu, dadah," pamit Mariska sambil berlalu.
Mariska mengenakan overall berbahan denim pendek dengan kaus putih v-neck berlengan pendek, setelan yang memperlihatkan lengan dan kaki mulusnya, juga menonjolkan lekuk tubuhnya. Ares menelan ludah melihat pemandangan indah tersebut.
"Ganti baju," titah Ares.
Mariska menoleh ke belakang dan mendapati mata Ares yang terpaku pada bokongnya. Ares tersengir mendengar Mariska berdehem.
"Aku suka setelan ini," bantahnya.
"Aku juga, pake itu di rumah aja, aku gak mau cowok lain lihat pemandangan yang aku nikmati sekarang."
Mariska menahan senyum saat mendapat ide nakal. Dia berjalan ke arah Ares, mengambil Pippo dari gendongannya dan meletakkannya di lantai, kemudian memeluknya. Dengan sengaja dia menggesekkan bagian depan tubuhnya pada Ares.
Ares menggeram, matanya tertuju pada belahan dada Mariska yang terpampang lurus di bawah ujung hidungnya.
"Oh, Mariska lagi godain aku?" tanyanya.
"Nggak, aku cuma pengen peluk. Salah siapa gak pake baju?" ucapnya manja.
"Sayang, kamu punya dua pilihan. Pertama, ganti baju lalu berangkat kerja. Lalu kedua gak usah kerja, aku masukin ke dalam kamar, dan jangan harap bisa keluar dari sana sampai tiga hari ke depan." Ancaman Ares membuat Mariska merinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Kos
Romance🔞🔞🔞 Cerita ini mengandung banyak konten dewasa, dark jokes, sarcasm, gore, you name it. Read on your own risk. Kalau masih merasa suci atau volos, jangan dibaca! ___________ "Mungkin ini cara Tuhan untuk mengajariku, bahwa Dia memang ada." Ares t...