Arland menghubungi Deny, supir pribadinya, ia tak bisa fokus menyetir karena pikirannya sedang penuh sekarang.
Deny sudah lama menjadi supir Arland, namun ia merasa memakan gaji buta karena Arland sangat jarang menggunakan jasa Deny. Bosnya itu lebih senang menyetir sendiri. Beberapa kali ia mencoba mengundurkan diri karena tidak enak terus menerima gaji padahal jarang bekerja. Namun Arland selalu menolak pengunduran diri supirnya.
Meski jarang menggunakan jasa Deny, namun Arland merasa sayang jika harus melepas orang seperti Deny. Selain jujur, supir itu juga bisa dipercaya. Kemampuan menyetirnya baik dan juga nyaman.
"Panjengan sakit Pak?" Tanya Deny ketika sudah berada di mobil Arland. Ia datang ke kantor Arland menaiki taksi, karena mobil bosnya itu sudah di basemen kantor Arland. Deny berasal dari Jawa dan sangat menjunjung tata krama. Itu salah satu poin yang juga disukai Arland.
"Engga, lagi banyak pikiran" Jawab Arland singkat yang kemudian dijawabi anggukan oleh Deny. Meski ia heran kenapa tiba-tiba bosnya seperti itu, namun dia sadar posisi dan tidak mau terlalu kepo terhadap urusan bosnya.
Di dalam mobil Arland hanya fokus termenung. Tiba di basemen apartemennya Arland segera turun tanpa menghiraukan supirnya. Entah, pikirannya terlalu penuh hingga tidak peka terhadap sekitar.
Beberapa langkah berjalan, Arland tersandung dan terjatuh. Deny segera berlari membantunya untuk bangun.
"Bapak sakit?" Tanya Deny khawatir. Arland tak menjawab hanya menghembuskan napas berat.
Deny mengantar Arland hingga lantai ruang apartemen milik bos nya itu.
"Bapak kalau sakit atau butuh bantuan, langsung hubungi saya kapan saja" ucap Deny.
"Oke terimakasih Den. Kamu bisa pulang" jawab Arland.
"Baik Pak, saya pamit pulang dulu" lanjut Deny.Agak tidak tega sebenarnya meninggalkan bosnya. Meski tidak mau kepo terhadap urusan orang lain, namun tidak bisa dipungkiri bahwa Deny juga merasa khawatir. Tidak pernah sebelumnya Arland dalam kondisi seperti itu.
Arland menghempaskan diri ke sebuah sofa panjang di dalam apartemennya. Ia cek kembali pesan dalam HP nya. Masih sama seperti tadi siang. Pesannya pada Ica masih bertanda centang satu. Yang banyak malah pesan dari Arula yang entah apa ia sudah sangat malas sekali membacanya.
Di lemparkan iPhone 14 itu ke sembarang tempat. Segera ia masuk ke dalam kamar mandi berusaha untuk menenangkan diri.
Cukup lama ia menyalakan shower, berusaha mendinginkan kepala.Setelah selesai dan berganti baju. Kembali dicarinya sekotak benda kecil yang tadi ia lempar. Berharap ada keajaiban bahwa Ica telah membalas pesannya.
Jantungnya berdegup kencang, ada sedikit rasa lega setelah melihat layar ponselnya. Bukan, bukan sebuah pesan dari Ica. Hanya pesannya tadi sudah berubah tanda menjadi centang 2 berwarna biru. Segera Arland memencet tanda panggilan.
*Ditempat lain*
Kamar kos Ica
Sepulang kerja Ica segera membersihkan diri. Lalu menyantap nasi rames yang ia beli dari warteg pinggir jalan. Meski sangat tidak berselera dan diiringi mual-mual namun ia tetap memaksakan diri untuk makan. Di satu sisi ia harus berhemat demi keluarga, disisi lain ada sebuah nyawa dalam kandungannya.Sambil makan Ica mengotak-atik hp nya. Ternyata hp nya seharian ini error' dan semua pesan baru masuk. Ya, hp itu sudah sangat lama dan sudah mulai banyak masalahnya. Namun selagi masih bisa dipakai Ica tak ada pikiran untuk membeli yang baru. Membeli sebuah HP dengan harga 1 juta pun terasa sangat mahal baginya.
Ica kembali memasukkan makanan kedalam mulut. Bersamaan dengan bunyi panggilan pada HP nya. Ica mengecek nama dan sangat kaget melihat siapa yang sedang menghubunginya saat ini.
Buru-buru Ica menekan tombol hijau.
"Halo, ini dengan Marisha?" Suara dari dalam ponselnya.
"Uhuk,,,uhuk,,, uhuk" Ica tersedak mendengar suara bosnya.
Jujur, Ica masih takut dengan suara itu. Suara orang yang telah merebut kesuciannya. Namun ia sedikit bersyukur bahwa laki-laki itu masih mengingatnya.
Arland dengan sabar menunggu jawaban.
"Uhuk,,, iy,, iya,, be,, betul saya Marisha Pak,, uhuk,, uhuk" jawab Ica kesulitan.
Mendengar suara itu seketika Arland merasa sangat lega. Beban berat dalam hati dan pikirannya seakan menguap begitu saja.
"Minum dulu Ca" ucap Arland halus. Ia lega mendengar suara Ica masih hidup. Namun ia khawatir juga mendengar Ica terbatuk-batuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengandung Bayi Bos
RomanceArland yang patah hati memaksa Ica untuk bermalam bersama, menjadikan Ica mengandung bayi mereka Mohon maaf ini cerita dewasa ya