D U A T I G A

542 36 8
                                    

Happy reading! 💚
Aku nendadak mood update karena beberapa orang yang akhir² ini leave comment.
Thanks yah 🥺
.
.
.


"Na, bareng kita aja, yuk!"

Nana yang sedang mengikat tali sepatu di kursi teras pun menggeleng. "Nana tunggu Jeno aja, kasian pacar Nana itu kalo pas dia kesini Nana nya nggak ada."

Taeyong sontak membuang muka. Dia sangat muak mendengar Nana selalu menyebut Jeno dengan sebutan itu. Entah apa tujuannya tapi jika ini terus berlanjut, Taeyong tidak janji bisa menahan api kecemburuannya.

"Ya udah, kalo gitu kakak ipar kamu yang cantik ini anter kak Taeyong dulu, ya?" balas Yeri tak kalah.

Nana terkejut, senyum menghilang begitu saja dari wajah manisnya. "I-Iya..."

Yeri tersenyum sembari mengangguk, lalu mendorong kursi roda Taeyong menuju mobil.

"Adek lo itu labil, lugu, mudah terhasut, nggak pernah ngikutin kata hatinya. Kita bener-bener harus gerak cepet," ujar Yeri pelan, diangguki oleh Taeyong.

Sementara di tempatnya, Nana memandangi mobil hitam yang keluar dari pekarangan rumah dengan nanar.

Dia sudah sangat yakin untuk merelakan sang kakak, tapi ketika Yeri mengatakan statusnya seperti tadi, dadanya sesak sekali.

Nana mengerjap saat kepalanya diusap, rupanya itu Jeno yang entah kapan sudah berdiri di depannya.

"Jangan ngelamun, nanti kemasukan. Mending ke sekolah sekarang biar bisa mampir dulu ke toko roti. Mau cheesecake nggak?"

Dengan senyum kecil, Nana mengangguk. Mereka bergandengan menuju motor biru metalik yang diparkir di depan pagar.

Tanpa menyadari bahwa rahang Jeno telah mengeras, sebab dia melihat bagaimana wajah Nana mendadak murung beberapa saat lalu.

"Apa yang lo berdua rencanain ke cewek gue?!"

🦋🦋🦋

Taeyong sibuk merapikan mejanya saat Jaehyun menghampiri. Keduanya berpisah tempat duduk karena pembicaraan di balkon waktu itu. Semalam mereka memang sudah mengobrol, namun Jaehyun ingin memperbaikinya secara resmi.

"Lo mau gue temenin ke ruang kepala sekolah?"

"Gue bisa urus itu, tapi kalo lo mau bantu gue turun tangga, that'll be helpful."

"Oke." Jaehyun mulai mendorong kursi roda Taeyong keluar kelas. "Jujur, gue nggak nyangka lo bakalan ngelindungin Jeno, padahalㅡ"

"Lo pikir gue se-childish itu?" sela Taeyong sinis.

Jaehyun menghela napas berat. "Seandainya lo dan Nana nggak ada hubungan darah, gue bakal jadi orang pertama yang support lo, Yong. Gue rese begini karena gue peduli, gue udah anggep kalian keluarga gue sendiri."

Perkataan Jaehyun sama sekali tidak digubris oleh Taeyong. Dia terlalu malas untuk meyakinkan Jaehyun.

"Tapi... hal itu juga bikin gue sadar. Selagi hal itu membuat kalian sama-sama bahagia, seharusnya gue support kan?"

Taeyong menolehkan kepalanya dengan pandangan terkejut. "Maksud lo---"

"Hey, guys!" Johnny mendekati mereka, diikuti oleh Yuta. Kemudian ikut membantu Taeyong menuruni tangga.

"Thanks y'all," ucap Taeyong.

"Bukan masalah. Lo udah berkorban buat kemenangan kita, udah seharusnya kita bales budi."

Brother [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang