Arland tersenyum sumringah melihat anaknya yang masih tetap aktif meski ruangnya sudah sempit karena badannya terlalu besar di dalam perut Ica yang bertubuh kecil.
"Tidak perlu khawatir, ini kontraksi palsu yang memang wajar terjadi di usia kandungan ini Pak" Kelas dokter menenangkan Arland.
"Kira-kira kapan bayi kami lahir dok? Apa bisa tepat HPL?" Tanya Arland dengan antusias. Jujur ia merasa khawatir dengan kandungan istrinya yang semakin besar.
"Untuk kelahiran bayi itu proses alami Pak. HPL hanya sebuah prediksi. Pada kenyataan bisa tepat, bisa maju, bahkan juga bisa mundur" Jelas dokter perempuan tersebut.
Arland menghembuskan napasnya berat. Ia cemas menunggu momen persalinan Ica. Ditambah lagi sebelumnya mereka dapat kabar kurang menyenangkan, Ica tidak dapat menjalani operasi sesar karena setelah dilakukan pemeriksaan tubuh Ica ada alergi terhadap beberapa obat atau anestesi yang diperlukan untuk operasi tersebut.
Arland sendiri kurang paham mengenai apa yang membuat Ica alergi itu. Tapi kata dokter jika dipaksakan sesar maka dapat membahayakan ibu dan janinnya. Padahal kondisi kandungan Ica tergolong cukup sulit jika harus melahirkan secara normal.
Itulah penyebab Arland sangat panik ketika Ica kontraksi palsu. Sebagai suami dirinya merasa tidak berguna karena tak bisa melindungi dan memberi keamanan bagi istri dan calon bayinya. Ya, sebanyak apapun uang yang ia punya tak akan bisa menghalangi takdir yang maha kuasa.
Tak hentinya Arland berdoa, berharap dalam hatinya agar ibu dan bayinya diberi keselamatan dan kelancaran pada proses persalinan. Sungguh, ia tidak sanggup jika harus menyaksikan kepergian orang terdekatnya seperti yang telah terjadi di masa lalu.
Bukan hanya diam tanpa mencari solusi, Arland telah memikirkan berbagai cara tapi belum ada yang benar-benar tepat. Ia berniat membawa Ica bersalin di RS luar negeri yang memiliki fasilitas dan teknologi lebih lengkap serta canggih. Tapi kondisi Ica sekarang juga tidak bisa dibawa terbang jauh, kandungannya tidak begitu kuat. Belum lagi istrinya itu bersikeras ingin melahirkan di sini saja. Ia merasa melahirkan di negara sendiri lebih nyaman dari pada di negara orang yang belum pernah ia kunjungi.
Di lubuk hati terdalam Ica juga sudah mempersiapkan diri. Ia tahu bahwa kondisinya cukup berbahaya, bisa saja nyawanya menjadi taruhan di persalinan ini. Makanya ia memilih melahirkan disini saja. Jika terjadi hal yang paling buruk, maka ia dapat beristirahat dengan tenang di tanah kelahirannya tanpa proses yang terlalu merepotkan.
Dokter meresepkan obat dan vitamin. Ica duduk di kursi tunggu sementara sang suami tengah berada di antrian panjang untuk menebus obat. Ica duduk mengelus perut besarnya sambil tersenyum tipis memandang suaminya yang cukup menjadi pusat perhatian.
Harus di akui ketampanan Arland memang diatas rata-rata. Meski usia sudah cukup matang namun tubuh atletisnya membuatnya terlihat segar layaknya anak muda.
"Kalau Ibu pergi pasti banyak yang antri mau sama ayahmu nak" Ica bermonolog dengan perut besarnya.
"Aduh,, aduh,, duh,," ringis Ica merasakan tendangan protes dari sang jabang bayi.
"Iya,, iya,, kita berjuang bersama. Ibu akan semangat demi kalian" monolog Ica lagi yang ajaibnya membuat janin dalam perutnya mulai tenang kembali.Mungkin bayinya tidak ingin dengar kata-kata sang ibu yang pesimis.
Ica kembali melihat suaminya yang kini sudah di bagian cukup depan. Tapi tetap saja suami tampannya itu menjadi perhatian para wanita di ruang itu.Saking buru-burunya tadi memang membuat Arland lupa memakai masker. Ia sebenarnya tahu jika menjadi perhatian banyak orang, tapi mau bagaimana lagi. Tidak mungkin kan dia marah kepada setiap orang lewat yang melihatnya.
Sambil menunggu antrian sesekali ia menengok sang istri yang bermonolog dengan perutnya. Hatinya begitu damai melihat senyum di wajah sang istri. 'semoga pemandangan ini akan selalu menemani hari-hari ku sampai tua nanti' batin Arland memandang Ica.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengandung Bayi Bos
RomanceArland yang patah hati memaksa Ica untuk bermalam bersama, menjadikan Ica mengandung bayi mereka Mohon maaf ini cerita dewasa ya