CHAPTER 17 - LUKA

1.7K 236 60
                                    

Satu minggu berlalu, usai kejadian di mana Kana terisak di dalam pelukan Miu-- tentang vonis yang Dokter berikan padanya.

Semua yang terjadi, membuat Miu justru semakin dekat dengan Kana-- namun, kedekatannya belum terikat dalam hubungan kekasih.

Meski Kana telah mengungkapkan perasaannya, tapi hingga detik ini-- masih tidak ada jawaban tentang kejelasan hubungan mereka.

Keduanya hanya semakin dekat, dalam status 'Pertemanan'.

Bagi Kana-- saat ini jauh lebih, semakin dekat dengan Miu, sudah cukup membuatnya bersyukur. Kana nyaman akan hal itu, terlebih setiap kali Miu bersikap peduli dan penuh perhatian.

Namun, bersamaan dengan itu-- Kana masih merasa terganggu akan ulah Marie, yang selalu sering menggoda Miu.

Entah apa yang salah dengan wanita itu, meski Miu sering kali menjauh-- tapi Marie tetap saja berusaha, seolah ingin menjauhkan dirinya dari Miu.

Marie yang sangat menyebalkan.

Lain hal-nya dengan Ren-- jujur ia cemburu akan hal itu. Namun, Ren berpikir lebih dewasa, karena semua demi senyuman di wajah Kana. Terlebih, melihat bagaimana Kana yang begitu bahagia saat Miu di sisinya.

Hanya satu hal bagi Ren, jika sekali saja Miu menyakiti Kana-- maka tidak ada kedua kalinya ia diam mengalah.

Jika hal itu terjadi, maka Ren akan benar-benar merebut Kana dari Miu. Apapun, tujuan Ren hanya satu, menjaga senyuman di wajah sang pujaan hati.

Tapi hingga detik ini, selain Miu-- tidak ada satupun yang mengetahui, tentang vonis yang Dokter berikan pada Kana.

Kana sepakat, agar Miu bungkam tentang hal tersebut. Kana berpikir, jika suatu hari waktunya benar-benar habis-- maka ia hanya perlu pergi jauh sebelum dirinya sekarat. Kana tidak ingin melihat kesedihan dari para sahabat dan orang-orang sekitarnya.

Jujur, jika boleh mengulang waktu-- mungkin Kana juga memilih untuk tidak mengatakannya pada Miu hari itu.

Keterpurukan dan kesedihan, membuat Kana begitu saja mengatkannya-- meski akhirnya ia menyesal, mengapa harus mengatakannya pada pria yang ia cintai. Di mana salah satu orang penting yang tak ingin ia buat sedih adalah Miu.

Tapi yang terjadi, Kana justru sering hilang kendali saat Miu ada didekatnya, terlebih saat pria itu terus mencoba mengorek masalah dan kesedihan yang ia miliki.

.
.
.

Bel masuk berbunyi, di mana Guru Pom-- selaku Guru biologi, masuk ke dalam kelas.

Namun, seisi kelas yang sempat hening beberapa detik lalu-- kini mulai terdengar sedikit berisik, karena beberapa dari mereka saling berbisik-- menatap seorang murid perempuan bersama sang wali kelas.

"Selamat pagi anak-anak." Sapa sang wali kelas, yang berdiri di antara Guru Pom dan murid wanita itu.

Kana dan kedua sahabatnya cukup terkejut, melihat murid tersebut-- begitupun Ren dan Miu, yang kini menatap tajam ke depan sana.

"Mulai hari ini, Marie akan menjadi murid di kelas ini-- dan saya rasa kalian sudah mengenalnya, karena sebelumnya Marie berada di kelas sebelah." Jelas sang wali kelas yang pasti membingungkan para murid lainnya.

"Marie, silahkan perkenalkan dirimu, mungkin tidak semua murid di kelas ini mengenalmu."

Marie mengangguk bersama senyumannya.

"Sawadhee kha, aku Marie-- semoga kita semua bisa berteman baik." Ucapnya, melebarkan senyuman dan memberikan salam pada murid lain di hadapannya.

"Baiklah, mulai hari ini Marie akan menjadi bagian dari kalian. Mohon kerja samanya." Ucap sang wali kelas kembali, yang masih mendapat tatapan bingung dari para murid lainnya.

What is LOVE? || MiuKana ✓ ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang