CHAPTER 3 - SAVIOR

2.5K 327 30
                                    

"Menjauh dariku! Kau menjijikan! Aku bukan gay sepertimu!" Miu berucap tegas, seraya mendorong kuat tubuh remaja manis di hadapannya

"Kau dengar kan? Menjauh dari Miu!" Sahut Marie dengan sinis, menatap Kana dengan remeh. Yang lalu menggandeng tangan Miu.

"Dasar menjijikan!"

Kana terdiam detik itu juga, kalimat Miu barusan membuatnya menundukan wajah. Menjijikan? Kana menahan air matanya.

.
.
.

BRAK!!!

Seperdetik itu, Kana terbangun dari mimpinya, usai seorang Guru memukul mejanya dengan keras setelah beberapa kali mengetuknya.

Ya, akhir-akhir ini, Kana memang selalu di pergoki oleh beberapa guru karena kebiasaan barunya, tidur di dalam kelas saat jam pelajaran sedang berlangsung.

Usai jam pelajaran berakhir, untuk ke sekian kalinya Kana di panggil ke ruang guru. Di mana remaja manis itu bahkan seperti sama sekali tidak merasa bersalah, terlihat tidak peduli. Itu karena isi kepalanya di penuhi oleh bayangan Marie yang selalu saja melekat pada Miu.

Seperti makanan sehari-hari, Kana seakan tidak pernah jera setiap kali di panggil para guru untuk di tegur. Katakan, jika saja orang tuanya bukan penyumbang dana terbesar di sekolahnya, mungkin ia sudah di keluarkan sejak tahun pertama berada di sana.

...

Dengan wajah murungnya, Kana melangkah bersama dua sahabatnya menuju kantin. Di mana sejak kemarin, Gun dan Mild menyadari bagaimana sikap Kana sejak hari di mana melihat Marie bersama Miu di kantin.

Kana yang selalu mereka kenal ceria dan menggemaskan, seketika berubah menjadi pemurung, hanya karena melihat pria pujaannya bersama murid baru bernama Marie itu.

"Kana, apa yang terjadi padamu?" Mild menepuk pundak si manis, namun tak ada respon sama sekali.

"Kana, ceritalah pada kami apa yang mengganggumu?" Gun membuka suara.

"Benar kawan, jangan seperti ini. Di mana Kana kami yang ceria?"

"Ya, ceritalah, bahkan jika kamu ingin menangis, maka menangislah. Dari pada hanya selalu tertekan seperti ini."

"Hei Gun! Jangan menyuruhnya menangis." Bisik Mild tegas.

"Auw... Tapi memang benar, aku selalu merasa lega jika aku menangis saat suasana hati ku tidak baik-baik saja."

"Gun! Kau tahu kan bagaimana Kana jika sudah menangis? Apa kau lupa bagaimana terakhir kali membuatnya berhenti menangis? Dasar bodoh!" Mild masih berbisik.

"Apa aku boleh menangis?" Ucap Kana, dengan kedua ujung bibir yang tertarik ke bawah, mode siap menangis yang bahkan masih terlihat begitu menggemaskan.

"Ya, menangislah kawan, katakan semua perasaan yang mengganggumu. Menangislah, tidak apa-apa, aku bahkan sering melakukannya." Lanjut Gun dengan tenang, membuat Mild dengan refleks mencubit lengannya cukup kuat. "Sialan Mild! Sakit."

"Ai Mild, kau bilang mereka tidak berkencan." Kana dengan mata berkaca-kaca, di mana seperdetik itu Mild mulai panik.

"Kana... Um, itu... Um... Dari informasi yang aku dapat, mereka memang tidak berkencan dan mereka hanya berteman." Mild mengusap punggung milik Kana, mencoba menenangkan, takut jika Kana akan benar-benar menangis setelahnya.

"Tapi kenyataannya, setiap hari aku melihat mereka semakin dekat."

"Kana-"

"Bagaimana mungkin mereka tidak berkencan? Setiap hari aku melihat mereka pulang sekolah bersama, makan bekal di taman sekolah bersama, pergi ke perpustakaan bersama, beberapa kali setiap pulang sekolah bahkan mereka jalan-jalan ke mall bersama, menonton film di bioskop, dam makan makanan penutup bersama. Bagaimana mungkin mereka tidak berkencan?" Ucap Kana yang mulai menangis, tiba-tiba.

What is LOVE? || MiuKana ✓ ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang