Hari H

10.6K 437 12
                                    


Keesokan harinya di kantor Reina langsung bertanya mengenai kejadian kemarin.

Ica sudah berjanji akan menjawab semua ketika jam makan siang nanti.

Untuk pagi ini mereka sepakat untuk menyelesaikan pekerjaan terlebih dahulu. Karena cukup banyak berkas yang harus mereka kerjakan maupun yang harus diperbaiki, yang dibuat ulang pun ada. Jadi meski dipenuhi rasa penasaran namun Raina tetap serius bekerja.

Siang hari di sebuah cafe dekat kantor yang suasananya agak lengang mereka duduk bersama.
Ica yang tak tega membohongi Sahabatnya itu langsung menceritakan semua yang terjadi dari awal sampai akhir tanpa ada yang ditutupi.

Raina menutup mulut tak percaya, ada kejadian luar biasa menimpa sahabatnya namun ia tidak tahu apa-apa.

Raina agak kecewa dengan sikap Ica yang tertutup. Namun untunglah ia mengetahui setelah semua mulai menemukan solusinya. Kalau tidak Raina pasti akan ikut hancur merasakan kesedihan sahabatnya.

"Jadi sekarang kamu lagi hamil? Dan bentar lagi mau nikah sama Pak Arland?" Raina mencoba menarik kesimpulan dari cerita Ica.
"Iya Na, aku juga masih bingung. Tapi kan aku ga punya pilihan" keluh Ica.
"Agak nakutin juga ya Ca, tiba-tiba nikah. Mana nikahnya sama orang yang pernah nyakitin kamu" gerutu Raina.

"Gimana ya Na?" Tanya Ica.
"Sepertinya memang menikah solusi terbaiknya Ca, semoga Pak Arland betul-betul menyesali perbuatannya dan bisa bertanggungjawab atas kalian ya" Raina menyampaikan harapan untuk sahabatnya tercinta.

"Jadi kapan kalian nikah?" Tanya Ica.
"Hari Selasa ini" jawab Ica.
"What? Selasa besok itu.. oh my God" teriak Raina.

*****
Semua persiapan pernikahan sudah beres dan sampailah pada hari H Arland mengucap janji suci.

Prosesi berlangsung secara khidmat. Tidak banyak tamu yang diundang. Karena Arland memang sebatang kara, sedangkan saudara Ica semua berada di kampung.

Tamu undangan adalah beberapa petinggi kantor, karena tak mungkin mengundang semua karyawan. Tapi dengan tamu undangan ini sudah cukup membuat seluruh kantor dapat mengetahui berita pernikahan mereka.

Arland memang sengaja tidak mau menutupi kabar pernikahannya.

Tamu undangan lain adalah beberapa sahabat Arland yang jumlahnya pun bisa dihitung jari, kolega Arland, serta beberapa orang dari divisi finance, dan tentunya ada Raina dan Bu Diah yang mendampingi serta menjadi orang terdekat Ica.

Ya, orang-orang divisi finance juga merupakan tamu dari pihak Ica. Karena selama di kota Ica hanya kenal orang itu-itu saja.

Oh ya, satpam kantor juga ikut diundang karena Ica bingung undangannya masih lebih namun kenalannya sudah habis. Akhirnya ketika pulang kantor dan bertemu, ia memberikan 2 undangan pada satpam kantor. Yang satu bernama Pak mamang dan satu lagi Ica tidak ingat namanya, hanya sering bertegur sapa.

Awalnya Arland memberikan jumlah undangan yang sama kepada Ica, barangkali calon istri nya itu berencana mengundang banyak orang. Namun Ica menolak dan hanya meminta seperempat dari jumlah Arland saja. Itupun dia sudah bingung mau dibagikan ke siapa.

Kalau pernikahan di kampung mungkin sebanyak apapun undangan pasti akan mudah dibagikan. Teman SD, SMP, SMA, teman main, teman kerja waktu dikampung, tetangga sekampung, tetangga dari desa sebelah, bahkan teman-teman dari kecamatan sebelah pun banyak.

Yah, Ica kecil sangat ramah dan memiliki banyak teman. Semua berubah ketika ia dipaksa oleh keadaan untuk hanya fokus mencari nafkah.

Ayah Ica dan Mario, adik Ica menyaksikan proses jalannya pernikahan melalui layar video call.

Mengandung Bayi BosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang