"Kana... Sayang...." Teriaknya, Davi bahkan baru menginjakan kaki masuk ke dalam mansion megahnya itu-- tempat di mana ia meninggalkan buah hati satu-satunya untuk hidup hanya bersama para maid dan penjaga bertahun-tahun.
"Kana..."
"Sayang, tenanglah."
Davi tidak peduli, ia terus melangkah dan berteriak memanggil Kana manisnya.
"Tuan, Nyonya." Sang kepala maid menghampiri terburu-buru. Keduanya memang pulang tanpa memberitahu lebih dulu.
"Kana... di mana anakku?"
"Nak Kana belum kembali sejak kemarin nyonya." Jawabnya hati-hati, seraya menundukan wajah.
"Bagaimana bisa kalian membiarkan anakku pergi tanpa pengawasan?!" Davi hanya bingung, cemas dan emosinya tidak stabil. Membuatnya melampiaskan itu semua pada siapapun.
"Maaf nyonya."
"Kalian semua tidak berguna! Hanya mengurus satu anakku! Tapi kalian membiarkannya seperti itu!"
"Sayang tenanglah."
"KALIAN SEMUA AKU PECAT!!!"
"Hei sayang, tenanglah." David masih berusaha-- menuntun sang istri untuk segera pergi dari tempat berdirinya saat ini, tak ingin sang maid menjadi pelampiasannya lagi.
David memberi isyarat, segera di mengerti oleh sang kepala maid.
.
.
."Sayang tenanglah sedikit, aku tau kamu mencemaskannya. Tapi jangan seperti ini."
"Bagaimana aku bisa tenang? Anak kita tidak juga kembali, kau tau 'kan? Apa yang terakhir kali Kana ucapkan di telepon hari itu?!" Suara Davi menggema-- mengisi ruang kamarnya, ia masih berteriak.
"Ya aku tau, tapi tenang dulu na... Kita akan mencarinya, dan menemukan anak kita sayang." Ucapnya, David masih berusaha-- meski ia sendiri mencemskan buah hatinya. Memeluk sang istri yang begitu terlihat kacau, David mencoba.
.
.
.Kana memandangi jendela dari kejauhan, tubuhnya masih terbaring di atas ranjang pasien. Pikirannya kini entah berada di mana, sorot kedua bola mata cokelatnya bahkan terlihat begitu kosong.
Air mata beberapa kali jatuh menetes begitu saja, ia sendiri sekarang. Miu dengan terpaksa menuruti sang mamah yang hendak membawanya untuk pemeriksaan kondisinya juga, beberapa waktu lalu.
Arm?
Dia sedang menangani pasien lain sejak 2 jam yang lalu. Bagaimanapun itu tugasnya sebagai Dokter, meski sebenarnya Arm sama seperti Miu-- hanya ingin berada di sisi Kana..
.
."Bagaimana?"
Ren menghela nafas lesu, bukan hanya dirinya-- Mild dan Gun bahkan juga tak bisa menghubungi Kana hingga detik ini.
"Hubungi Miu lagi, mungkin dia bersamanya."
"Sama saja, masih tidak ada jawaban. Jika Kana tidak dapat di hubungi karena nomornya di luar jangkauan, lain hal dengan Miu. Dia belum juga menjawab." Sahut Ren.
Ketiganya begitu cemas.
"Bagaimana jika kita mengunjungi rumahnya."
"Aku sudah melakukannya."
"Shiia!!! Jangan bilang kau membolos jam pertama karena-"
Ren mengangguk, "Aku sangat mencemaskannya, para penjaga dan maid di rumahnya mengatakan jika Kana belum kembali."
KAMU SEDANG MEMBACA
What is LOVE? || MiuKana ✓ ( END )
FanfictionStart : 6 Oktober 2021 Status : Tamat, 23 Januari 2024