D U A D U A

525 41 5
                                    

Pencet bintangnya bisa yuk! 💚
komen juga sabi lah (~‾▿‾)~
.
.
.



Seperti biasanya, Taeyong terbangun pukul 5 pagi walau hari ini dia sedang cuti. Merenggangkan tubuhnya sebentar sebelum menegakkan kasur tipis yang semalam dia jadikan alas tidur di atas lantai.

Yeri sempat marah karena Taeyong yang mengatakan bahwa dia sudah sering tidur di sini, padahal sama sekali tidak, semalam adalah malam pertamanya tidur di sini, bahkan di kamar Taeyong.

Itu sebabnya, dengan sangat terpaksa, Taeyong menyerahkan kasurnya yang empuk untuk Yeri.

Taeyong memandangi kamar di depannya dan tergoda untuk membukanya, tapi saat hendak membatalkan niatnya, Taeyong lebih dulu menyadari bahwa pintu Nana tidak tertutup rapat. Saat dilihat, gadis itu tidak ada di kamar maupun toiletnya.

Hampir saja Taeyong hendak menyerukan nama Nana, kedua obsidiannya lebih dulu melihat seorang gadis tengah membaringkan kepala di atas meja makan.

Kalo Nana ketiduran, jangan dibangunin!
Nana mau jadi mandiri!

Begitulah tulisan pada kertas note dekatnya.

Taeyong mendengus geli. Dia beralih mengambil piring berisi empat roti panggang dekat Nana, mengoleskannya selai stroberi di antara dua roti, lalu memotongnya miring membentuk segitiga.

"Kak Taeyong..."

Gumaman itu membuat langkah Taeyong yang hendak membuat kopi terhenti, lalu membalikkan badannya.

"Jangan... Jangan tinggalin Nana..."

Taeyong bergegas menghampiri gadis itu. Alangkah terkejutnya dia mendapati Nana sudah berlinang air mata dengan mata terpejam.

"Hei, bangun. Kamu bermimpi," ujar Taeyong lembut sembari mengusap surai sebahu gadis itu.

Perlahan, kelopak matanya terbuka. Mempertemukan manik hazelnya dengan obsidian milik Taeyong. Mereka terdiam beberapa saat sampai tiba-tiba Nana tersadar dan menarik dirinya menjauh.

Dia mengusap air matanya dan terdiam lagi lantaran panik. Apakah dia bergumam tentang mimpinya tadi?

"Kamu tiba-tiba nangis, makanya kakak bangunin. Mimpi dikejer hantu lagi?" tebak Taeyong mengasal dan Nana mengangguk kaku.

Drrrtt....

Nana bergegas meraih ponselnya yang bergetar di atas meja, kemudian menerima panggilan masuk itu. "Halo, Jeno?"

"Aku udah di depan pager. Masih digembok, nggak bisa masuk."

"Nggak usah masuk, Nana langsung ke sana dan kita langsung pergi. Tunggu!" Nana mematikan panggilannya.

"Hei! Sarapan kamu!"

"Kasih aja buat calon istri kakak," ujar Nana tanpa sedikitpun melirik Taeyong saat meninggalkan dapur, menghampiri Jeno dengan langkah cepat.

"Yakin pergi sekarang? Kamu sarapan gak?" tanya Jeno yang keheranan, sebab selama di apartemen Jieun, Jeno akan menemani atau ikut Nana sarapan dahulu.

"Nggak, Nana lagi nggak laper. Ayo jalan, Jen!"

🦋🦋🦋

"Lo kalo bangun jam segini mulu, gue jamin bakal dicerai oleh Mark dalam waktu sebulan."

Yeri yang baru saja menuruni tangga pun langsung menatap tajam Taeyong yang sedang menonton TV. "Lebay lo! Lagian baru jam 12."

"Lain kali kaga usah bangun sekalian."

Brother [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang