E M P A T B E L A S

828 46 4
                                    

Ayo semangkuy-in aku biar mood update-nya plus-plus! ( ͝° ͜ʖ͡°)ᕤ🔥

Ayo semangkuy-in aku biar mood update-nya plus-plus! ( ͝° ͜ʖ͡°)ᕤ🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Kita harus lapor polisi."

"Jangan bertindak gegabah! Kalo kamu lapor polisi, masalah lain bermunculan termasuk masalah narkoba dan korupsi papa kamu!"

"Tapi Nana sudah hilang tiga hari, Ma!" seru Taeyong marah sembari memukul keras meja kerja Nana.

Taeyong sudah sangat frustasi. Dia khawatir sesuatu terjadi pada gadisnya itu, tapi Sena lebih mementingkan image perusahaan mereka.

Sena menghela napas, kemudian menatap Taeyong tegas. "Mata-mata perusahaan bilang Nana ada di suatu tempat dan dia baik-baik aja, tapi kamu tetep nggak boleh bertindak sok pahlawan atah Nana bisa dalam bahaya."

Niat Taeyong bertanya dimana posisi Nana terpaksa dia urungkan. Kalau memang Nana dalam bahaya, maka akan lebih baik tidak tahu apa-apa dari pada Taeyong nekat menemui Nana dan menciptakan kekacauan lain.

🦋

"Jen, tolong bawa daftar absen ke ruang pak Sehun. Gue buru-buru nih," pinta Somi, ketua kelas mereka, lalu berlarian keluar kelas.

Jeno mendecak sebal, kegiatannya dengan tim basket sudah cukup sibuk, tapi dia tidak bisa mengabaikan amanatnya sebagai wakil ketua kelas, dia harus bertanggung jawab.

Setelah mejanya rapi, Jeno pun membawa buku absen yang memang selalu ditaruh di ruang Sehun ketika mereka pulang.

Sembari berjalan, Jeno melihat list absen. Alangkah terkejutnya dia melihat keterangan Nana tiga hari berturut-turut ditulis izin, padahal jelas-jelas Taeyong bilang Nana menghilang.

Hanya satu yang bisa menjawab hal ini. Jeno pun melangkah cepat menuju ruangan Sehun dan kebetulan sang guru sedang duduk santai sembari membaca koran.

"Permisi, Pak. Mau tanya. Ini absen Nana kenapa izin? Walinya ke sekolah?" tanya Jeno to the point karena sekolah tidak menerima izin kecuali dari wali murid.

"Tanya sendiri sama Papa kamu," singkat Sehun tanpa mengalihkan pandangannya dari koran.

Sontak kening Jeno berkerut dalam. Kenapa harus bertanya pada Papanya? Jeno memang pernah mengajak Nana ke rumahnya, tapi saat itu hanya ada Tiffany.

Jeno menaruhkan buku absen ke meja dekat Sehun, berpamitan lalu kakinya melangkah cepat menuju ruang kepala sekolah.

Jeno langsung membuka pintu coklat tersebut. Donghae tidak marah karena dia memang menyuruh Jeno untuk langsung masuk jika ingin mampir ke ruangannya.

"Pa, siapa yang ngizinin Nana?"

Donghae menolehkan kepalanya dari layar laptop, lalu membetulkan kaca matanya yang melorot ke batang hidung. "Nana siapa?"

Brother [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang