Kejelasan Hubungan

15.2K 595 12
                                    


"Ayo masuk Ca" ucap Arland membuyarkan lamunan Ica yang masih berdiri di depan pintu.

Deg. Kekhawatiran Ica semakin bertambah, betul saja Arland mengajak ke sebuah ruangan. Ia pasti akan disuruh menggugurkan kandungan. Makanya Arland memilih ruang tertutup.

Mereka sudah duduk di ruangan tersebut. Tempatnya lesehan namun terlihat sangat mewah. Ada satu meja besar dari kayu yang mengkilap, alas duduk pun sangat empuk. Terdapat tak kecil untuk tempat alas kaki. Ruangannya cukup luas bisa digunakan satu keluarga besar. Kini ruang itu terlihat sangat luas karena hanya dipakai mereka berdua saja.

Tak lama kemudia pelayan datang mengantar minuman Ica tadi dan menyerahkan daftar menu.
Arland membolak-balik daftar berwarna merah dan berbingkai warna silver itu, kemudian dia tutup dan melihat ke arah Ica dan bertanya. "Kamu kan lagi hamil, emang boleh makan seafood?"

Arland sempat membaca artikel bahwa seafood banyak mengandung merkuri dan tidak baik dikonsumsi ibu hamil.

Pertanyaan itu hanya dibalas dengan gelengan kepala. Karena perempuan itu juga tidak paham.

Akhirnya Arland hanya memesan minuman dan makanan penutup yang manis saja. Mencegah lebih baik daripada terjadi hal yang tidak diinginkan, pikirnya.

Selama menunggu makanan Ica hanya duduk namun tetap menundukkan kepala. Ia bingung harus melakukan apa atau bicara apa.
"Kandunganmu sehat?" Arland membuka pembicaraan. Ica bingung bagaimana menjawabnya.
"Mohon maaf saya kurang tahu Pak. Terakhir saya periksa katanya sehat" jawab Ica apa adanya.
"Belum pernah periksa lagi?" Laki-laki itu bertanya kembali.
Ica hanya menggeleng dan menghembuskan napas panjang.
Belum dua Minggu yang lalu dia periksa kandungan, boro-boro mikir periksa kandungan lagi, ia saja belum mendapat gaji lagi. Makan pun ia harus sangat berhemat sekali. Tapi Ica paham kalau Arland berpikir ia bisa bolak balik periksa kandungan. Uang transferannya dulu memang sangat banyak. Namun yang Arland tidak tahu bahwa uang itu sudah dikirim ke kampung semua.

"Kamu mau melahirkan anak itu?"
Deg. Ica seperti tersambar petir, haruskah ia merelakan bayinya.
Tanpa terasa air mata Ica terjatuh begitu saja.
Arland yang melihatnya pun cukup panik dan kebingungan.
"Maaf Ca, bukan maksud saya menyakiti kamu. Saya sadar semua ini terjadi karena kesalahan saya" Arland menarik napas panjang dan kembali berbicara.
"Jujur saya sangat ingin anak itu lahir, tapi dia ada di tubuh kamu, semua hak ada ditangan kamu. Cukup sekali saja saya melakukan tindakan tidak bermoral. Saya akan menghormati apapun keputusan kamu. Mata hitam dan tegas itu mulai berkaca-kaca.

"Saya tidak mau membunuhnya Pak, dia tidak salah apa-apa" jawab Ica lirih. Kemudian meneguk minumannya untuk mengurangi ketakutan.
"Syukurlah, jadi kapan kita menikah?" Tanya Arland
"Uhuk,,, uhuk,, uhuk,," Ica tersedak mendengar pertanyaan mengagetkan.
"Kamu kok sering banget keselek sih Ca" Arland menuangkan air dari teko kedalam gelas yang ada di meja itu.
Ica segera meminum air yang diberikan oleh Arland.

"Maksud Bapak menikah dengan saya?" Ica melongo keheranan.
Arland menepuk jidat.
"Yang hamil anakku itu kan kamu Ca, masa nikahnya sama tetangga sebelah"

"Saya syok baca pesan kamu mau bunuh diri sama anak itu" keluh Arland.
"Maaf Pak, habisnya saya bingung harus gimana. Saya dimarahin terus dikantor karena ga fokus, saya diusir dari kos, saya juga bingung gimana caranya hidup dengan kondisi hamil di luar nikah" Ucap Ica sedih.

Arland mengelus pipi lembut perempuan itu, menyeka bekas air mata.
"Makanya saya ajak menikah supaya kamu ngga dianggap hamil diluar nikah" Arland coba menenangkan.

Mengandung Bayi BosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang