S E P U L U H

1.1K 53 3
                                    

༻🌹༺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

༻🌹༺

"Aduh... tinta pena Nana habis."

"Ya sudah tunggu, biar gue beliin."

"Eh, nggak usah! Mini market deket kok, jalan seratus meter aja udah sampe," tolak Nana cepat seraya mengambil jaketnya.

"Oke, tapi minta temenin bang Taeyong. Ini udah malem, nanti lo kenapa-napa di jalan."

Nana sendiri tidak yakin berani keluar rumah sendirian. Jalanan di perumahannya sepi jika sudah di atas jam 9 malam.

Dia ingin meminta Taeyong untuk menemaninya seperti yang biasa mereka lakukan, tapi tidak untuk saat ini. Nana tidak sanggup.

"Nana matiin dulu ya, Jeno. Kalo udah sampe rumah, Nana vidcall lagi."

"Tapi lo perginya sama siapaㅡ"

Nana memutus sambungan sepihak lalu menarik napas panjang. Hoodie mint sudah terpasang, sekarang dia harus bisa keluar rumah tanpa bertemu Taeyong sedikit pun. Namun Dewi Fortuna sedang tidak berpihak pada Nana.

Baru saja ia membuka pintu, sosok Taeyong sudah berdiri tepat di depannya. Memakai celana pendek longgar dengan singlet hitam, seperti yang selalu dia pakai sehabis mandi.

"Mau kemana?" tanya Taeyong dingin setelah kedua manik gelap dan besarnya menatap Nana dari bawah ke atas.

"Ke dapur. Nana mau susu," jawab Nana. Sengaja berbohong karena dia yakin Taeyong akan menemaninya jika Nana mengatakan yang sebenarnya.

Taeyong mengangguk singkat, lalu masuk ke kamarnya dan menguncinya. Nana menghela napas lega dan dengan langkah seribu dia meninggalkan rumah.

Gadis mungil itu bergidik ngeri melihat suasana sekitar yang sepi, dinginnya angin malam juga menembus hoodie mint-nya. Namun Nana tidak bisa kembali masuk hanya untuk melindungi tubuhnya dari dingin, bisa-bisa kali ini dia tidak bisa lolos dari Taeyong.

Sesampainya di mini market, Nana duduk di kursi yang tersedia di luar. Menarik oksigen sebanyak-banyaknya setelah berlarian cepat lebih dari sepuluh menit, tentunya berhenti sesekali.

"Eh, Nana. Kenapa mukanya gitu?"

Suara tidak asing itu membuat Nasna yang baru masuk refleks menoleh ke kasir. "Eh? Jisung kerja di sini? Sejak kapan dan kenapa?"

"Sejak dua hari yang lalu. Sengaja kerja ginian biar tau susahnya cari uang. Btw, lo belum jawab pertanyaan gue. Lo abis larian atau gimana?"

Brother [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang