LDR 2

7K 296 24
                                    


Sementara itu di tempat Arland.
Usai bertemu dengan rekan bisnisnya, Arland kembali mendapat gangguan. Indira lagi-lagi datang dengan penampilan yang luar biasa. Ia menggunakan baju kurang bahan serta riasan sebaik mungkin demi bertemu Arland dan mencoba aksinya kembali. Arland menghela napas panjangnya.....

Indira semakin mendekat, Arland berusaha pergi karena percuma meski dia mau mengusir, perempuan itu tak akan pergi. Sebelum Arland keluar ruangan ia buru-buru dicegat oleh Indira.

"Ayo lah Mas, apa aku kurang cantik" bisik Indira di telinga Arland. Tangannya telah bergelayut di lengan Arland yang cukup berotot.

"Jangan gila deh Ra, lo punya suami gwe punya istri" ucap Arland dengan nada agak tinggi. Sungguh ia jengah dengan wanita itu.

"Alah ngga usah munafik deh Mas, kamu jauh dari istri, aku jauh dari suami. Ayolah main sama aku, satu malaaam ajaah, lihat lah moleknya tubuh dan cantiknya wajahku ini" rayu Indira dengan percaya dirinya yang membuat Arland semakin malas.

Tidak dipungkiri bahwa Indira memang body goals dan sangat cantik. Laki-laki normal sudah pasti tergoda jika diperlakukan seperti itu. Belum lagi style Indira kini meniru penampilan Arula serta ia menggunakan parfum beraroma persis dengan Maira ketika masih menjadi pacar Arland.

Jadi wanita itu sungguh sangat niat, dia melakukan riset terlebih dahulu, bagaimana wanita yang disukai Arland.

Bukan tergoda, Arland semakin risih. Ia merasa Indira sudah berlebihan. Untuk apa dia seniat itu mengamati style Arula bahkan mencari tahu parfum Maira ketika masih menjadi kekasihnya.

"Sadar Ra, lo punya anak. Ga malu kalau anak lo lihat kelakuan ibunya kaya begini?" Arland semakin emosi. Tidak tahu lagi harus berkata apa pada Indira.

"Dari sebelum nikah aku maunya sama Mas Arland. Aku nikah kan biar ga jadi perawan tua aja. Lagian anakku masih kecil-kecil Mas, masih ada yang baby juga. Mereka ga akan ngerti kelakuan bundanya di luaran ini." Indira kembali bersuara.

"Omong kosong. Keluar Ra, jangan sampai gwe kasar sama lo" Arland sudah berbicara dengan tatapan emosi. Ia tak suka melihat perempuan seperti itu. Sudah tahu punya bayi bukannya fokus merawat malah kelakuannya ga karuan begitu.

Ada-ada saja alasan si Indira itu, dari dulu dia selalu mengincar orang terkenal di lingkungannya untuk digoda. Bisa-bisanya dia bilang begitu. Arland tahu wanita itu gigih sekali karena tidak berhasil menaklukkannya. Jika sudah berhasil di taklukkan Indira pasti dengan mudah melepas laki-laki incarannya.

Meski tahu begitu, tapi Arland tidak pernah mau melakukannya. Walau dia tidak taat agama, tapi dia tahu nilai-nilai moral yang harus ia pegang.

Kesalahannya melanggar nilai moral hanyalah merusak Ica. Dan dia tidak akan mau melakukannya lagi. Dia menetapkan dalam hati bahwa Ica akan menjadi satu-satunya wanita disisinya hingga akhir nanti.

Arland jadi senyum-senyum sendiri memikirkan Ica. Istrinya itu dengan malu-malu sudah menyetujui bahwa ketika sepulangnya dari luar kota, Ica akan menunaikan tugasnya sebagai istri yang memberikan jatah kepada pada suaminya. Tentunya kini setelah sah dan tanpa ada paksaan seperti dulu.

Laki-laki itu jadi tidak sabar segera pulang. Ia kembali menyentuh pekerjaannya, berharap semua segera selesai. Selain ingin segera minta jatah pada sang istri, Arland juga merindukan baby nya yang aktif di perut Ica. Sebelum ditinggal anak itu sudah aktif, setelah ditinggal kata Ica anak itu semakin aktif. Arland tidak bisa membayangkan betapa repotnya Ica. Belum lahir saja bayinya sudah begitu. Tapi dia senang, bayi dan istrinya dalam kondisi sehat.

Kembali ke kota Ica dan Raina.
Ica merasa sepi karena sahabat yang juga rekan kerjanya kini sangat sibuk keluar kantor.

Raina bilang ada undangan makan siang dari JR Group. Jadilah kini Ica bekerja dalam sepi.

Mengandung Bayi BosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang