Arula merasa frustrasi kehilangan Arland. Kini ia tak punya uang lagi. Dulu berapapun yang dia minta pasti akan dengan mudah di dapat.
Dion pun langsung meninggalkannya ketika tahu bahwa wanita itu sudah diputuskan oleh Arland. Tak menunggu waktu lama Dion pun sudah menggandeng perempuan lain yang menurutnya lebih kaya.
Arula merasa menyesal telah mengkhianati Arland dan berhubungan dengan playboy seperti Dion.
Yang membuat Arula ketar ketir adalah kabar tentang pernikahan Arland. Ia tak habis pikir kenapa secepat itu Arland menikah. Padahal 7 tahun bersama Arland hanya memandang satu wanita saja. Yaitu dirinya.
Jadilah kini ia mendatangi rumah Willy yang berada tak jauh dari AR Corporation atau katornya Arland.
"Kabar Arland nikah itu bohong kan Will?" Tanya Arula tanpa basa-basi bahkan tanpa permisi.
Willy yang mau menikmati hari minggunya pun merasa harapannya sudah pupus seketika matanya menangkap bayangan Arula. Pasti mantan kekasih bosnya itu akan merepotkan. Willy berpikir bahwa ia harus segera pindah ke kontrakan yang lebih privat.Willy dapat banyak bonus setelah turut membantu melancarkan penikahan bosnya. Memang persiapan kilat yang sangat menguras pemikiran dan tenaga tapi Willy sangat puas karena merasa apa yang didapat sebanding dengan yang dilakukan. Bahkan lebih.
"Betul non, beritanya juga sempat muncul di salah satu stasiun TV. Tapi ya ketutup sama artis yang lagi viral." Jawab Willy seadanya.
"Dapat perempuan dari mana si Arland Will? Ga mungkin dia dapet penggantiku secepet itu" Sambung Arula lagi."Ya saya kurang tau non. Itukan privasinya si bos" jawab Willy lagi.
"Siapa perempuan yang dia kawinin?" Cerocos Arula kesal.
"Salah satu karyawan di kantor Bu" jawab Willy jujur.
"Cih, brengs** pasti perempuan itu jebak Arland pakai tubuhnya. Dasar jal**g" maki Arula dan langsung pergi begitu saja dari rumah Willy tanpa pamitan.Willy menghembuskan napas lega. Ia malas mendengarkan Arula lama-lama. Takut telinganya tercemar dengan kata kasar dari mulut perempuan itu.
Arula kembali ke apartemennya untuk berpikir dan menyusun strategi agar bisa menemui Arland.
Di apartemen Arland dan Ica.
Ica sedang sibuk melipat baju miliknya dan sang suami. Di hari ini Ica memilih mencuci sendiri baju mereka dari pada harus laundry.
Hari ini Ica hanya mual sebentar. Setelah ditinggal Arland Ica bingung mau melakukan apa, akhirnya dia memilih mencuci baju saja agar tidak bosan. Ica merasa senang di ruangan cuci Arland. Karena disana cukup nyaman dan fasilitas mencucinya juga lengkap. Tidak seperti di kosnya dulu yang peralatan seadanya masih harus antri dan bergantian banyak orang.
Disana Ica bisa memakai mesin cuci sambil membaca file dari Bu Diyah yang harus dia pelajari.
Mesin cuci disini sangat bagus, kerjanya pun cukup cepat. Pokoknya Ica merasakan perbedaan mesin disini dan tempat kosnya dulu. Ya walaupun kalau dikampung juga Ica tak punya mesin cuci. Bahkan ia harus menimba air dari sumur dulu kalau mau mencuci.Ica masih merasa aneh. Dia yang dulu kampungan dan miskin bisa tinggal di sebuah apartemen mewah dengan fasilitas luar biasa. Sungguh, gajinya seumur hidup pun tak akan pernah bisa membeli apartemen bahkan satu lantai penuh seperti ini.
Ica bahkan belum mengeksplorasi seluruh unit apartemen milik Arland.Arland yang sudah sampai apartemen setelah hampir satu jam berada di supermarket langsung masuk kedalam kamar.
Arland langsung menatap tajam ke arah Ica ketika membuka pintu kamar mereka.
"Eh sudah pulang Mas" Ica segera beranjak meninggalkan tumpukan baju menuju suaminya dan langsung mencium tangannya.
"Kamu ngapain sih Ca, bukannya istirahat malah ngurusin baju. Kalau kamu kelelahan gimana?" Ucap Arland dengan wajah tegang.
"Engga kok Mas, hari ini badanku fit banget. Adek bayi juga ga rewel" Ica coba menenangkan suaminya."Ya tapi tetep aja Ca, cucian baju itu banyak. Usia kandungan mu juga masih muda. Aku ga mau kalian kenapa-kenapa." Arland masih mengomel. Ia sungguh khawatir dan terkejut. Orang yang ingin dia jaga dan manjakan malah melakukan pekerjaan berat seperti itu.
Arland sudah berkali-kali membujuk Ica untuk istirahat dulu saja tidak usah masuk kerja lagi. Ia ingin Ica fokus pada kandungannya. Namun Ica bersikeras ingin tetap bekerja agar tidak bosan dan bisa tetap produktif meski tengah mengandung.
"Sudah, tinggalkan baju itu, biar nanti aku saja yang lanjutkan. Aku mau menata barang-barang ini dulu" ucap Arland sambil melihat belanjaannya yang banyak sekali.
"Astaga Mas, kamu belanja apa kok banyak sekali?" Tanya Ica bingung. Belanjaan Arland sudah seperti pemilik warung yang sedang membeli stok dagangan.
"Itu susu hamil buat kalian sama beberapa barang yang mungkin diperlukan, ada bahan-bahan masakan juga" jawab Arland yang sudah mulai tidak tegang lagi.
"Tapi itu banyak banget Mas, mana mungkin aku bisa habis" Ica protes.
"Gapapa Ca, buat stok. Kamu kan sering muntah. Nanti kalau habis minum susu muntah bisa ku buatin lagi terus kamu minum lagi. Ucap Arland asal.
Arland juga menyadari jika dia cukup kalap dalam berbelanja.
"Ya sudah lah, terserah Mas aja" Ica menghembuskan napas pasrah.Arland keluar kamar dan mulai menata barang dengan rapi. Setelah itu kembali dan melanjutkan pekerjaan Ica yang tadi dia hentikan.
Ica memandangi Arland melipat baju. Perempuan itu terlihat kagum dengan kerapian hasil lipatan suaminya. Rasanya cukup memalukan jika disandingkan dengan hasil lipatannya sendiri. Ica ingin menutup wajah dan atau menyingkirkan saja hasil lipatannya.
"Mas kayanya cocok kerja di tempat laundry" Ica berbicara untuk mengalihkan rasa malunya.
Arland tertawa kecil. "Gimana? Apa ku jual saja perusahaan nya? Kita buka usaha laundry saja?" Canda Arland menanggapi ucapan istrinya.
"Hmm,,, jangan deh. Nanti kasihan para staff kalau bosnya ganti" Ica berbicara sambil nyengir.
Arland hanya terkekeh dan menggelengkan kepala mendengar suara istrinya.Setelah bajunya rapi, Arland menatanya ke dalam lemari.
"Besok lagi jangan nyuci ya. Aku ngga mau kalian kelelahan" ucap Arland sembari tiduran di pangkuan sang istri. Ia juga mengelus lembut perut Ica yang mulai menyembul sedikit.
"Iya deh,,, Mas mau dimasakin apa?" Tanya Ica sambil mengelus rambut suaminya.
"Telur balado bisa?" Tanya Arland dengan mata terpejam. Ada sedikit rasa lelah dibadannya. Mungkin dia terlalu bersemangat dalam beraktivitas.
"Bisa dong" jawab Ica percaya diri.Ica mengganti kakinya dengan bantal agar sang suami merasa nyaman. Kakinya pun mulai kesemutan. Entah mengapa sejak hamil bandannya jadi mudah lelah.
Ica beranjak dari kasur dan dering ponsel Arland mengisi kamar itu.
"Minta tolong ambilkan Ca" ucap Arland serak. Sebetulnya ia sudah mulai terbawa ke alam mimpi namun suara ponsel menariknya kembali ke alam nyata.
Ica meraih ponsel diatas meja di sebelahnya dan memberikan pada sang suami.Arland mengarahkan ponsel itu ke telinganya.
"Hmmm" jawab Arland dengan malas. Ia sudah tahu siapa penelepon itu dari suaranya.
....
"Gausah aneh-aneh" ucapnya lagi masih dengan mata tertutup.
....
"Cukup Arula..." Arland menaikkan nada suaranya.Ica masih duduk di samping sang suami yang sedang tiduran sambil mengangkat telepon. Ica merasa pernah mendengar nama Arula, tapi entah dari mana. Ia juga agak heran kenapa sang suami terlihat tidak suka menjawab telepon itu.
"Iya,, iya,, gwe kesana" Ucap Arland agak emosi.
Hai,, maaf baru sempat update,,
Terimakasih telah menyempatkan membaca.Terimakasih untuk vote dan juga komennya.
Masih ditunggu kritik, saran, dan masukannya ya. Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengandung Bayi Bos
RomanceArland yang patah hati memaksa Ica untuk bermalam bersama, menjadikan Ica mengandung bayi mereka Mohon maaf ini cerita dewasa ya