Pergi

23.3K 717 9
                                    

Sudah dua minggu Ica ditahan dalam apartemen Arland. Kini laki-laki itu sudah mereda amarahnya. Ia mulai bisa berpikir jernih. Kini Arland menyibukkan diri dengan pekerjaan, namun masih memperhatikan kondisi Ica.

"Pak, saya mau pergi" Ica berkata lirih.
Arland cukup kaget mendengarnya.
"Kamu serius?" Tanyanya tak percaya, bagaimanapun ia mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Tapi ia juga tak memaksa jika Ica tak mau menikah dengannya.

Marisha sungguh-sungguh ingin pergi, hatinya tersayat bila terus berada disana. Memang apartemen itu sangat luas dan mewah namun ia tak mau lagi berlama-lama tinggal dengan pria asing sekalipun itu bos besar di kantornya.

Ica pergi mengenakan pakaiannya sendiri yang sudah selesai di londry. Selama 2 minggu ini Arland banyak membelikan baju baru.
Arland mengepak baju itu kedalam sebuah tas.
"Bawa semua ini, saya sudah transfer sejumlah uang ke rekeningmu. Kalau kurang bilang aja"
"Maaf Pak, tapi saya bukan p*****r" kata-kata itu menembus hati Arland membuatnya semakin merasa bersalah.

Ica pergi meninggalkan pintu apartemen tanpa mau membawa satu barang pun. Arland hanya menatap sendu, ia tak menyangka akan tindakan bodoh yang sudah ia lakukan.

Sesampainya di kamar kos nya Ica menangis sejadi-jadinya. Apa yang ia jaga selama ini sudah direnggut dengan paksa, namun ia juga menyesali ketidak mampuannya. Menyesali diri yang tak berdaya.

Dering ponsel menyadarkan Ica dari penuhnya pikiran. Di sebrang sana sang adik menceritakan kondisi ayahnya yang memburuk dan harus segera mendapat tindakan.

Marisha mengecek rekening dan betapa terkejutnya dia melihat nominal yang tak pernah terbayangkan. Semua uang itu cukup untuk mengobatan ayahnya, melunasi hutang mereka, bahkan untuk hidup adik dan ayahnya di kampung satu tahun kedepan. Tanpa pikir panjang Ica mengirim semua uangnya ke kampung.

Mau tidak mau Marisha harus kembali bekerja. Karena hidupnya dan dua orang yang disayanginya harus tetap berjalan.
"Ca, kok baru kelihatan kamu kemana aja?" Tanya Raina teman akrab Ica.
"Ga tau Na, aku pusing akhir-akhir ini" jawab Ica bingung.
"Ayah sakit lagi?"
"Iya Na" jawab Ica singkat.

Ia bingung bagaimana harus menceritakan semua. Ica juga mendapat surat teguran karena 2 minggu tidak masuk tanpa kabar.

Arland berjalan melewati ruangan kerja tim Ica, namun laki-laki itu tak sadar keberadaan Ica.
Seketika tangan ica gemetaran hebat melihat sosok Arland.
"Ca, kamu kenapa?" Tanya Raina khawatir.
"Em, gapapa Na. Aku lemes belum sarapan" jawab Ica bingung.
"Astaga Ca,,, yaudah bentar lagi makan siang. Aku traktir kamu makan yang banyak" ucap Raina.
Ia prihatin dengan kondisi Ica namun ia juga tak bisa banyak membantu karena gajinya juga pas-pasan untuk hidup dan mengirim ke orang tuanya.

Di ruangan Arland
"Yang, plis jangan tinggalin aku" Arula kembali merengek pada Arland.
"Gausah ganggu gwe lagi" Jawab Arland tak acuh.
"Kalau kamu tinggalin aku gimana caranya aku besarin bayi ini?"
"Lu tau cara bikinnya kenapa malah tanya gimana besarinnya? Ya Lu tanya aja sama Bapaknya." Arland sudah malas mendengar suara perempuan itu.

Mengandung Bayi BosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang