Januar dan Raina

7.2K 299 10
                                    


Sementara Ica semakin kuat keinginannya untuk bangun. Ia tak tega mendengar tangisan anaknya. Ia juga ingin bertanya kenapa suara bayinya hanya satu. Padahal di dalam perut keduanya sangat aktif kadang membuatnya kerepotan.

Namun apalah daya Ica belum bisa membuka matanya. Kenapa? Kenapa sulit sekali untuk membuka mata?

****

Suatu siang di AR Company
Usai menyelesaikan pekerjaannya di kantor pribadi serta memonitor perusahaan keluarga Hartawan, kini Januar mendatangi kantor sahabatnya.

Sudah seminggu sang pemilik kantor tidak berangkat karena masih fokus dengan istri dan anaknya.

Januar menawarkan diri untuk memantau AR Company. Membantu menyelesaikan beberapa pekerjaan Arland yang bisa ia gantikan. Arland yang mendengar tawaran Januar merasa sangat senang, ia sangat percaya pada Januar. Selain tugasnya jadi tidak menumpuk dan ia bisa fokus pada Ica dan kedua bayinya, kinerja Januar pun tidak dapat diragukan. Jadi ia malah untung ketika Januar mau membantu. Kebetulan proyek tahun ini sebagian besar bekerja sama dengan JR Group jadi Januar tahu seluk beluk apa yang Arland kerjakan.

Bukan mengambil alih semua tugas Arland, hanya memantau kondisi kantor dan mengecek beberapa hal saja. Setidaknya kantor tetap berjalan meski ditinggal bos besarnya cukup lama.

Bagi Januar sendiri, selain tulus ingin sedikit mengurangi beban kerja Arland ia juga berniat lebih dekat dengan sang pujaan hati, siapa lagi jika bukan sahabat baik Ica yang bernama Raina.

Selama di AR Company, Januar selalu dibantu oleh Raina dalam bekerja. Memang itu permintaannya sendiri, alasan yang digunakan adalah karena ia sudah kenal dan tahu kinerja Raina. Jadi selama disana ia minta Raina untuk membantu bekerja. Memang ia sangat pintar mencari kesempatan.

Tok,, tok,, tok,, bunyi ketukan pintu ruang CEO.

"Masuk" ucap Januar singkat. Senyum tipis terbit dari wajahnya ketika melihat sosok yang menuju ke arahnya.

"Pak, ada beberapa usulan proyek kerjasama yang dikirimkan ke sini" Raina berkata sambil memberikan beberapa proposal pada Januar.

Januar menerima dan membolak-balik file itu. Ia membaca setiap file dengan seksama.
"Hmm,,, proyeknya tidak menarik" ucapnya pelan, masih sibuk meneliti.

Raina hanya diam saja. Ia tidak berani berkomentar. Meski menurutnya proyek itu sangat bagus karena sedang diminati banyak orang sekarang ini. Tapi dia siapa, hanya seorang bawahan yang tiba-tiba diminta menjadi asisten sementara selama Arland tidak bisa masuk kantor.

"Memang sedang banyak peminat, tapi dampak negatifnya lebih banyak. Sebentar lagi yang seperti ini tidak akan laku. Tunggu saja, satu dua bulan kedepan pasti sudah hilang" Ucap Januar lagi, masih dengan wajah menganalisis.

Raina hanya mengangguk menurut saja. Agak heran memang, bagaimana bisa sesuatu yang sangat laris saat ini bisa tiba-tiba hilang. Tapi entahlah, ia tak pandai menganalisis pasar.

"Jalankan proyek yang ada saat ini saja. Mengenai penambahan proyek nanti biar Arland yang putuskan" perintah Januar pada Raina, meski ia tahu dan bisa menganalisis, namun untuk keputusan besar tetaplah hak mutlak Arland. Ia hanya membantu, bukan mau mengambil alih kepemimpinan. Walaupun sahamnya cukup besar di perusahaan ini tapi ia tak akan lancang mengambil keputusan begitu saja.

"Baik Pak, saya permisi" Raina pamit ingin keluar.

"Oh ya Na, aku baru dapat kabar kalau istrinya Arland sadar. Siap-siap ikut aku menjenguk. Kamu ga mau lihat kondisi temanmu?" Januar agak modus, meskipun beritanya benar bahwa Ica sadar.

Januar yakin kalau Raina tak akan menolak. Ia pasti ingin segera melihat Ica. Setiap pulang kerja Raina selalu menyempatkan diri menjenguk sahabatnya meski hanya sebentar. Setiap keluar dari ruang ICU perempuan itu selalu terduduk dan menangis sesenggukan. Januar yang menyaksikan itu jadi ikut sedih serta membuat perasaannya pada Raina semakin kuat.

Mengandung Bayi BosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang