D U A S A T U

603 35 2
                                    

"T-Tante Jieun," panggil Nana sedikit ragu, namun tetap berhasil membuat Jieun membalikkan badan.

"Ya?"

"Anu... Boleh nggak kalo Nana pulang ke rumah Nana yang asli?"

Jieun menaikkan kedua alisnya. "Kenapa tiba-tiba?"

"Nana tadi ke ruang medis dan denger dokternya bilang jari kaki kak Taeyong ada yang retak. Nana takut kak Taeyong kenapa-napa, kan Mama Sena jarang di rumah."

Jieun merasakan kekhawatiran dari raut khawatir itu, dia lantas tersenyum. "Baiklah. Tapi kita ambil barang-barang kamu di apartemen dulu, ya?"

Nana pun mengangguk setuju.

Namun semangatnya luntur di saat mobil Jieun melenggang pergi dari pekarangan kediaman Lee.

Nana mengeratkan pegangannya pada tali tas yang bertengger di kedua bahunya, dia mendadak ragu untuk masuk ke rumah itu.

Prang!!

Tubuh Nana mengerjit kuat begitu suara tersebut bertemu indera pendengarannya, langsung saja kaki kecilnya masuk ke rumah besar itu.

"Kak Taeyong, jangan bergerak!" teriaknya ketika melihat pecahan piring berserakan di sekitar Taeyong yang tengah duduk di kursi makan.

"Ngapain kamu kesini?"

Nana tak mengindahkan pertanyaan sinis itu dan tetap mendekati Taeyong sembari membawa sapu kecil dan serokan dari sudut ruangan.

"Mau ngapain kamu?"

"Bersihin belingnya."

"Nggak usah macem-macem, nanti kamu luka. Siniin alatnya."

Taeyong mengulurkan tangan, tapi Nana tetap kekeuh ingin membersihkan pecahan itu, membuat Taeyong tak punya pilihan selain pasrah.

Selesai dengan pekerjaannya, Nana membungkus beling itu seaman mungkin sebelum memasukkannya ke dalam kotak sampah dapur, lalu dia berjalan ke wastafel kitchen bar.

"Aww!!"

Taeyong menghela napas, sudah mengerti apa yang terjadi. "Ambil kotak P3K."

Gadis mungil itu mengangguk, dia pergi ke lemari di ruang depan, tempat biasa menyimpan kotak keselamatan itu, kemudian duduk di sebelah Taeyong.

Taeyong mendengus dan tanpa sepatah kata pun dia mengobati jemari Nana yang rupanya terkena banyak goresan.

Nana yang memahami keterdiaman itu pun berujar pelan, "M-Maaf..."

"Keras kepala."

Nana merengut sendu, dia tidak berani mengucapkan sepatah kata lagi melihat wajah Taeyong yang terlihat memendam amarah. Hingga jemari-jemari mungilnya selesai ditangani.

"Kamu bisa pergi dari rumah ini sekarang," ujar Taeyong seraya merapikan barang yang dia pakai.

"Kakak ngusir Nana?"

"Bukannya kamu sendiri yang nggak mau balik ke rumah ini lagi?"

"Tapi sekarang Nana mau tinggal lagi di sini. Nana nggak bisa biarin kakak dengan keadaan kayak gini."

Brother [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang