Kesedihan

5.5K 267 6
                                    

"Namanya Boy Julio Hartawan" jawab Januar asal.

"Hah? Kok namanya jadi Hartawan?" Tanya Celine polos. Ia sangat heran kok bisa nama anak Arland malah pakai nama belakang Januar.

"Serius itu namanya?" Vely kembali bertanya dengan polosnya.

"Ngawur aja" sahut Arland yang tak terima dengan nama anaknya.

"Dih lagian ga cepetan lu kasih nama. Ya gua aja yang kasih nama. Keburu jalan itu anak nanti" jawab Januar dengan enaknya.

****
Berbeda dengan keceriaan kemarin. Hari ini hati Ica dan Arland diliputi mendung tebal.

Mereka mengunjungi bayi kedua yang mereka beri nama Darel. Sedangkan si boy namanya Daniel. Ica yang masih di kursi roda menangis hingga lemas melihat kondisi Darel.

Berbeda dengan baby Daniel yang sudah segar aktif dan ceria. Kondisi baby Darel cukup memprihatinkan. Tubuhnya terpasang beberapa selang dan alat medis. Selain lemah karena terlalu lama dilahirkan, kondisinya juga diperburuk dengan sulitnya ia menerima susu formula.

Jika Daniel yang berusia satu Minggu sudah chubby dan cukup gembul serta bertambah tinggi, Darel masih sama seperti ketika lahir. Ica tak kuasa, hati ibu mana yang tidak tersayat melihat buah hatinya seperti itu.

Ica kembali tak sadarkan diri di pelukan suaminya. Inilah yang ditakutkan Arland, istrinya tidak kuat melihat kondisi bayi kedua mereka. Padahal niat ke sana Ica ingin menyusui bayinya. Namun apa daya hatinya tidak kuasa melihat sang bayi.

"Ca, yang kuat ya. Biar baby baby kuat, ibunya harus kuat dulu" bisik Arland lembut sesaat setelah Ica sadar dari pingsannya.

"Ini pasti gara-gara aku mas, hikss,, gara-gara aku lama ngelahirinnya. Gara-gara aku sakit ga bisa nyusuin, jadinya anak aku begitu,, hikss,,, hikkss" Ica masih tak kuasa menahan sesak di dada nya.

"Udah Ca, jangan ditangisi terus, kamu kuat, anak-anak juga kuat" sekali lagi Arland meyakinkan.

Tidak lama kemudian perawat masuk membawa si boy atau yang kini bernama Daniel. Tingkah lucu dan menggemaskan bayi itu seolah mengurangi rasa sedih kedua orang tuanya.

"Lihat kan, si boy saja sekuat itu. Momy nya juga harus lebih kuat dong" ucap Arland saat si boy berusaha menyusu.

Mereka berdua menciumi pipi gembul si boy yang aktif sekali mengoceh. Entah apa yang ia bicarakan, ocehannya terdengar ribut sekali.

Kini air susu Ica sedang lumayan keluar banyak berkat usaha si boy yang terus mencoba menyusu meski tak keluar asi nya. Sekarang sudah lumayan luber.

"Mas, aku mau ke Darel lagi" ucap Ica saat Daniel sudah kembali ke kamarnya.

"Mas ga mau nanti kamu pingsan lagi" Arland terlihat gusar, takut sekali jika sang istri masih belum kuat.

"Tapi Darel butuh minum Mas, kasian dia" suara Ica terdengar sendu.

"Baiklah, tapi kamu janji harus lebih kuat ya. Ga boleh nangis lagi" ayah dua anak itu berusaha meyakinkan.

Setelah disepakati akhirnya mereka kembali menguatkan diri menuju kamar Darel.

Ica dibantu perawat pelan-pelan mulai menyusui bayi kecilnya. Awalnya bayi itu menolak namun dengan usaha dan kesabaran yang tinggi akhirnya anak itu kini bisa menyusu.

.....

Hampir dua Minggu mereka bertiga dirawat di RS. Kondisi Darel berangsur membaik karena sudah dapat asupan ASI yang dia butuhkan, mungkin satu atau dua hari lagi diizinkan pulang. Sedangkan kondisi Ica masih dalam pantauan. Perutnya masih sering terasa sakit serta beberapa organ tubuh yang perlu pengobatan. Ya, selama persalinan ia kan mengalami komplikasi, jadi perlu banyak pengobatan agar bisa sehat kembali.

Sementara Si boy, ngapain dia di RS? tentu saja hanya menunggu sang ibu dan adiknya bisa pulang. Anak itu tidak mengalami masalah kesehatan, sejauh pantauan tim medis kondisinya baik, sangat baik untuk bayi seusianya. Hanya perlu kontrol jadwal minum susunya saja agar tidak berlebihan karena dia suka sekali menyusu.

Dari awal si boy sudah diizinkan pulang. Tapi tidak mungkin kan jika anak itu pulang sendiri sedangkan Arland pun masih sibuk mengurus ibu dan adiknya. Sebenarnya Januar juga bersikeras membawa bayi itu ke rumahnya namun tentu saja sang ayah tidak mengizinkan. Selain sungkan jika malah merepotkan sahabatnya, kehadiran Daniel di RS juga memberi kekuatan pada mereka.

Arland sudah mulai kembali ke kantor di siang hari, lalu malamnya kembali ke RS untuk menemani Ica. Lelah? Jangan ditanya lagi. Tapi Arland bahagia, lebih baik dia yang lelah seperti ini yang penting keluarganya baik-baik saja.

Sebenarnya sudah empat hari Mario dan bapaknya Ica berada di kota ini. Beberapa kali juga Rio mengajak Arland bergantian menunggu Ica di RS tapi Arland tidak mau. Dia tidak akan tenang tidur di apartemen sedangkan istri dan anak-anaknya ada di RS.

"Jadwal operasi bapak jadi Minggu depan Yo?" Tanya Ica ketika sedang berdua dengan adiknya. Arland sedang makan di kantin RS.

"Jadi mbak, mbak tenang aja ya. Jangan banyak pikiran, fokus kesembuhan mbak dulu" Rio menanggapi pertanyaan kakaknya.

Sang ayah sangat memaksa untuk pergi ke kota setelah mengetahui kondisi anak perempuannya yang koma usai persalinan. Meski sebenarnya kondisi tubuhnya tidak terlalu nyaman untuk bepergian jauh. Tapi apa pentingnya, sudah tidak diarasakan lagi sakit di tubuhnya ketika hatinya terasa tersayat mendengar kabar sang anak tak bisa membuka mata.

Rio beberapa kali mengingatkan dan memastikan lagi sebelum berangkat. Takut-takut jika sang ayah merasa sakit di perjalanan. Tapi siapa yang peduli, ketika seorang ayah tahu anaknya dalam kondisi kritis, sudah tidak dipedulikan lagi rasa sakit di tubuhnya.

Sepanjang jalan Pak Rahman berdoa demi sadarnya Ica. Berkali-kali meminta pada Tuhan jika ingin mengambil, maka ambil saja nyawanya jangan ambil putrinya. Ia siap menggantikan hidupnya demi kesadaran Ica.

Sebenarnya Arland sudah melarang mertuanya untuk datang karena mengingat kondisi sang ayah mertua yang masih sakit. Namun kekhawatiran seorang ayah pada putri satu-satunya menjadikan tekad Pak Rahman sangat kuat untuk menyusul ke kota.

Meski Arland sudah mengabari jika Ica sudah sadar serta berjanji akan membawa Ica dan kedua putra nya ke kampung setelah kondisi ketiganya membaik. Tapi Lelaki tua itu tidak sabar ingin melihat kondisi putrinya dengan mata kepala sendiri. Ia pun memaksa Mario membawanya ke kota.

Setelah tidak bisa menghalangi niat sang ayah, Mario pun mau tidak mau membawanya ke kota. Dengan harapan sang ayah tidak kambuh sakitnya selama perjalanan.

Untunglah semua berjalan sesuai dengan doa nya. Sang ayah baik-baik saja setibanya di kota, serta sang kakak sudah berangsur membaik kondisinya. Ia juga bahagia sekali sudah memiliki dua keponakan yang lucu dan menggemaskan. Meski di awal kondisi salah satu keponakannya cukup memprihatinkan.

Beberapa hari di kota mereka mendapat kabar baik. Donor ginjal untuk Pak Rahman bisa didapatkan. Beberapa saat setelah menikah Arland memang merencanakan untuk mencarikan donor ginjal untuk mertuanya. Kendati begitu, untuk mencari donor yang sesuai membutuhkan waktu yang cukup lama. Kebetulan sekali saat ini ditemukan donor yang sesuai dan Pak Rahman dapat melakukan operasi di kota ini.

Ini berita yang menggembirakan sekaligus mendebarkan bagi Ica dan juga Mario

Halo semuanya
Maaf baru sempat update.
Maaf juga kalau update nya ga terlalu panjang.

Terimakasih sudah membaca ya.
Terimakasih juga untuk kritik sarannya.

See you di bab selanjutnya.
Bye bye

Mengandung Bayi BosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang