LDR

7.1K 294 16
                                    

"Iya makasih Ca" sambung Raina.

Setelah perbincangan panjang akhirnya mereka terlelap hingga pagi.

Keesokan harinya Ica yang terlelap kembali setelah bangun pukul 04.30 pagi tadi, kini mendengar dering telepon berbunyi. Sebenarnya ia berniat tidur kembali dengan pulas hingga siang hari. Namun bunyi itu membuatnya terbangun dan meraih benda kotak di samping tempat tidurnya. Ica mengerjapkan mata dan membaca siapa yang menelepon pagi-pagi begini.

Ica bangkit duduk setelah melihat bahwa yang menelepon nya adalah sang suami. Ica merasa aneh karena ini pertama kalinya sang suami menelepon di pagi hari. Ya tentu saja pertama kali setelah menikah, karena selama pernikahan baru kali ini mereka tinggal berjauhan.

"Halo Mas, ada apa?" Tanya Ica serak.

"Baru bangun Ca? Kamu sakit?" Tanya Arland khawatir. Ia tak pernah melihat Ica bangun siang sebelumnya.

"Engga sakit Mas, tadi pagi bangun terus tidur lagi. Semalam nonton sampai larut" Ica coba menjelaskan.

"Jangan gitu dong Ca, mentang-mentang ditinggal kok malah begadang. Ingat kondisimu juga. Aku jadi ngga tenang ninggalin kalian" Arland mengomel karena khawatir.

"Iya Mas, maafin Ica ya. Soalnya ini pertama kali Ica nonton. Mas jangan marah ya" jawabnya merasa bersalah.

"Aku ngga marah Ca, aku khawatir sama kondisi kalian. Kan bisa nontonnya pas pagi-pagi" Arland masih menasehati.

"Iya mas, maaf ya. Mas udah sarapan?" Ica kembali bertanya.

"Yaudah, habis ini jangan begadang lagi. Udah, kamu juga jangan lupa sarapan. Vitaminnya diminum, jaga diri jangan aktivitas berat-berat. Perutmu udah tambah besar" panjang lebar Arland memberi wejangan.

"Siap Mas. Semangat juga kerjanya disana ya. Adek bayi nungguin ayahnya pulang, hehe" Ica coba menggoda halus suaminya.

"Yang kangen adek bayi aja? Ibunya engga" Arland menggoda balik yang membuat Ica tersipu.

"Emm,, ngga tahu ah" jawab Ica salah tingkah.

"Yaudah aku kerja dulu, bye" Arland mengakhiri teleponnya.

Ica agak kecewa namun senang juga karena pagi-pagi sudah dihubungi suami yang sedang jauh disana.

Ica dan Raina bangun untuk memasak sarapan sederhana. Usia mengisi perut mereka kembali terlelap hingga siang hari.

Pukul 11.00 siang mereka terbangun.
Mandi dan berdandan secukupnya.
"Na, temenin aku yuk" aja Ica.

"Kemana Ca?" Tanya Raina dengan masih mengoleskan perona bibir warna favoritnya.

"Aku pengen cimol yang dulu sering kita beli" Ica berkata sambil membayangkan rasa cimol yang tiba-tiba sangat ia idamkan.

"Eh, emang boleh kamu jajan begitu Ca? Pak Arland ga marah?" Tanya Raina khawatir.

"Kalau tahu mungkin ga boleh Na, tapi aku pengen banget" Ica mulai merengek.

Raina sebenarnya tidak masalah. Tapi ia takut kalau bosnya marah jika mengajak Ica jajan yang tidak sehat.

"Aku izin dulu deh Na, tapi nanti kamu temenin aku ya" Ica membujuk sahabatnya.

"Siap besti" jawab Raina semangat. Ia cukup tenang karena Ica mau izin dulu. Sebetulnya jika Ica bersikeras minta jajan diam-diam Raina tetap akan menuruti karena tidak tega melihat temannya kepengen seperti itu. Raina rasa Ica seperti ibu hamil pada umumnya yang bisa saja mengidam.

Ica mulai menelepon dan Raina mendengarkan dari sofa.
"Halo Mas, maaf ganggu kamu kerja"
.,.................
"Emm,, aku mau izin, mau jajan cimol"
...................
"Ih dikit aja aku makannya mas. Ngga banyak-banyak. Ngiler banget ini"
...................
"Tapi aku pengen banget hiks,, hikss"
..................
"Emmm,, iya sama Raina"
................
"Yeay,,, makasih mas"

Mengandung Bayi BosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang