Tok! Tok! Tok!
Suara gedoran di pintu kamarnya membuat Nana terbangun, dia sendiri tidak sadar kapan dirinya tertidur. Dia bergegas membukakan pintu, namun ternyata bukan sosok yang menjadi alasannya menangis beberapa saat lalu.
"Kenapa mata kamu?"
"Oh, gapapa. Abis tidur memang selalu begini. Mama sih nggak pernah tidur bareng Nana, jadinya nggak tau."
Nana tersenyum kecut. Walaupun Taeyong selalu bersamanya, Nana tetap ingin merasakan kasih sayang orang tua. Tapi Nana berusaha paham bahwa Sena sesibuk ini juga demi keluarganya.
"Makan malem ada di lemari. Abis makan nanti semua lauknya masukin kulkas, nggak usah dipanasin. Mama capek, mau langsung tidur."
"Iya, Ma."
Dan interaksi anak dan Mama itu pun berakhir. Walau singkat, hal itu tetap sangat berarti bagi Nana dan kasih sayangnya pada Sena sama sekali tidak berkurang.
Nana makan ditemani keheningan, hingga kemudian setetes air kembali jatuh dari matanya.
Dia benar-benar merasa hampa.
🦋🦋🦋
"Mama sudah stock isi kulkas semalem. Kalo mau sarapan, bikin aja sandwich selai."Nana mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari bunga-bunga halaman depan yang tengah dia siram.
"Mama pergi dulu. Kalo kamu mau keluar rumah, taruh kuncinya di tempat biasa."
"Nana di rumah aja kok, Ma. Nggak kemana-mana."
"Ya sudah."
Sena menuju mobilnya dan melenggang dari pekarangan rumah, bertepatan dengan mobil silver yang berhenti di tempat yang sama.
"Sibuk banget. Lagi ngapain?" tawarnya sembari menghampiri Nana.
"Eh, Tante-Mama? Nana lagi metik stoberi nih. Kapan datengnya? Nana nggak nyadar."
"Barusan aja." Jieun melirik keranjang kecil di samping Nana. "Sesuka itu kamu sama stroberi sampai punya tanaman sendiri?"
Nana tersenyum. "Sebenernya Nana lebih suka langsung beli di supermarket, tapi berhubung ini kado ulang tahun, Nana harus ngerawatnya, kan?"
"Itu berarti orang yang ngasih itu pengen kamu jadi sosok yang bertanggung jawab, dan itu bagus. Siapa yang ngasih?"
Nana menatap sendu tanaman stroberi di depannya dan menghela napas. "Kak Taeyong..."
Tingkah tersebut berhasil ditangkap oleh Jieun. "Kok murung? Ada masalah sama Taeyong?"
Nana hanya menggeleng tanpa suara. Jieun semakin yakin ada sesuatu, ia lantas merangkul Nana. "Hei, kamu bisa cerita semuanya sama Mama. Jangan takut."
"Nana takut karena ini bukan masalah biasa, Tante-Mama... Ini bener-bener salah, tapi Nana juga nggak bisa nahan terus."
"Kenapa? Kamu suka sama Taeyong?" tanya Jieun tanpa basa-basi, di saat itu juga wajah Nana berubah panik.
"N-Nggak! B-Bukan kayak itu! Anu...."
"Kita ngobrol di dalem aja, yuk?" Tanpa menunggu respon Nana, Jieun langsung menggandeng gadis itu masuk ke rumah.
"N-Nana ambil jus dulu."
Jieun membiarkan Nana. Tak butuh waktu lama untuk Nana kembali sembari membawa jus jambu merah kemasan dan dua gelas.
"Duduk di sini," ujar Jieun sembari menepuk sampingnya dan Nana menurut. "Jadi, tebakan Mama tadi bener?"
"Nana nggak tau, Tante-Mama... semuanya terjadi begitu aja. Nana bahkan nggak tau kapan Nana mulai suka sama kak Taeyong," lirih Nana tanpa berani menatap mata Jieun.
"Nana tau ini salah, tapi Nana nggak bisa terus-terusan nahan. Rasanya sakit... apalagi pas liat kak Taeyong sama kak Yeri."
"Yeri? Maksudnya Kim Yeri? Putrinya Irene?" tanya Jieun memastikan.
"Iya. Tante-Mama kenal?"
Jieun mengangguk. "Dulu sempat satu SMA sama Irene. Dia dan Sena memang berteman baik dari dulu, nggak heran kenapa Taeyong dan Yeri dijodohin."
"Tapi perjodohan ini nggak sepenuhnya karena keputusan mereka... kak Taeyong juga nerimanya waktu itu pas nelepon Mama Sena."
"Tapi bukan berarti dia serius. Buktinya, dia pasang foto kamu sebagai wallpaper ponsel, bahkan mengakui kamu sebagai pacarnya sama Mama."
"S-Serius?! Kapan?" tanya Nana kaget.
"Waktu turnamen basket. Mama datengin dia di taman belakang untuk urusan beasiswa, ternyata lagi liatin foto kamu."
"Mama nggak bohong kan?"
Jieun mendengus, lalu mencubit hidung Nana. "Nggak, Sayang. Kakak kamu juga suka sama kamu."
"Nana bingung, kok Tante-Mama nggak marah? Nana liat di YouTube, Google, dan sosmed lain, katanya kakak-beradik saling suka itu dikecam keras."
"Memang dikecam keras... tapi dalam kasus kamu dan Taeyong, ada pengecualian yang belum bisa Mama kasih tau sekarang, karena kamu punya satu misi yang belum selesai."
Nana yang merasa tidak mengerti, mengerjakan matanya karena kebingungan. "Misi apa, Ma?"
"Mengakui perasaan kamu."
Nana yang terus mendengar kalimat itu pun mendengus sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"Kenapa harus itu lagi, sih? Nana capek dengernya, Ma! Apa nggak ada jalan keluar lain?" gerutu Nana sebal.
Jieun menghela napas. Dia mendekati Nana dan mengusap surainya dengan lembut. "Kenapa selalu itu? Karena mereka yang bilang begitu tau isi hati kamu, Na. Kamu juga tau, tapi kamu terlalu takut. Coba sekali aja kamu ungkapin perasaan kamu tanpa harus mikirin semua hal buruknya, bisa?"
Nana menatap Jieun dengan mata berkaca-kaca. "Konsekuensi buruknya gimana?"
"Mama yang tanggung."
"Emang bisa begitu?"
"Tentu bisa," jawab Jieun dengan satu anggukan mantap.
Nana terdiam cukup lama seolah berpikir keras sebelum menjawab, "Oke... tapi Nana belum berani ngomong langsung, gimana?"
"Biar Mama pikir." Jieun memandangi langit-langit rumah hingga sebuah ide terbesit di kepalanya. "Tulis surat."
"Huh? Boleh begitu, Ma?"
"Boleh dong, kayak zaman Mama remaja. Nggak semua orang punya ponsel, cuma orang-orang kaya dan itupun telepon rumah. Jadi kalo mau komunikasi, pake surat. Coba deh, rasanya lebih bebas berekspresi dari pada ngomong di ponsel."
"Tapi Nana nggak tau di mana kantor pos, Ma..."
"Nggak perlu ke sana. Nanti Mama yang anterin. Mama coba hubungi Taeyong nanti, alih-alih beasiswa supaya mau dateng."
"Oke... Nulisnya harus sekarang?"
"Uhm... nanti aja deh, pas kamu mood. Sekarang ikut Mama, yuk? Lagi pengen sarapan di luar, sekalian beli perlengkapan buat kamu ulangan besok. Mau, kan?"
"Mau!"
.
.
.
TBCAda yang bertanya-tanya ga sih kalo peran Jieun atau mbak IU di cerita ini tuh apaan? 🧐
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother [✔️]
Tarihi Kurgu🔞 || 3rd pov || semi-baku Ketika kakak dan adik saling memiliki perasaan, apa yang akan terjadi selanjutnya? Berpisah atau terus perjuangkan hingga bertemu dengan titik terang? - 3rd pov, semi baku © Daeguddf 230921 // 250122