CHAPTER 27 - SMILE

1.4K 222 20
                                    

Hari yang di nantikan akhirnya tiba, hari di mana May akan membawa Kana untuk mendapatkan perawatan di salah satu Rumah sakit miliknya di Inggris.

Tidak hanya May dan Kana-- tapi Miu, Davi dan David juga turut menemani.

Namun, Kana masih terlalu dingin dengan kedua orang tuanya-- meski tidak seburuk sebelumnya.

Miu adalah alasan mengapa Kana perlahan melunak pada Davi dan David, semarah apapun Miu pada dua orang itu-- tapi baginya tidak baik jika membiarkan Kana tidak mengetahui siapa orang tuanya.

.
.
.

Waktu menunjukan pukul 5 sore...

Kana terduduk di atas ranjang, dengan tubuh mungilnya yang terbalut setelan pasien pada umumnya.

Pikirannya menerawang, menatap kosong pada langit malam di balik jendela.

Apakah ini akan berhasil? Atau Tuhan akan mengambil nyawaku. Aku bahkan belum mengetahui siapa aku sebenarnya? Keluargaku?
Terlebih... Bagaimana rasa cinta dan kasih sayang yang sangat nyata, apa itu? Seperti apa rasanya? Merasakan cinta dan kasih sayang dari seseorang?

Batinnya, mengingat belum ada sedikitpun ingatan tentang hal itu yang datang. Namun, bayangan tentang betapa menuntutnya rasa menginginkan kasih sayang serta cinta, terus menghantui pikirannya-- rumit.

Lamunan Kana terpecah setelahnya, saat seseorang melangkah dari balik pintu.

"Hai sayang."

Kana menatapnya, itu adalah May-- Dokter cantik yang akan berjuang untuk dirinya.

"Apa kamu siap untuk besok?" Lembutnya, seraya mengusap pucuk kepala si manis.

"Aku takut."

May tersenyum hangat, berharap Kana bisa merasakan ketenangan darinya. "Hei sayang, percayalah padaku-- semua akan baik-baik saja. Apa kamu tau? Semua sangat tergantung padamu. Kamu harus yakin jika semua akan berjalan dengan baik, naa."

"Bagaimana jika gagal dan Tuhan mengambilku? Mengambilku di saat aku masih kehilangan siapa diriku sebenarnya."

May tak tahan, melihat sepasang bola mata cokelat yang menunjukan keputus asaan itu.

"Kana, itu tidak akan terjadi. Kamu harus memiliki keyakinan itu, kamu pasti bisa melaluinya. Kita pasti melakukan yang terbaik, naa. Semua akan baik-baik saja sayang." Lembutnya.

Kana menghela nafas panjang, bagaimanapun ia harus berani menghadapinya. "Um! Bantu aku melewati semuanya bibi."

May mengangguk, yang lalu membawa Kana ke dalam pelukan. "Tentu sayang."

Ada kehangatan yang Kana rasakan, dari pelukan wanita paruh baya itu.

"Bibi."

"Hm?"

"Boleh aku mengatakan sesuatu?"

"Tentu sayang, katakanlah."

"Jika besok Tuhan benar-benar mengambil nyawaku, bisakah Bibi mengatakan satu hal kepada Miu?"

Seperdetik itu, May menarik diri dari pelukan-- menatap si manis dengan serius.

"Hei sayang, apa yang kamu katakan? Itu tidak akan terjadi, jangan berpikir seperti itu." May menangkup kedua pipi Kana, menatapnya cemas-- tak ingin Kana seperti ini.

"Ini hanya seandainya bibi-- setidaknya, aku bisa mengatakannya lebih dulu."

May menggeleng, "Jangan seperti itu sayang."

"Tapi, jika itu benar-benar terjadi-- bisakah bibi mengatakan hal ini pada Miu? Beritahu Miu, terima kasih untuk semuanya, meski aku tidak tau bagaimana waktu yang pernah aku lalui dengannya di masa lalu."

What is LOVE? || MiuKana ✓ ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang