Pertemuan

30.3K 811 13
                                    

Arland yang dikuasai emosi kemarahan menghabiskan malamnya dengan menenggak alkohol di luar batas normal. Ia pulang naik taksi karena tak mungkin menyetir di kondisinya yang kacau.

Taksi berhenti agak jauh dari apartemennya. Layaknya orang mabuk perilaku Arland sungguh tidak wajar. Ia memberi uang sangat banyak pada supir taksi. Kemudian berjalan sempoyongan tak karuan. Supir taksi ingin membantu namun Arland malah marah-marah. Akhirnya ia berjalan sendiri.

Meski sudah mabuk namun rasa sakit di hatinya masih terasa. Ia ingin membalas dendam atas apa yang ia dapat dari penghianatan Arula. Pikiran tak waras Arland membuatnya merasa harus menghamili perempuan agar Arula pun tau rasanya terluka.

Tak peduli bagaimanapun ia harus mendapat wanita malam ini juga. Naas lah bagi Marisha karena ia wanita pertama yang Arland temui. Tanpa berpikir panjang Arland membawa perempuan mungil itu ke dalam apartemen pribadinya.

"Pak Arland, tolong lepaskan saya Pak" perempuan itu meronta namun tubuh mungilnya tak akan mampu melawan tubuh Arland yang tinggi besar serta kuat.

Tak akan ada yang membantu Ica karena satu lantai apartemen itu dimiliki oleh Arland seorang. Di lantai itupun tak ada CCTV karena Arland tak mau privasinya terganggu.

Masuk apartemen Arland langsung membaringkan Ica di kasur besarnya lalu melakukan aksi bejadnya. Malam itu menjadi malam yang sangat panas  sekaligus memuaskan bagi Arland tetapi sangat pedih bagi Ica yang terenggut kesuciannya.

Pagi telah tiba, suara tangis Ica memenuhi ruangan kamar yang rapat. Arland terbangun dari tidur nyenyaknya. Ia merasa bugar dan puas atas aksinya semalam. Entah sudah berapa ronde semalam ia lakukan. Ia tak menghiraukan tangisan pilu dari Ica, entah berapa kali Ica memanggil namanya, meminta tolong. Namun ia anggap sebagai desahan yang membangkitkan semangat.

"Saya minta maaf untuk semalam, tapi saya akan melakukannya lagi sampai beberapa hari kedepan. Kamu akan dapat kompensasi atas semuanya. Jadi plis stop nangis" Arland mulai sadar dan merasa bersalah. Namun kejadian semalam menjadikan ia semakin tak bisa melepaskan Ica.

Marisha yang mendengar itu semakin menangis tersedu-sedu.
"Kenapa? Kamu ga mau?" Tanya Arland
Dijawab gelengan kepala oleh Ica.
"Kalau kamu ga mau, sekarang juga kamu saya pecat" Arland kebingungan dan terpaksa berkata begitu. Ia tak tau lagi harus bagaimana.

Ica yang baru saja mendapat kabar ayahnya perlu banyak uang untuk berobat, serta tunggakan uang sekolah adiknya yang sangat banyak membuat dirinya semakin rapuh. Ia tak punya jalan keluar dan terpaksa melakukannya.

Sudah pukul 8 Arland belum juga beranjak. Ica pun masih bersimpuh lemas di lantai. Arland memandang lekat dalam waktu lama. Ica yang begitu lemah memancing napsunya kembali. Ia mengangkat tubuh mungil itu dan membaringkannya di kasur. Aksi semalam kembali terulang, namun kali ini lebih lembut karena Arland dalam kondisi sadar. Ica pun tanpa ada perlawanan seperti semalam membuat mereka semakin intim.

Deringan telpon mengganggu aksi Arland yang sudah berlangsung sekitar 2 jam.
"Hmm ya kenapa?"
..............
"Emang kamu ga bisa selesain sendiri?"
............
"Iya-iya sejam lagi gwe berangkat"
Suara Arland mengangkat telpon.
Ica hanya mendengarkan, dadanya kembang kempis bernapas karena sedari tadi aksi Arland bahkan tidak memberinya kesempatan untuk bernapas dengan benar.

Arland sangat malas aksinya terganggu. Ia menuntaskan satu ronde lagi dengan cepat dan segera bersiap ke kantor.

Usai bersiap dengan setelan rapinya, Arland mengecek kondisi Ica yang sedari tadi hanya diam tak berdaya.

Tangan Arland menyentuh dahi Ica, Ica menutup matanya. Tangan Arland merasakan suhu panas. Kemudian tangannya menyentuh dada Ica cukup lama. Ica bernapas dengan lemah.
Memegang tangan Ica dan menciumnya, ujung tangan Ica begitu dingin.

Arland menempelkan kain basah pada dahi Ica berharap panasnya segera turun.
"Kamu makan buburnya, nanti kalau udah badanmu enakan, mandi" Arland berbicara dan respon Ica hanya menutup mata. Ia masih sangat syok dan kelelahan.

Arland tak tega sebetulnya meninggalkan Ica. Namun pekerjaan kantor harus ia yang menyelesaikan

Maaf jika banyak kata yang kurang enak dibaca. Tolong kritik sarannya ya. Terimakasih

Mengandung Bayi BosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang