"Akuuh,, mau,, lihat mas," Ica berkata pelan.
Bayi diletakkan ke atas dada ibunya.Sepuluh menit berlalu.
Bayi sudah diambil kembali oleh dr. Freya.Ica mengeluh sakit.
"Perutkuh sakit mashh" Ica membawa tangan Arland menyentuh perutnya yang masih buncit.
"Perutku seperti di peras,, sepertihh ditusuk-tusuk,, aduhh sakit" Arland mengelus lembut perut istrinya. Dan menatap pada tenaga medis yang ada disana.
"Emmhh,, sakith,, ,, emmh,, mulashh bangethh,, emmhh"
Ica menggelinjang kesakitan. Ia tak mempedulikan lagi kondisi sekitar."Eeemhh,, aaddduhh,, addduuhh" lenguh Ica dengan tubuh yang mulai kejang-kejang.
Ica segera dibawa menuju ambulance. Kondisinya tidak memungkinkan untuk melanjutkan persalinan di kantor. Ia butuh penanganan intensif dan peralatan yang lebih memadai.
Arland masuk duluan kedalam ambulans namun Ica tidak melihat karena bagian atas badannya dulu yang masuk.
"Ah,, mashh,, akuh takuth" suara Ica lirih.
"Aku disini sayang, aku jagain kamu jangan takut" Arland duduk di depan kepala Ica.Sentuhan lembut di kepala dan kecupan dikeningnya dari sang suami membuat Ica lebih tenang.
Dalam ambulans Ica sudah dua kali kejang-kejang. Karena perjalan cukup tersendat.
Di dalam hati Arland sudah berkecamuk. Ia masih trauma akan kepergian seluruh keluarganya.
Sampai di rumah sakit napas Ica terhenti. Segera diberikan tindakan dengan harapan napas Ica kembali.
Di depan UGD Arland sudah tak karuan. Ia tak berani masuk karena takut akan bayangan ditinggal pergi oleh sang istri yang telah 9 bulan mengisi kehidupannya.Ica merasa sakit di sekujur tubuhnya. Kini ia merasakan dadanya seperti dimpompa. Ingin berusaha sadar namun berat sekali. Sakit.
Satu jam kemudian kondisi Ica sudah mulai stabil. Tubuhnya dibawa ke ruang perawatan. Kini Ica sudah sadar dan bisa bicara lirih.
Yang menjadi masalah, Ica sudah kehabisan tenaga untuk bersalin. Sedangkan tubuhnya tidak bisa terkena bius untuk operasi sesar.
Desy yang sudah sampai di rumah sakit ikut menangani perawatan Ica.
Desy dan Arland sudah duduk berhadapan di sebuah ruangan.
"Kalau kondisi ibu terlalu lemah, kita harus lakukan operasi sesar tanpa bius Pak"
Dada Arland sakit mendengarnya. Membayangkan perut istrinya dibedah namun istrinya bisa merasakan semua tindakan itu.
Sungguh ia tidak tega. Namun dia juga tidak tega Ica yang sudah kehabisan tenaga itu harus berjuang kembali dan persalinan normal.Ica yang mulai mengeluhkan mulas dan tak berhenti merintih kesakitan dari tadi, mulai dibawa ke ruang persalinan khusus.
Ica memegang tangan Arland yang tak diperbolehkan masuk menemani Ica bersalin. Pegangan mereka mulai terlepas ketika ranjang Ica terus di dorong ke dalam ruang. Arland hanya boleh memantau dari luar kaca.
Di dalam ruangan ada ruangan lagi berbatas kaca. Di sanalah Ica akan berjuang. Disana Ica dibantu beberapa dokter dan banyak sekali perawat. Ica tak bisa menghitung semuanya.
Ini adalah upaya Arland memberikan yang terbaik yang bisa dia lakukan untuk istrinya.
Tempat tidur VIP juga berbeda rasanya dengan karpet dan lantai keras di kantor tadi ia mengeluarkan baby pertamanya.
Kini ia berjuang mengeluarkan bayi keduanya. Tampatnya lebih nyaman, namun tubuhnya sudah tak bisa diajak bekerja sama. Sakit yang teramat sakit dirasa Ica.
Ica melihat ke arah suaminya berada. Ia ingin dipeluk suami seperti proses persalinan pertama. Namun apa daya kini tak bisa. Suaminya juga sudah terlihat kacau dan kelelahan. Mungkin bisa pingsan jika dipaksa menemaninya di dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengandung Bayi Bos
RomanceArland yang patah hati memaksa Ica untuk bermalam bersama, menjadikan Ica mengandung bayi mereka Mohon maaf ini cerita dewasa ya