D U A S E M B I L A N

532 35 13
                                    

Bunyi decitan dari bangku yang berjarak satu meter di sebelahnya membuat Nana menoleh. Itu Jeno, dia mengumpulkan kertas ujiannya.

"Tungguin..."

Jeno menoleh saat bisikan itu menyapa indra pendengarnya, menatap Nana yang juga menatapnya dengan binar memohon.

Jeno memalingkan wajah dari salah satu kelemahannya itu. Merapikan tas lalu memakainya di bahu kanan.

"Gue juga mau ke kantin dulu," ujarnya tanpa menatap Nana, kemudian keluar dari kelas.

Nana tidak akan membuat Jeno menunggu lama. Dia bergegas menyelesaikan soal-soal ujian dan mengumpulnya.

Setelah keluar kelas, Nana bergegas mengambil ponselnya untuk menanyakan keberadaan Jeno. Namun ketika sedang mengetik, notif dari Jeno lebih dulu muncul.

Maka tanpa berlama-lama lagi, Nana langsung berlarian menuju atap sekolah, tak peduli letaknya yang di atas lantai tiga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maka tanpa berlama-lama lagi, Nana langsung berlarian menuju atap sekolah, tak peduli letaknya yang di atas lantai tiga.

Ceklek!

Jeno memejamkan matanya ketika mendengar pintu rooftop dibuka, itu sudah pasti Nana. Sungguh... Jeno tidak bisa mengendalikan isi kepala dan hatinya saat ini. Dia tidak yakin bisa melakukan pembicaraan ini.

"J... Jeno..."

Hingga rintihan Nana sontak membuat kepalanya menoleh, terlihat Nana yang ngos-ngosan berat sembari memegangi dadanya.

"Lo larian?!" tanya Jeno panik, tapi Nana tak menjawab. Jeno pun membantu Nana duduk ke bangku yang tersedia tak jauh dari mereka.

"Minum dulu." Jeno mengambil botol minum di dalam tasnya dan membantu Nana minum. "Kapan sih sifat ceroboh lo ilang? Sesusah itu ngerti batesan diri sendiri? Gue nggak bisa pergi kalo lo begini terus."

"Emang Jeno mau pergi ke mana?" Pertanyaan Nana membuat Jeno seketika terdiam.

Play: Rainbow — NCT DREAM ya... 🥺

"Jen," panggil Nana lagi sembari mencoba menyentuh pundak Jeno, tetapi Jeno langsung bangkit dan berjalan ke tepian rooftop.

"Pasal hari itu, gue bener-bener minta maaf, gue nggak ada maksud untuk ngebentak lo. Gue kelewat bingung dengan situasinya... apalagi pas lo malah ngebelain bang Taeyong."

Nana memahami maksud Jeno dan menundukkan kepalanya. "Maaf..."

Jeno menarik napas panjang dan memejamkan matanya. "Lo cinta banget sama bang Taeyong?"

Nana yang mendapat pertanyaan seperti itu sontak melotot. "Jen---"

"Please jujur aja, Na!" sela Jeno. "Gue mau tau posisi gue. Gue mau tau... am I worth to fight for you? Coz I'm tired enough for this fake feelings... I can't--- I can't do this no more."

Nana mengulum bibirnya dengan otak yang berpikir keras. Dia tidak akan menduga perasaan hati akan membuat semuanya serumit ini.

Nana berdiri dari duduknya, berjalan mendekat hingga berhenti tiga langkah di belakang Jeno.

Brother [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang