Barang Mewah

10.8K 487 9
                                    

"Sering begitu?"
"Error'? Iya emang gini sih Pak. Bisa setiap hari error'nya"

Arland menghembuskan napas panjang dan segera memberi instruksi Deny ke suatu tempat.

Susah juga pikirnya kalau Ica susah dihubungi.

Deny melajukan mobilnya dengan tenang menyusuri kepadatan jalan kota. Apalagi di jam pulang kerja seperti ini.

Deny cukup lega Arland sekarang berganti pacar. Dulu Arula suka seenaknya sendiri, pergaulannya bebas, dan Deny pun tahu bahwa Arland sering dimanfaatkan. Tapi mau bagaimana lagi jika tuannya mau dimanfaatkan.

Cukup senang melihat Ica yang tampak lugu dan sederhana. Supir itu hanya berdoa yang terbaik bagi atasannya.

Arland adalah majikan yang baik, dermawan, tidak pernah merendahkan orang lain, serta orang yang bertanggung jawab. Ia berharap jodoh tuannya juga seorang yang baik.

Mobil berhenti di sebuah mall.
Ica mengikuti Arland berjalan dibelakangnya. Langkah cepat laki-laki itu agak susah ia ikuti.

Selain karena kakinya tinggi jenjang dengan langkah lebar. Arland juga terbiasa bergegas ketika berjalan.

Ica tertinggal beberapa meter di belakangnya.
Sampai di depan tempat yang ia tuju laki-laki itu baru sadar orang yang diajaknya kesini masih tertinggal jauh.

Arland berjalan kembali untuk menjemput Ica. Dia lupa kalau yang diajaknya adalah ibu hamil. Yang diingat seperti ketika jalan sendirian atau bersama sesama rekan pengusaha.

Ica berusaha jalan cepat sampai napasnya tersengal-sengal.
"Pelan-pelan aja jalannya. Maaf saya terlalu cepat tadi"
Arland takut Ica pingsan kehabisan napas.

Mereka masuk ke sebuah pusat penjualan smartphone.
Arland menarik kursi agar Ica duduk dengan nyaman. Ica agak kesulitan karena bentuk kursinya cukup tinggi. Tinggi badan bumil itu 150cm agak kesulitan dengan kursi yang tinggi.

Arland memegangi tubuh Ica saat berusaha duduk agar tidak jatuh.

Setelah berhasil duduk ternyata nyaman sekali, pikir Ica.
Bos besarnya itu sudah menyebutkan beberapa merk dan tipe smartphone untuk dilihat.

Sales smartphone kembali dengan membawa semua barang yang disebutkan oleh Arland. Laki-laki dengan rambut di warna biru langit itu menjelaskan dengan detail setiap smartphone yang kini di depan mereka. Sales itu sudah sering melayani Arland. Dan tahu bahwa barang pilihan Arland bukan kaleng-kaleng. Makanya dia serius dan sebisa mungkin menjelaskan dengan detail.

Ia menjelaskan tipe, spesifikasi smartphone beserta kelebihan dan kekurangan. Jujur Ica tak terlalu paham. Arland sebetulnya sudah paham dengan yang dijelaskan. Ia sudah riset beberapa tipe smartphone yang di sebutkan. Namun dia tetap menyimak penjelasan dengan cermat.

Ica cukup tercengang ketika sales itu membahas harga.

Semua smartphone itu harganya diatas 20 juta.

'begini ya kalau orang kaya. Uang 20 juta cuma buat beli HP' batin Ica.

Ibu hamil itu semakin kaget saat Arland berbicara.
"Kamu suka yang mana Ca?"
"Bagus semua Pak. Terserah Bapak saja, kan Bapak yang beli"
"Kan kamu yang mau pakai"
"Haaa?" Ica ternganga heran.

Tangan Arland segera menutup mulut calon istrinya itu.
"Udah cepet pilih" Arland tak mau berlama-lama. Ia sudah berencana mengajak Ica menyiapkan kebutuhan pernikahan.

"Saya ngga mau Pak. Mahal banget beli HP udah kaya beli motor" Ica berbisik di telinga Arland.

Arland tertawa geli dengan candaan Ica.
"Terus kamu maunya yang gimana? Pokoknya harus beli HP baru, saya ngga mau susah-susah nelpon kamu. Kerjaan saya banyak ya. Ga ada waktu nunggu HP kamu yang error'" Ica agak ngeri mendengar Arland mengomel.

Mengandung Bayi BosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang