D U A L I M A

530 36 8
                                    

Happy Reading! 💚





"Aku boleh nanya sesuatu?"

"Apa?"

"Kenapa kamu setuju ngebatalin perjodohan kamu sama bang Taeyong? He is fine, rich... he sure could make you happy."

"So you think happiness' come from the look and money?"

"Well..." Mark menghela napas. "Aku takut gak bisa bikin kamu bahagia dengan keadaan aku yang kayak gini..."

Yeri melepaskan tangan Mark yang melingkar di perutnya, berbalik menatap sang kekasih.

"Kayak gini gimana? You're fine as well and definitely rich," Yeri menyentuhkan telapak tangannya ke dada Mark, "in here, which not everbody did."

Mark tersenyum haru, lantas menawan bibir Yeri dengan lembut dan dalam, mendeskripsikan cinta yang dia miliki. Ciuman mereka terhenti saat Mark menyodorkan kotak kecil berwarna merah hati.

"Will you marry me?"

Dengan air mata yang bercucuran, Yeri menganggukkan kepala. Cincin dengan satu ruby itu berhasil menghiasi jemari Yeri, kemudian mereka kembali berpelukan dengan penuh suka duka.

"I'm gonna make you happy 'till my last breath. I promise."

🦋🦋🦋

"JENO!!"

Nana melompat dan bergelantungan di leher Jeno, untung saja Jeno sigap menggendongnya.

"Katanya tiga hari, ini baru dua hari lho!"

"Oh, jadi ternyata suka jauh-jauh dari gue? Ya udah, gue pergi lagi nih."

"Ihh! Jangann!"

"Jangan dicekek! Gue susah napas!"

Panas. Telinga Taeyong rasanya ingin mengeluarkan asap menjelaskan suasana hatinya yang berapi-api. Bahkan mungkin ayam di wajan akan langsung gosong jika digoreng menggunakan api cemburunya.

"Lo nggak mau ambilin gue minum?"

"Nggak! Nana masih kangen, masih mau pelukan begini."

"Ada apa sih? Aneh banget, nggak biasanya begini."

"Halah! Bacot! Bilang aja lo keenakan," cibir Taeyong yang tentunya tak bisa di dengar oleh Nana dan Jeno.

Nana mencebik dan melepaskan Jeno. "Yaudah, kalo gitu ayo belajar! Dua hari lagi kan giliran kita ulangan."

"Please! Gue kesini buat nyantai, quality time bareng lo, tapi lo ngajakin belajar?"

"Biar gelar juara satu seangkatannya nggak Nana rebut."

Jeno mengusap wajah Nana. "Masih sore, jangan ngimpi dulu. Tapi kalo mimpiin gue boleh."

Keduanya tertawa sejenak sampai Nana pergi menuju kamarnya dan membawa beberapa buku, sementara Jeno hanya bisa mendengus pasrah.

"Ajarin Nana aljabar sama trigonometri."

"Boleh, tapi kalo salah kena hukuman."

"Apa?"

"Lo harus cium gue."

Taeyong langsung tersedak air jeruk yang tengah dia minum. Dia berusaha untuk tidak mengeluarkan suara keras dan untungnya Jeno dan Nana tidak mendengarnya.

"Oke! Siapa takut!" sahut Nana dengan percaya diri lalu mereka mulai sibuk memfokuskan diri pada pelajaran.

Di tempatnya, Taeyong masih lanjut memasak, hanya saja matanya terus melirik sinis ke dua anak muda di meja ruang tengah.

Brother [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang