Di JR Group
Mood baik Januar perlahan menjadi buruk karena kedatangan Arula ke kantornya. Sudah beberapa penjaga menahan agar wanita ini tidak mengganggu big boss mereka. Namun apalah daya mereka hanya pegawai biasa yang mengaku-ngaku sebagai teman dekat sang bos.
Ya, sikap Arula yang agresif sudah dapat ditebak oleh para pegawai juga penjaga kantor bahwa ia bukan orang yang tepat untuk datang ke kantor yang memiliki vibes kerja yang sangat formal ini. Hampir semua karyawan profesional ketika berada di kantor. Bahasa dan perilakunya tertata. Januar sangat disiplin untuk urusan kantornya.
Jarang sekali ada yang bercanda di jam kerja, meski ketika usai kerja suasana mulai mencair namun di jam seperti ini tak akan ada yang berani seenaknya. Pun demikian dengan tamu yang biasa berkunjung ke kantor. Mereka bisa menempatkan diri mengikuti culture di tempat ini.
Lha tiba-tiba datanglah Arula yang memang tidak bisa diatur ini. Tentu dengan sigap satpam segera menghalangi. Resepsionis pun sebisa mungkin melarang Arula untuk masuk. Tapi memang dasarnya Arula ini ngeyel. Dia malah mengancam para pegawai yang menghalanginya.
"Maaf Bu, ada keperluan apa? Ada yang bisa kami bantu?" sapa seorang satpam yang melihat Arula datang main nyelonong saja dan bibirnya mengomel tak karuan.
'cantik sih, pakaiannya oke juga. Tapi kok gelagate koyo wong ora genep (gelagatnya kaya orang stress)' batin satpam yang asalnya dari Jawa itu ketika pertama kali melihat Arula'
"Gausah sok kenal deh. Dimana ruangnya si Januar itu?" Jawab Arula dengan sewot.
"Mohon maaf Ibu, bisa disebutkan keperluannya dulu?" Satpam dengan nama dada tertulis 'Bejo' itu tetap berlaku sopan meski dijawab dengan sewot oleh Arula. Ya, itu juga SOP dari kantor yang ia pegang teguh.
Arula semakin nyolot yang membuat rekan Bejo yang bernama Yadi ikut datang menghampiri.
"Koyone wong gendheng iki Jo, ojo entuk masuk (kayanya orang gila ini Jo, jangan bolehkan masuk)" bisik Yadi pelan sekali di dekat Bejo hingga Arula tak dapat mendengarnya.
"Ho'oh Di, gendheng koyone. Tapi ngaku koncone Pak Januar e (iya Di, gila kayanya. Tapi ngaku temennya Pak Januar nih)" balas Bejo dengan tetap berbisik selirih mungkin.
Arula masih asik dengan omelannya.
"Dasar itu si Januar, bisa-bisanya biarin Arlan kawin ama yang model begitu""Mosok to Jo, Pak Januar ganteng-ganteng, sugih ngono koncone gendheng, ayu sih tapi kok kurang sak ons (masak sih Jo, Pak Januar ganteng-ganteng, kaya raya begitu temenan sama orang gila. Cantik sih, tapi kaya kurang waras)" balas Yadi masih dengan bisikan.
"Heh kalian, cepet ngga tunjukin ruangannya Januar. Satpam doang aja belagu" ucap Arula dengan ngegasnya.
"Mohon maaf sekali lagi Ibu, jika ingin masuk ke kantor ini harus dengan keperluan yang jelas" ucap Bejo lagi dengan masih ramahnya.
(Memang Bejo ini sabar sekali. Kalau author yang digituin sih udah tak jejelin sepatu si Arula (maaf emosi. Abaikan saja tulisan ini)) 🤣🤣
Karena jawaban Bejo yang menurutnya tak memuaskan Arula segera pergi ke meja resepsionis. Sesampainya disana Arula langsung menggebrak meja padahal resepsionis nya sedang berdiri dan menunduk memberi hormat pada tamu.
"Selamat datang Ibu, ada yang bi,,,,,"
Belum selesai kalimat dari bibir resepsionis itu terucap.Bruuuaaakk.,,
Gebrakan meja dari tangan Arula cukup mengejutkan
"Cepet kasih tau mana ruangan Januar" Arula bicara dengan bersungut-sungut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengandung Bayi Bos
RomansaArland yang patah hati memaksa Ica untuk bermalam bersama, menjadikan Ica mengandung bayi mereka Mohon maaf ini cerita dewasa ya