Bagai mimpi, hari Selasa momen mengharukan sekaligus menghebohkan itu terjadi. Hari Kamis sepasang suami istri itu sudah harus kembali ke meja kerja masing-masing.Bahkan hari Rabu pagi dan sore Arland sudah bolak-balik kantor karena pekerjaan mendesaknya. Ica pun tak bisa izin lama-lama karena jujur saja ia meninggalkan banyak pekerjaan yang jika tidak segera dibereskan bisa menjadi gunung.
**************
Seharian Ica hanya muntah-muntah. Padahal ini hari Sabtu dan rencananya ingin menikmati weekend dengan menyenangkan. Pada bulan ini ia menghadapi tantangan hidup yang berat, merencanakan acara pernikahan yang padat. Serta harus langsung kembali bekerja karena ia menikah dadakan jadi tidak sempat mengajukan cuti dan belum persiapan menyelesaikan pekerjaan lebih awal.Baru sekarang bisa istirahat sejenak namun kondisinya malah seperti ini. Ia muntah-muntah sampai cairan kuning saja yang bisa dikeluarkan. Sekarang kondisinya lemah tak berdaya diatas kasur.
Suaminya dari tadi mondar-mandir sibuk sekali. Iya, Arland dari pagi membeli berbagai jenis makanan namun semua berakhir di kloset karena setiap selesai makan perut Ica pasti terkuras habis.
Belum lagi sekarang ia sibuk mencuci sprei dan mengepel lantai. Ya, semua itu karena Ica sangat tidak tahan dan muntah di mana-mana. Ica sangat merasa bersalah sebenarnya. Namun ia benar-benar tak bisa menahan ketika perutnya mual.
Kadang tiba-tiba muntah di sprei. Kadang bangun dari tempat tidur langsung muntah. Kadang setengah jalan muntah.
Sebenarnya ia ingin menetap di toilet saja seharian mengingat mualnya yang tak kunjung reda.
Namun setiap selesai muntah Arland pasti menggendongnya kembali ke dalam kasur.
Tak tega jika harus melihat Ica kedinginan di kamar mandi, apalagi kondisinya yang sedang sakit.
"Udah ga mual lagi Ca?" Tanya Arland setelah semua bersih.
"Sekarang sih ngga Mas, tapi nanti kalau makan pasti muntah lagi" jawab Ica cemberut. Dari pagi perutnya seperti diaduk-aduk tak karuan."Kita ke rumah sakit ya, aku ga tega lihat kamu kaya gini" usul Arland.
"Ngga mau ah mas, aku mau tidur aja sebentar. Capek banget" jawab Ica lemas.Arland menarik selimut dan menutupkannya ke tubuh Ica.
Ica tertidur dengan pulas.Siang harinya Ica terbangun dengan badan cukup ringan. Dilihatnya Arland sedang duduk di sofa fokus dengan laptopnya.
"Mas lagi sibuk?" Tanya Ica pelan.
"Udah bangun?" Bukannya menjawab Arland malah balik bertanya.
"Kalau belum bangun saya ngga bisa ngajak Mas bicara" suara Ica masih lirih namun berusaha mengajak bercanda.
Arland tersenyum dan menjawab "ngga sibuk, cuma ngecek beberapa file aja sebentar"
"Saya kok pengen tteokbokki ya" Ica memeluk gulingnya dengan manja.
"Oke saya pesankan ya" Arland berkata singkat.
"Ngga mau, maunya makan di tempat jualannya" mata Ica berbinar.Meski khawatir dengan kondisi istrinya namun Arland tetap menuruti. Kasihan juga dengan istrinya selama ini, mungkin dia juga perlu jalan-jalan.
Setelah beberapa saat bersiap, Arland kini sudah menyetir mobil Ferari nya dengan hati-hati.
Setelah makanan dihidangkan. Arland dengan telaten mengguntingkan tteok yang masih panjang. Sedangkan Ica memakannya dengan lahap sampai makanan itu hampir habis dilahapnya sendiri. Sedikit percakapan mereka ketika makan
"Mas ga ikut makan?"
"Saya udah kenyang lihat kamu makan"
"Waah kalau gitu Mas lihatin saya makan aja setahun. Biar irit nasi" canda Ica.
"Jangankan setahun Ca, satu bulan aja saya ngga makan, udah jadi janda kamu" jawab Arland gemas.
"Makanya ayo makan juga,, aaa,,,," Ica menyuapkan makanan ke mulut suaminya.Mau tidak mau Arland membuka mulut dan memakan suapan dari tangan Ica. Gemas juga dengan istrinya.
Mereka berjalan menyusuri lorong mall.
"Udah ga mual Ca?"
"Entah ya, kayanya engga. Malahan ini Ica masih laper banget"
Arland cukup heran, tadi Ica sudah makan banyak kok bisa masih lapar. Tapi syukurlah ada makanan yang masuk ke perutnya.Ica tergiur melihat stand milk tea.
"Maaass,, pengen itu" rengek Ica.
Arland pun membelikan satu gelas.Kini mereka sudah di dalam mobil dan menyusuri jalanan.
"Mas,, mampir makan seblak dulu Yuk. Tiba-tiba pengen banget" kembali terdengar rengekan dalam mobil itu.Mobil Ferari telah terparkir di depan warung seblak kesukaan Ica. Dulu satu bulan sekali ia pasti menyempatkan untuk mampir ke tempat itu.
Dengan lahap Ica memakan menu dan toping favoritnya.
"Mas ga makan?" Tanya Ica dengan mulut penuh. Ia tak dapat mengendalikan nafsu makannya sekarang.
"Saya ngga suka makanan seperti ini" jawab Arland hati-hati takut menyinggung hati istrinya, namun ia juga tak mau berbohong.Syukurlah Ica dapat mengerti dan tidak rewel. Ia hanya mengangguk-angguk dengan ceria dan terus semangat melahap semangkok seblak dihadapannya.
Mereka melanjutkan perjalanan.
Masih jauh dari apartemen, Ica kembali merengek.
"Emm,, pengen eskrim"
Sekarang hanya Arland yang turun membeli eskrim pesanan istri.Dengan cepat Ica memakan eskrim itu. Gigi Arland terasa ngilu hanya dengan melihat Ica makan. Namun orang yang dikhawatirkan justru terlihat sangat bahagia.
"Ah,, mau bakso" ada lagi rengekannya ternyata.
Saking herannya Arland sampai menepikan mobil.
"Astaga Ca, perutmu baru enakan. Nanti kalau kekenyangan malah muntah lagi lo"Ica yang mendengar itu langsung merasa sangat sedih.
"Hiks,, hiks,, padahal aku baru doyan makan. Tapi malah ga boleh makan. Huaaaa,,,,," tangis Ica semakin kencang.
"Oke,, oke,, kita beli bakso. Tapi makannya di apartemen ya, biar makanan yang tadi sempat dicerna dulu." Arland mencoba membujuk.
"Tapikan Ica masih laper." Ica memuncungkan bibirnya.Arland kembali kalah. Kini Ica sudah lahap dengan semangkok bakso beranak ukuran jumbo. Suaminya hanya bisa menatap khawatir dan berdoa semoga sang istri baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengandung Bayi Bos
RomanceArland yang patah hati memaksa Ica untuk bermalam bersama, menjadikan Ica mengandung bayi mereka Mohon maaf ini cerita dewasa ya