T I G A D E L A P A N

493 25 2
                                    

Setelah situasi di rumah sakit menjadi tenang bersamaan dengan kondisi Mark Lee yang telah sadar, Jieun izin pada semuanya dan mengajak Taeyong dan Nana untuk ikut bersamanya.

Mereka masuk ke mobil pribadi Jieun yang dikendarai oleh James, supir pribadinya, hingga tibalah mereka di sebuah rumah minimalis di daerah yang cukup jauh dari kota.

"Wartawan pasti sudah mendengar kejadian di gereja hari ini, jadi untuk sementara waktu kalian tinggal dulu di sini. Jangan pernah keluar rumah sebelum situasi mereda. Hubungi James jika kalian butuh apa-apa."

"Tapi kan Mama Jieun juga terlibat kejadian tadi, gimana kalo mereka ngapa-ngapain mama?" tanya Nana cemas.

Jieun menatap putrinya, mengulurkan tangannya mengelus rambut Nana agar anak gadisnya itu tenang. "Mama bisa urus semuanya, pokoknya kamu jangan kemana-mana, istirahat aja. Oke?"

Nana mengangguk pasrah, menerima kunci rumah tersebut kemudian keluar dari mobil dengan berat hati.

"Taeyong."

Taeyong yang hendak keluar menyusul Nana pun urung dan menatap ke arah Jieun. "Ya, nyonya?"

Jieun menatap Taeyong tajam. "Jangan mengambil kesempatan untuk menyetubuhi anak saya sebelum kalian menikah!"

Seketika Taeyong melotot terkejut. Pipinya memanas lantaran tersipu malu. Apakah pikiran otak kotornya terlihat jelas oleh Jieun?

"B-Baiklah, nyonya. P-Permisi." Sembari menyengir masam, Taeyong keluar dari sedan hitam tersebut.

Di dalam rumah, terlihat Nana yang memandangi penjuru rumah dengan ekspresi kagum. Tidak heran, design rumah ini didominasi warna hitam, abu, dan putih, menciptakan kesan classic dan elegan tersendiri.

"Kak Taeyong."

"Hm?"

"Nanti kalo kita udah nikah, Nana mau tinggal di rumah kayak ini aja. Nana gak mau kayak rumah kita, biar Nana kalo cari kak Taeyong atau anak-anak kita nanti jadi lebih mudah."

Gadis itu memeluk Taeyong, mendongak dengan mata penuh binar memelas. "Boleh, ya?"

Nada manja Nana membuat Taeyong meneguk ludah, napasnya mendadak tercekat. "Iya."

"YESS!!" serunya sambil melompat. "Kalo gitu Nana mau liat-liat rumahnya lagi." Nana berlari sembari sesekali melompat memasuki satu-persatu ruangan.

"Sepi... cuma kita berdua disini..."

Cepat-cepat Taeyong menggeleng. Menepis pemikiran yang muncul di otak kotornya.

Taeyong tidak berniat demikian, sungguh, tetapi dia juga tidak jamin tak melakukan hal demikian. Layaknya seekor kucing, sekalipun dikasih ikan asin tetap juga dimakan. Tapi jika sudah diperingatkan seperti ini, mau tidak mau dia harus menahan diri, walau ikan salmon tepat di depan matanya.

Dan semoga, dia kuat menjalani semua ini yang entah kapan akan berakhir.

🌼🌼🌼

"Kak Taeyong lagi nonton apa?"

Nana menghampiri Taeyong yang menonton TV sembari menyender ke kepala ranjang.

"Resident Evil." Taeyong membenahi duduknya lalu menarik Nana untuk duduk di antara kedua pahanya. Matanya melirik piring yang Nana pegang. "Stoberi dari mana?

"Kulkas. Ada makanan ringan, minuman soda, sayur, dan buah juga tau!" jawab Nana antusias.

Taeyong tersenyum hambar. "Ternyata nyonya Jieun bener-bener prepare semuanya, dia peduli banget, nggak kayak mama..."

Brother [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang